39. Membahagiakan Jeano

394 52 6
                                    

Haloooo!!!!

Gimana perasaan kalian setelah dapet notif dari author sibuk ini?

Seneng nggak?

Maaf ya kalau lama menghilang. Aku lagi hectic sama kerjaan di dunia nyata. Nggak sempat update sama sekali selama sebulan.

Vote dan komen tetap aku tunggu.

Tega sekali kalian kalau nggak ngasih vote dan komen. Aku udah berusaha menyempatkan waktu buat update ditengah tugas-tugas dan kerjaan yang bejibun dan super duper bikin stress.

Happy reading...

🍀🍀🍀





Pagi-pagi sekali ada yang memencet bel apartment Jeano. Pria yang tidur lagi setelah sholat subuh itu pun membuka pintu. Tampak sosok Karina berdiri diambang pintu. Jeano mengerjapkan mata setelah menguap satu kali. Dikuceknya pelan kedua matanya. Ternyata benar, wanita ini Karina. Tumben sekali Karina datang sepagi ini. Ya, ini masih jam 5.00. Masih pagi buta. Jeano saja merasa kepagian bangun jam segini di hari sabtu.

"Rin?"

"Hai, Je." Lengkungan senyum tergambar di kedua sudut bibir Karina.

"Masuk, Rin," ajak Jeano. Karina pun masuk ke dalam apartemen. "Kok pagi-pagi udah ke sini?"

"Mau masakin kamu sarapan," balas Karina sambil menunjukkan tas plastik berisi bahan makanan.

Karina meletakkan bahan-bahan makanan itu di pantry. Dia sudah memikirkan makanan apa yang akan dimasaknya hari ini. Sebenarnya Karina bukan hanya memasak untuk sarapan saja, tapi dia akan memasak untuk makan siangnya Jeano sekalian. Karina juga akan menyiapkan setelan kantornya Jeano untuk seminggu ke depan. Pokoknya dia akan melakukan tugasnya sebagai seorang istri dengan baik. Mumpung masih ada kesempatan, kan.

"Mau masak apa, nih?" tanya Jeano.

"Banyak. Pokoknya aku pengen masakin makanan kesukaan kamu."

"Pecel lele?" tanya Jeano.

"Ya termasuk itu juga. Tapi nggak cuman pecel lele."

Jeano mengangguk-angguk mengerti. Beruntung sekali Karina tahu semua makanan kesukaannya. Hari ini Jeano tidak akan repot-repot mencari makan di luar atau turun ke lantai 7 minta sarapan ke Nana.

"Aku mau nginep di sini sampai besok," kata Karina.

"Serius?"

"Iya, Je."

"Kalau gitu nanti malem kita nginep di rumah aku aja. Di sini terlalu sempit."

"Nggak usah. Di sini aja. Nanti kalau ke rumah kamu di Dharmo, rempong bawa makanannya."

"Oh iya juga, ya. Ya udah di sini aja nggak masalah. Lagian Renza lagi sibuk. Pasti nggak sempat gangguin kita." Jeano tiba-tiba teringat saat Renza mengganggu momen romantisnya bersama Karina tempo hari hingga menggedor-gedor pintu.

"Kamu nggak pergi ke tempat gym, Je? Ini kan weekend."

Jeano menggeleng. "Libur dulu, deh. Kan ada kamu di sini."

"Hmm... tumben banget. Biasanya kamu tuh rajin banget ngebentuk otot."

Jeano tersenyum tengil. "Ya kan aku bisa workout bareng kamu."

Bukannya mengomeli Jeano yang genit, Karina malah memeluk pria itu secara tiba-tiba dari belakang. Tak mengabaikan pisau dapur dan bawang-bawang yang hendak diirisnya.

"Eh, kok tiba-tiba dapet pelukan," lirih Jeano.

"Lagi pengen peluk kamu."

"Aku belum mandi, lho. Masih bau jigong juga. Jadi nggak usah ciuman dulu sebelum aku mandi," ungkap Jeano mengakui aibnya sendiri.

What Can I Do?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang