Dirga tidak tahu jika Lona memiliki sisi keibuan seperti ini. Di hadapannya, perempuan itu dengan telaten menyuapi Leno yang ajaibnya patuh sekali pada Lona. Padahal mereka masih bertemu beberapa kali.
Stigma gadis bar-bar perlahan pudar seiring Dirga mengenal Lona lebih dalam. Atau mungkin, sebenarnya ini adalah asli Lona. Sikap kasar dan galaknya hanya cangkang luar yang ia gunakan sebagai pelindung karena takut terluka.
"Leno, udahan dulu ya. Biar Papa aja yang suapin kamu," ajak Dirga yang langsung dijawab gelengan kuat Leno.
"Nggak mau!"
Kemudian ia menghambur di pelukan Lona. Sengaja bersembunyi dari Dirga.
"Biarin Tante Lona makan dulu. Kasian dia kelaperan," rayu Dirga lagi. Leno masih bergeming, ia menatap Lona seolah sedang memastikan kebenaran yang Dirga katakan.
"Benelan Tante Lona lapal?"
Lona tertawa lucu menatap Leno yang berkedip menggemaskan padanya seperti meminta tolong. Tampak tidak rela barang sejenak melepas Lona.
"Udah Dir nggak apa-apa," ucapnya. Kemudian maniknya kembali beralih pada bocah gembul yang masih bergelayut padanya. "Biarin Tante suapin Leno dulu baru habis itu Tante Lona yang makan. Tapi janji dihabisin ya?"
Leno mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi. "Yeay!!"
Lantas Lona melanjutkan lagi suapannya pada Leno. Mengabaikan piringnya yang masih penuh belum tersentuh.
"Sorry, Lon," ucap Dirga masam. Merasa tidak hati pada Lona.
"Nggak apa-apa Dir," balas Lona santai. "Leno ngingetin gue sama Kale. Dari kita kecil hidup kepisah, gue bayangin mungkin kalau tinggal bareng, kecilnya kayak Leno gini ya?"
Dirga menatap Lona sedang tersenyum di saat sorot matanya justru mengatakan sebaliknya. Juga kesedihan terselip di setiap silabel yang ia lontarkan barusan.
Dirga ikut tersenyum getir. Belum sempat ia membalas ucapan Lona, ponselnya berbunyi. Regan menghubunginya.
"Gue angkat telepon dulu," pamit Dirga sebelum pergi.
Sebenarnya bisa saja ia menjawab panggilannya langsung di depan Lona. Tapi anehnya, Regan sebelumnya mengirim pesan agar Dirga menjauh jika Lona berada di dekatnya. Tidak berselang lama, Dirga kembali ke hadapannya.
"Lona, gue anter pulang sekarang ya?"
"Mendadak banget. Ini gue baru mau makan," dumal Lona tidak terima.
Sendok yang ia pegang sudah melayang bersiap masuk ke mulutnya. Tapi tiba-tiba Dirga datang dan tanpa menunggu persetujuannya, ia sudah membereskan barang-barangnya termasuk menggendong Leno.
Jujur rasa laparnya tidak seberapa. Namun mengingat nominal rupiah makanan yang ia pesan, ada rasa tidak rela Lona meninggalkannya secara cuma-cuma.
"Dibungkus ya?"
Dirga merotasikan kedua maniknya sambil mendengus.
"Terserah lo."
**
Lona melongok ke luar jendela. Memastikan pada Dirga tidak membawanya ke tempat yang salah. "Ngapain ke apartemen?"
"Sibuk gue buru-buru, lo turun sini aja," suruh Dirga. Belum sehari bertingkah baik pada Lona, agaknya membuat Dirga tidak betah dan kembali ke mode iblisnya.
"Lo maksa gue bareng sama lo cuma buat ngerjain gue doang? Gue belum sempet makan dan lo nggak nganterin gue sesuai tujuan," cerca Lona tidak terima.
Dirga melotot. Telunjuknya menempel pada bibir mengisyaratkan Lona untuk menjaga sikap. Lona sampai lupa ada Leno di antara mereka. Tidak sepantasnya Lona menunjukkan taring sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝘍𝘢𝘷𝘰𝘳𝘪𝘵 𝘗𝘰𝘴𝘪𝘵𝘪𝘰𝘯
Romance[ 𝐉𝐉𝐇 𝐀𝐔 ] Tentang Velona Kahesa yang menghalalkan segala cara demi membalaskan dendamnya. Tentang Regananta Jeffrian yang mendua demi meluapkan ketidakpuasan atas keadaannya Tentang Windelina Adelia yang nekat memanipulasi demi mendapatkan cin...