Holaaa!!!
Ada yang nungguin aku update nggak?
Sebenernya chapter ini sudah tayang lebih dulu di Karyakarsa. Jadi, kalau baca di wattpad emang harus bersabar nungguin authornya update.
Jangan lupa vote dan komen. Follow juga. Jangan terlalu pelit vote, komen dan follow.
Happy reading!!!
💐💐💐
Karina menggeliat pelan di rengkuhan Jeano. Tangan kekar Jeano masih membelit perut Karina selepas permainan mereka di sofa dan di kasur semalaman. Tangan Jeano bahkan masih menyusup ke dalam gaun Karina yang masih sangat berantakan. Dari belakang, Karina bisa merasakan deru napas Jeano yang hangat di lehernya. Pria itu sesekali juga mengecup pundak mulus Karina. Sudah tiga puluh menit mereka hanya bersantai di kasur karena kelelahan. Mungkin saja.
"Je?" lirih Karina. Matanya melirik ke arah jam dinding yang masih cukup kelihatan meski hanya disinari lampu tidur temaram. Jarum jam dinding itu menunjukkan pukul 3 pagi.
"Hmm, kenapa?"
"Cuma ngecek aja kamu udah bangun atau belum?"
"Udah bangun, kok, Sayang."
Jeano merapikan rambut Karina ke belakang telinga. Helaian rambut beraroma buah itu sedikit lembab oleh keringat gara-gara aktivitas mereka semalaman.
"Kamu cantik banget, sih?" puji Jeano.
"Aku berantakan banget kayak gini, masih kamu bilang cantik?"
"Kamu cantik di setiap detik. Nggak peduli seberapa berantakannya kamu, tetap aja kecantikan kamu nggak luntur. Kamu tuh cantik luar-dalem, Rin. Hati kamu apalagi."
Karina tersenyum puas. Dia tahu ucapan Jeano sangat tulus. Dan dia juga memuji Jeano yang punya hati sejernih air tanpa polusi.
"Kamu juga ganteng luar-dalem. Aku bener-bener yakin gara-gara lihat kamu sering berbagi sama kucing-kucing jalanan. Aku nyadar kalau kamu orang yang tulus."
"Udah tahu. Kamu udah sering bilang tentang itu."
"Ya meski kamu dulu buaya darat. Tapi, ada satu sisi yang bikin kamu kelihatan kayak kucing."
"Kok disamain kucing?" tanya Jeano seraya terheran-heran dan gagal paham.
"Ya ada satu sisi yang bikin kamu kelihatan imut dan manis kayak kucing. Udah lah. Lupain aja masalah kucing. Kamu mau sarapan apa pagi ini?"
"Sarapan kamu boleh nggak?" Tanya Jeano yang sebenarnya hanya bercanda.
"Sebelumnya kita udah ngelakuin dua kali. Kamu masih kurang?" tanya Karina.
Karina lantas membalikkan tubuhnya hingga berhadapan dengan Jeano. Karina bisa melihat jelas dada polos Jeano tanpa sehelai kain pun. Karina menenggelamkan kepalanya ke dalam dada bidang itu. Karina sangat menyukai dada yang lembab itu. meski agak basah, tapi justru terasa hangat.
Karina bisa merasakan ketenangan dari degup jantung di dalam dada Jeano.
"Aku cuma bercanda, Sayang," balas Jeano. Kemudian mengecup pucuk kepala Karina ringan.
"Kalau mau lagi sebenernya nggak apa-apa, Je."
"Without a condom lagi? Kamu lupa kalau aku kehabisan stok, Yang?"
Karina mendongakkan kepalanya ke atas. Ditatapnya manik mata Jeano yang membulat sempurna. Karina tahu Jeano sedang berada dalam kebingungan. Ya, jelas saja. Tumben sekali Karina mau diajak having sex totalitas seperti semalam. Biasanya satu kali main sudah cukup.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Can I Do?
RomanceKALAU BACA CERITA INI, BERARTI WAJIB FOLLOW! Sudah cukup lama Jeano menjomblo. Hingga akhirnya dia bertemu Karina lagi. Dia kembali merasakan buncahan cinta lagi setelah bertemu Karina. Jeano bertekad ingin bersama Karina lagi. Sayangnya, langkah J...