Lona tahu, setiap perbuatan yang melanggar norma pasti akan mendapatkan sanksi sosial. Demi untuk menghindari kemungkinan terburuk itu, Lona memilih untuk memutuskan Regan lebih awal. Mengantisipasi sebelum orang lain mengendus perselingkuhan mereka. Lona sampai melupakan kemungkinan seperti ini. Bahwa setiap perbuatannya kemarin pasti mengandung resiko yang bisa jadi di luar kendalinya.
Lona masih mendudukkan dirinya di toilet. Mengurung diri di balik bilik sempit itu. Tidak mungkin melanjutkan kegiatannya di kampus untuk sementara. Lona bahkan tidak tahu apakah kehidupan kampusnya bisa kembali normal seperti sebelumnya.
Sial, setidaknya satu keinginan Lona adalah menyelesaikan studinya. Kini harapan itu semakin mengabur. Lona benar-benar takut jika masa depan yang ia rancang terancam hancur.
Ia menggigit ujung kukunya cemas. Kemudian mencuci wajahnya kasar dengan guyuran air kran dari wastafel. Menulikan gunjingan yang ditangkap rungunya sepanjang perjalanannya menyisir koridor demi menemukan Andra. Si biang keladi ini semua.
"Nggak mungkinlah Pak Regan yang goda duluan, pasti dia yang kecentilan."
"Gue sih udah ngira kalau dia emang cewek ngga bener."
"Kira-kira sebelum sama Pak Regan, dia simpenan siapa ya?"
"Katanya dia udah nggak ada orang tua buat biayaian. Gue dulu bingung dia bisa dapet duit dari mana, eh ternyata nyambi jadi simpenan."
"Pantesan aneh banget nggak ada program magang tiba-tiba dia diajakin Pak Regan. Padahal cuma pinter ngomong doang sih aslinya nggak pinter-pinter amat."
"Justru karena dia pinter ngomong otomatis dia yang ngerayu duluan. Orang sok tertutup gitu biasanya di luar emang nakal."
"Sumpah malu gue sekampus sama dia. Bikin jelek nama institusi aja!"
"Bisa bikin petisi buat ngeluarin dia nggak sih? Gue takut cowok gue digoda juga."
Kedua kepalan tangannya mengetat. Menahan malu sekaligus meredam emosi yang menuntut untuk diledakkan saat ini juga. Tapi Lona harus tetap menahan diri jika ia masih ingin berada di sini. Setidaknya sampai ia menemukan jalan keluar dari situasi ini.
Lona harus membuat perhitungan dengan Andra. Ia terlalu lengah dengan sikap friendly Andra yang ia pikir betulan tulus ingin berteman dengannya. Ternyata lelaki kurang ajar itu justru menikamnya dari belakang.
**
"Sumpah bukan gue yang nyebarin!"
"Kalau bukan lo terus siapa?!" geram Lona murka. Menatap nyalang Andra yang terus mengelak menjadi pelaku utama penyebaran fotonya bersama Regan. "Satu-satunya orang yang tahu hubungan gue sama Nanta cuma lo!"
"Lona, gue juga kaget pas tahu foto lo kesebar. Tapi sumpah itu semua bukan foto yang gue ambil meski di tempat dan waktu yang sama. Pasti ada yang ngincer lo sebelumnya," kelit Andra beralasan. Tetap saja kali ini Lona tidak akan mempercayainya lagi.
"Tapi lo juga sempet ngancam gue bakal nyebarin ini 'kan?"
"Gue juga nggak bakal sampek hati ngerusak lo sampai kayak gini kali, Lon!" sergah Andra. Mengusap wajahnya kasar kemudian. Ikut meninggikan intonasinya karena Lona terus mendesaknya. "Angle fotonya aja beda semua dari yang pernah gue tunjukin ke lo! Lo pikir gue se-effort itu sampai pindah-pindah posisi motoin lo pacaran?"
"Mau gue buktiin? Ayo kita bandingin foto yang tadi sama foto yang pernah gue ambil," tantang Andra belum menyerah. "Periksa ponsel gue kalau perlu!"
Dengan gerakan gusar, Andra merogoh ponselnya yang diikuti hal serupa oleh Lona. Namun saat Lona hendak kembali membuka postingan sebelumnya, Lona mendapati beberapa foto kembali diunggah. Masih dengan objek yang sama, namun kali ini foto-fotonya bersama Regan saat mereka tengah dinas luar di Jogja.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝘍𝘢𝘷𝘰𝘳𝘪𝘵 𝘗𝘰𝘴𝘪𝘵𝘪𝘰𝘯
Romance[ 𝐉𝐉𝐇 𝐀𝐔 ] Tentang Velona Kahesa yang menghalalkan segala cara demi membalaskan dendamnya. Tentang Regananta Jeffrian yang mendua demi meluapkan ketidakpuasan atas keadaannya Tentang Windelina Adelia yang nekat memanipulasi demi mendapatkan cin...