8. Pendekatan Awal

563 95 32
                                    

Holaaa!!!!

Aku update nih buat nemenin malming kalian.

Mana nih yang kangen Jeje-Karin?

Jangan lupa kasih vote dan comment ya!

Follow juga akun wattpadku. Aku udah berkali-kali minta tolong di follow lho. Jadi, untuk kali ini tolong follow ya.

Happy reading 💮💮💮



Ada yang mau mereka cepet balikan nggak?

Ada yang mau mereka cepet balikan nggak?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🌺🌺🌺











"Jangan bilang ... lo mau nidurin Karina beneran, hah?" tegas Nana. Nada bicaranya mulai galak.

Jeano tiba-tiba menghamburkan tawa. "Gue cuman bercanda, Adek Ipar. Lo nanggepinnya serius amat."

Nana menghela napas lega. "Anjrit, gue kira beneran. Bisa disate hidup-hidup lo sama Papa."

"Makanya, Nana. Kalau gue ngelakuin itu bisa dipecat jadi anak sama bokap." Jeano merangkul adik iparnya dari samping. "Menurut lo, gue harus gimana buat ngeluluhin hati Karina lagi?"

"Deketin adek-adeknya. Terutama adeknya yang bungsu itu. Iya, kan?"

Heksa bertepuk tangan girang menyetujui usulan Nana. "Cocok, nih. Deketin keluarga cewek penting buat cari tim sukses.

"Itu udah gue lakuin, bestie."

Renza mendecih pelan. "Ini mau ngopi atau mau meeting bahas cara jadi pebinor, sih?"

Mendengar gumanan Renza barusan, Syailendra terbahak-bahak. Dia tidak menyanggah argumen Renza tentang istilah pebinor. Karena nyatanya Jeano sedang berada pada tahap belajar jadi pebinor.

Heksa menoyor kepala Syailendra. Heran sendiri melihat sohibnya itu tertawa seperti kesurupan jangkrik genggong. "Lapo koen malah ngguyu, Su? (Ngapain lo malah ketawa, Njing?"

"Pebinor kata Renza, anjir," sahut Syailendra masih tergelak. Sementara yang lainnya heran. Apanya yang lucu dari kata pebinor?

"Orang kalau kebanyakan makan semen dioplos gamping ya kayak gini, nih. Rada miring si Syailendra," komentar Heksa.

"Dia kebanyakan ngunyah beton kali, Sa. Makanya nggak tahu kalau sekarang banyak pebinor di luaran sana." Renza menimpali.

"Kalian bisa diem nggak, sih? Daripada ngeributin pebinor, mending kasih tips deketin Karina lagi. Secara sekarang saingan gue berat, bestie."

"Ya deketin adek-adeknya tadi," sahut Nana usah meneguk kopinya.

"Udah gue lakuin. Selain itu? Gue butuh beberapa cara."

What Can I Do?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang