Halooo!!!
Aku update nih. Jangan lupa vote dan komen.
Ayo dong vote dan komen!!
Follow juga akun wattpadku ya...
Happy reading!
🌺🌺🌺
"Apa jangan-jangan kamu udah isi, ya, Rin" tanya Tante Rani.
Baik Karina maupun Raka sama-sama terkejutnya. Karina segera membasuh mulutnya usai muntah, sedangkan Raka masih membeku di tempatnya. Begitu pula Bik Minah yang auto melongo. Om Surya pun berdehem pelan setelah menaikkan posisi kacamatanya yang merosot ke hidung. Gara-gara Tante Rani semua yang ada di ruangan itu jadi overthinking, apalagi Karina. Pasalnya kemarin dia sudah menyerahkan diri pada Jeano. Tapi, tidak mungkin kan secepat ini membuahkan hasil. Ditambah lagi Jeano tidak mengeluarkannya di dalam. Karina masih mencoba berpikir dengan logikanya.
"Mama apaan, sih? Karina cuma masuk angin doang." Ini bukan Karina yang menjawab, tapi Raka.
"Ya siapa tahu kalian...."
"Mama jangan ngawur. Jangan berprasangka buruk dulu," elak Raka.
"Ya mama kan pengen cepetan punya cucu juga, Ka." Balasan Tante Rani ini semakin ngawur. Om Surya geleng-geleng kepala heran. Bisa-bisanya sang istri berpikiran aneh seperti itu.
"Raka bukan laki-laki berengsek, Ma. Raka bakal menjaga Karina," bantah Raka mendebat sang mama. Sontak saja Tante Rani terkekeh pelan.
"Iya. Mama percaya sama kamu. Hari ini mending Karina nggak usah masuk kerja dulu aja. Suruh dia istirahat dulu," pesan Tante Rani.
"Iya, Ma."
Tante Rani menuntun Karina untuk duduk kembali ke kursinya. Wanita paruh baya yang masih awet muda itu memberikan segelas air putih untuk Karina. Tante Rani juga memijat pelan tengkuk Karina. Perlakuan Tante Rani itu membuat Karina sungkan sendiri. Wanita itu begitu baik padanya. Siapa pun pasti bilang bahwa Tante Rani ini ibu mertua idaman. Selain cantik, berintelek, beliau juga berhati bidadari dan punya kehidupan yang sangat teratur. Tak salah jika seorang pria sesukses Om Surya memilih Tante Rani untuk menjadi pendamping hidupnya. Tak salah jika pria se-perfect Raka lahir dari rahimnya Tante Rani.
"Kamu istirahat dulu aja, Rin. Atau mau Tante temenin?" tawar Tante Rani. Karina menggeleng pelan.
"Nggak usah, Tante. Nanti malah jadinya ngerepotin. Lagian Tante kan mau ada meeting nanti."
"Ya udah kalau gitu. Nanti kalau ada apa-apa bilang ke Raka atau Tante, ya. Apa kita perlu ke dokter?"
Karina menggeleng lagi. "Nggak usah, Tante. Cuma masuk angin biasa. Nanti juga sembuh sendiri. Karina baik-baik aja, kok, Tante," tolak Karina halus.
"Oke. Kamu di rumah harus full istirahat, ya. Nggak usah mikir kerjaan."
"Iya, Tante."
Setelah acara sarapan bersama itu selesai, Karina diantar pulang lagi oleh Raka. Sebelum pulang, Raka menawarkan lagi untuk mengantar Karina periksa ke dokter. Namun, Karina tetap menolaknya. Dia tidak mau merepotkan Raka. Lagi pula Raka sendiri baru saja kembali dari luar kota. Pasti pria itu juga lelah usai menempuh perjalanan jauh dengan membawa segudang pekerjaan. Karina merasa masih bisa mengurus dirinya sendiri.
"Kamu yakin nggak mau periksa?" tanya Raka setelah mobilnya berhenti di depan rumah yang ditempati Karina.
"Iya, Mas. Nggak usah." Karina menjawabnya disertai anggukan.
![](https://img.wattpad.com/cover/319217120-288-k348648.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
What Can I Do?
RomanceKALAU BACA CERITA INI, BERARTI WAJIB FOLLOW! Sudah cukup lama Jeano menjomblo. Hingga akhirnya dia bertemu Karina lagi. Dia kembali merasakan buncahan cinta lagi setelah bertemu Karina. Jeano bertekad ingin bersama Karina lagi. Sayangnya, langkah J...