38. Dilema

293 62 4
                                    

Halooo!!!

Aku update, nih.

Tolong dong jangan jadi silent reader terus. Jangan pelit-pelit ngasih vote, komen dan jangan gengsi buat follow akun wattpadku.

Aku serius, lho.

Untuk chapter 39 bisa baca di Karyakarsa kalau mau baca lebih cepet. Di wattpad akan tayang 2 minggu lagi.




SIAPA SAJA YANG BACA CERITA INI WAJIB FOLLOW!!!!!





Happy reading...



🌺🌺🌺






Sewaktu remaja, Karina tidak betah dengan aturan di rumah yang membuatnya tidak bisa bergerak bebas. Karina tidak boleh main sampai di atas jam 9 malam. Karina tidak boleh pergi main berdua dengan cowok. Karina tidak boleh jajan sembarangan dan tidak boleh ini-itu. Pada zaman itu, Karina berharap waktu berjalan cepat agar dia segera dewasa dan merasakan kebebasan. Maka sewaktu lulusan SMA, Karina memilih kuliah di tempat yang jauh sekalian dari kota kelahirannya di Jakarta. Karina nekat merantau dari kota metropolitan pertama di Indonesia itu ke Malang yang hanya kota kecil. Namun, di kota itulah Karina benar-benar menemukan kebebasannya.

Selama di Malang dulu, Karina mencoba apa pun yang tidak pernah dilakukannya di Jakarta. Dia mulai nakal ketika pulang main di atas jam 9 malam. Karina mulai bergaul dengan banyak orang dan travelling ke mana saja. Ketika kenal sosok Jeano, Karina akhirnya tahu bagaimana rasanya pacaran. Karina tahu bagaimana rasanya jalan bersama cowoknya. Dan Karina pun mulai menyukai jajan di pinggir jalan bersama cowok yang bisa membuat hatinya berbunga-bunga setiap hari. Di saat itu pula, Karina ingin waktu berjalan lambat. Dia ingin benar-benar menikmati semua kebahagiaannya sebagai wanita dewasa muda. Namun, semuanya hilang ketika Karina sadar bahwa dia tidak bisa mengendalikan waktu sesuai keinginannya. Waktu terus berputar. Roda kehidupannya juga senantiasa berputar. Dan sekarang tibalah waktu di mana Karina harus kembali memilih melepas Jeano atau mempertahankannya. Dulu Karina ingin waktu berjalan cepat. Namun, untuk sekarang ini dia ingin waktu berjalan lambat. Kalau bisa selambat mungkin agar dia puas merasakan berada di zona nyaman.

"Kamu mau makan dulu?" tawar Raka ketika sudah masuk ke dalam mobil yang terparkir di halaman parkir rumah sakit. Pria itu akan mengantarkan tunangannya pulang tepat jam 7 malam.

"Nggak usah, Mas. Di rumah Kevan udah beliin nasi goreng."

"Oh, ya udah."

Raka menyalakan mesin mobilnya. Sepanjang perjalanan menuju rumah, Karina lebih banyak melamun. Raka sendiri juga tampak sangat lelah setelah menemani sang ayah yang masih dalam perawatan tenaga medis. Berdasarkan hasil pemeriksaan, Om Surya dinyatakan terkena serangan stroke yang cukup parah. Bahkan dokter mengatakan bahwa harapan untuk pulih kembali sangat kecil. Kalau pun bisa pulih membutuhkan waktu yang cukup lama. Bahkan bisa saja merenggut nyawa Om Surya jika keadaannya tak kunjung membaik. Karina tahu bahwa Raka tentu saja sangat terguncang. Anak mana yang tidak sedih melihat ayahnya sakit keras.

"Rin?" panggil Raka. Lamunan Karina sontak langsung buyar.

"Iya, Mas."

"Aku menyesal kenapa selama ini nggak pernah peka sama Papa. Aku selalu menganggap Papa orang yang sangat kuat. Tapi, ternyata Papa tetap manusia. Papa nggak sekuat yang aku kira."

"Mas, emangnya apa yang sebenarnya terjadi? Kok bisa Om Surya kena stroke?"

"Papa kayaknya mikir berat, Rin. Tadi pas aku nemenin Mama makan bentar, Mama cerita kalau Papa akhir-akhir ini sibuk mikir cabang perusahaannya di Bali yang nyaris bangkrut. Belum lagi mikirin kapan kita nikah. Karena rencananya setelah kita nikah, Papa bakal nempatin aku di Bali buat ngatasin perusahaannya yang mau bangkrut itu. Aku mau diminta untuk membangun kembali perusahaan itu. Makanya Papa jadi kena stroke gara-gara mikirin itu."

What Can I Do?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang