Holaa!!!
Siapa yang nungguin aku update?
Gimana kemarin yang di Karyakarsa?
Seru nggak?
Atau seru banget?
Makasih ya buat yang kemarin udah mampir ke Karyakarsa. Moga baper banget.
Jangan lupa vote, comment, share n follow.
Bagi yang belum follow, ayo follow!
Happy reading.
💕💕💕
"JE! BUKA PINTUNYA!" teriakan disertai gedoran pintu dari luar semakin membabi buta. "BUKAIN, JEANO!"
Jeano dan Karina sontak saja terperanjat. Tangan Jeano meraih kemejanya sendiri yang terjatuh ke lantai. Kemeja itu dikibaskan ke kiri dan ke kanan guna menyibak kepulan asap dari panci gosong yang tak jauh dari tempatnya dan Karina berdiri. Karina sendiri berusaha membenahi kancing kemejanya yang tadi sempat dilepas oleh Jeano meski pandangannya terbatas oleh kepulan asap. Keduanya terbatuk-batuk saat asap semakin tebal.
Setelah berhasil mematikan kompor, Jeano membuka pintu balkon. Kepulan asap mulai bergerak keluar. Jangan tanyakan keadaan pancinya Jeano. Yang jelas sudah sangat hitam memprihatinkan. Sementara itu, pintu utama unit apartemennya masih digedor sampai gendang telinga Jeano rasanya mau jebol. Begitu juga Karina yang mendadak linglung karena suara gedoran dan teriakan yang tiada henti itu.
"Rin?" seru Jeano menyadarkan Karina yang sedang bengong.
"Eh, iya."
"JEANO, BUKA! LO NGGAK APA-APA KAN DI DALEM?" teriakan itu terdengar lagi. Jeano hafal sekali siapa pemilik suara itu. Siapa lagi kalau bukan Renza. Nada galak Renza sangat mudah untuk dikenali.
"Rambut kamu rapiin dulu! Cepatan!" titah Jeano ke Karina diantara rasa panik yang datang mendadak,
"Eh, iya. Ini udah aku benerin kancing kemeja aku," sahut Karina seraya menyisir helaian rambutnya dengan jari-jarinya agar lebih rapi dan tidak mencurigakan.
"Sip. Kamu harus tetap tenang. Jangan pasang komuk mencurigakan pokoknya," titah Jeano lagi. Pria itu memakai kembali kemejanya. Gerakan tangannya sangat cepat membenahi bajunya yang kusut akibat aksi gila tadi.
"Buruan buka, Je! Kalau semakin lama, entar orang-orang makin curiga."
"Iya. Siap. Kamu di sini aja, ya. Biar aku yang bukain."
Karina tetap mematung di pantry. Sementara Jeano berjalan tergesa untuk membuka pintu. Pria itu tidak sempat melihat ke intercom siapa laagi yang datang selain Renza. Begitu pintu terbuka, kepulan asap keluar melalui pintu utama juga, mengenai makhluk-makhluk di depan unit apartemennya. Mata Jeano membelalak lebar. Pasalnya bukan hanya Renza yang ada di depan, tapi beberapa tetangga dan security apartemen. Mereka semua terbatuk-batuk begitu terkena kepulan asap.
"Je, kebakaran, ya?" tanya Renza. Ekspresinya menunjukkan kekhawatiran. Orang-orang yang berdiri di kanan-kiri dan belakang Renza ikut penasaran dengan apa yang terjadi.
"Enggak, kok. Tadi lagi ngerebus mie. Terus gosong," jawab Jeano. Kali ini dia masih menjawabnya jujur. Entahlah kalau ada pertanyaan lagi.
"Hah, kok bisa? Lo lupa kalau lagi ngerebus mie?" tanya Renza lagi.
Jeano malah nyengir kuda. Satu tangannya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Pria 29 tahun itu masih bingung mencari alasan yang logis dan bisa diterima orang-orang penghuni apartemen yang mungkin jumlahnya se-RT ini. "Anu...tadi waktu masak mie, gue kebelet poop. Ya udah gue tinggal ke toilet dulu. Pas gue keluar dari toilet, ternyata udah tebel banget asapnya. Panci gue udah gosong."
KAMU SEDANG MEMBACA
What Can I Do?
Storie d'amoreKALAU BACA CERITA INI, BERARTI WAJIB FOLLOW! Sudah cukup lama Jeano menjomblo. Hingga akhirnya dia bertemu Karina lagi. Dia kembali merasakan buncahan cinta lagi setelah bertemu Karina. Jeano bertekad ingin bersama Karina lagi. Sayangnya, langkah J...