Chapter 35

60 7 3
                                    

"Jadi lo yang minta Om Hartono buat dateng langsung secara pribadi?"

Regan mengangguk menjawab pertanyaan Dirga sesampainya ia di kantor. "Gimana berhasil 'kan?"

"Kok nggak bilang dulu ke gue sih?" protes Dirga. Regan mana tahu betapa tegangnya Dirga saat meeting tadi. Tanpa rasa bersalah, Regan malah tertawa renyah.

"Surprise!" ujarnya riang. "Tapi berhasil 'kan?"

"Berhasil sih berhasil, tapi deg-degan banget gue," curhat Dirga kemudian menyandarkan seluruh tubuhnya di atas sofa. Repetisi akan pertemuannya tadi kini memenuhi otaknya. Tanpa sadar Dirga tersenyum puas mengingat bagaimana Lona menjawab setiap pertanyaan Bima yang menyudutkan. Bima benar-benar di-skak Lona habis-habisan dengan cara yang halus tanpa mempermalukan.

"Kenapa lo senyum-senyum?" tanya Regan penasaran.

"Lona saved the meeting."

Kedua alis Regan terangkat tertarik. Ini juga yang sebenarnya Regan ingin tanyakan sejak tadi.

"Tell me then."

"Asal lo tau, bukan Lona yang nemenin gue tapi gue yang nemenin Lona buat meeting. Lona yang lebih banyak bicara dan Mas Bima─" Dirga menjeda sejenak untuk tertawa jahat. "Lo harusnya lihat sendiri sih. Puas banget gue lihat dia kicep."

"Gue milih Lona nggak asal, Dir. Gue lihat kemampuan dia juga. Kebetulan aja dia juga pacar gue," timpal Regan dengan cengiran menyebalkan.

"Kesel banget dengernya," celetuk Dirga sinis. "Tapi serius, Lona pinter aslinya. Cuma ketutup aja sama galaknya."

Regan terkekeh. Ia pun mengamini ucapan Dirga. "Didikan gue tuh makanya pinter!"

Dirga mencibir mendengar Regan terus menyombongkan diri.

Tapi memang benar, Dirga sebetulnya terkesan dengan Lona meski ia anti memujinya langsung. Banyak orang yang lantang dalam berbicara namun tidak semua bisa mengatakan hal yang berisi. Lona di luar dugaan mengantongi kedua hal itu. Jujur awalnya Dirga sempat meragukan kemampuan Lona berkomunikasi mengingat perempuan itu suka ngegas. Untungnya Lona profesional dan kekhawatiran Dirga tidak terbukti.

"Om Hartono pengen Lona terus terlibat sampai proyek ini selesai," beritahu Dirga. "Kayaknya dia suka sama kerjaan Lona."

Pernyataannya mengundang raut bahagia Regan secara tidak terkontrol. Berpikir waktunya bersama Lona akan lebih banyak karena ini.

"Serius?" Regan berseru excited.

Rasanya Dirga ingin tertawa dan mengasihani Regan di waktu yang bersamaan. Mengingat respon Lona dan Regan sangat terbanding terbalik saat mendengar info yang sama.

"Lo seneng dengernya, tapi Lona nggak," remehnya. "Ini lo sebenarnya cinta bertepuk sebelah tangan apa gimana sih?"

Regan kebingungan masih belum sepenuhnya mengerti. "Maksudnya?"

"Lona nggak seneng pas tahu dia harus magang lebih lama lagi di sini," jelasnya singkat, padat, dan menyayat hati Regan tentunya.

Sinar di wajah Regan sontak meredup. "Nggak seneng ketemu lo kali, Dir. Makanya lo jangan jahat-jahat jadi orang."

Dirga melotot tidak terima. "Enak aja gara-gara gue!"

Di waktu yang bersamaan tiba-tiba pintu ruangan Regan terbuka. Panjang umur, orang yang sedang mereka obrolkan kini tampak di ambang pintu. Berjalan mendekat ke arah Regan dengan wajah masam. Dirga bisa merasakan atsmosfer di sekitarnya berubah seram. Ia bahkan sampai mengusap tengkuknya tidak nyaman.

𝘍𝘢𝘷𝘰𝘳𝘪𝘵 𝘗𝘰𝘴𝘪𝘵𝘪𝘰𝘯Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang