34. Main Kucing-Kucingan

307 52 0
                                    

Halooo!!!

Akhirnya aku up lagi mumpung lagi mood. Kalau nggak mood, aku nggak bakal up.

Tolong tinggalkan jejak berupa vote dan komen ya.

Happy reading....


🍓🍓🍓






Love is blind, kata-kata klasik itu memang tepat untuk menggambarkan seorang Karina saat ini. Karina telah dibutakan oleh cinta hingga membuatnya menjadi wanita yang manipulatif. Padahal dulu ayahnya selalu mengajarkan Karina untuk jujur. Namun, untuk urusan hati, Karina tidak bisa menjadi orang yang lurus-lurus amat. Mau tidak mau, Karina harus menjalani perannya sebagai tokoh antagonis di kehidupan seorang Raka. Karina yang terlanjur bucin oleh Jeano terpaksa menjadi Karina yang jahat. Dia telah menyakiti hati Raka diam-diam. Karina sadar betul bahwa apa yang dilakukannya pasti berujung karma. Sebuah perbuatan pasti akan ada timbal baliknya, bukan? Seperti hukum 3 Newton yang mengatakan bahwa jika ada gaya, maka akan ada reaksi.

Kemarin Karina hanya membalas singkat chat dari Raka. Dia membohongi Raka dengan mengatakan bahwa pria di dalam foto itu adalah Syailendra. Nama laki-laki absurd itu terlintas begitu saja di kepala Karina. Untungnya posisi Jeano di foto itu membelakangi kamera, sehingga tidak kelihatan wajahnya. Tidak mungkin juga Karina membeberkan sosok Jeano yang selalu menjemputnya ke kantor selama Raka bepergian ke luar kota. Itu sama saja membahayakan diri sendiri dan suami sirinya. Lebih baik Karina menikmati perannya menjadi tokoh antagonis yang manipulatif. Untungnya Raka percaya saja kalau pria itu Syailendra. Setidaknya, Karina bisa tidur tenang di malam harinya. Dia juga belum menceritakan hal ini pada Jeano. Selama Karina bisa mengatasi segalanya, dia tidak akan merepotkan Jeano. Karina tetaplah wanita mandiri yang bisa memecahkan segala masalah dalam keadaan mendesak. Iya, untuk sementara ini dia masih bisa. Tidak tahu di kemudian hari bagaimana jika sesuatu yang lebih membagongkan terjadi. Skenario dunia memang sangat membagongkan.

Siang ini Karina diminta Raka untuk menemui rekan bisnisnya di sebuah restoran elit. Karena tadi Karina masih sibuk mengurus desain bangunan yang tidak bisa diselesaikan oleh Riska. Ternyata Riska tidak bisa menepati janjinya untuk menyelesaikan gambar lebih cepat. Alhasil Karina harus turun tangan untuk mengatasinya setelah memarahi Riska habis-habisan. Akhirnya Karina harus berangkat ke restoran sendirian. Sementara Raka sudah berangkat lebih dulu bersama asisten dan sekretarisnya. Untungnya Karina diantarkan oleh sopirnya Raka menuju restoran. Setibanya di restoran, sudah banyak bapak-bapak yang datang di ruang reservasi. Jumlahnya ada 6 orang. Ruangan itu memang sengaja disewa oleh Raka. Ternyata orang-orang itu dari perusahaan tempat Syailendra bekerja. Mereka makan siang bersama sambil membahas proyek akan datang. Raka menarik satu kursi ketika Karina datang. Dengan senang hati Karina duduk di kursi itu setelah menyapa semua orang yang hadir dalam pertemuan bisnis ini.

"Wah, Mbak Karina kelihatannya makin sibuk, ya," kata Pak Harsa. Pak Harsa ini adalah salah satu pemegang saham tertinggi di perusahaan tempat Syailendra bekerja.

"Ya seperti itu, Pak. Ada banyak desain yang harus saja kerjakan di kantor," balas Karina seramah dan seanggun mungkin. Di depan para pebisnis seperti ini dia memang selalu menjaga tata-krama sebaik mungkin. Karina tahu betul bagaimana etika berbisnis.

Pak Harsa dan beberapa bapak-bapak lainnya bertepuk tangan ringan. "Wah, benar-benar cocok sekali dengan Pak Raka. Sama-sama pekerja keras, ulet dan disiplin," puji Pak Harsa.

"Benar sekali. Pak Raka dan Mbak Karina memang perpaduan yang pas," sahut Pak Aryo yang duduk di sebelah Pak Harsa. Dan sekali lagi bapak-bapak yang lain menyetujui.

"Berarti Mbak Karina tetap terlibat di proyek baru kita, kan, Pak Raka?" tanya Pak Harsa.

"Iya, Pak. Dia yang akan merancang bangunan apartemennya. Saya sudah bilang ke dia sebelumnya. Dan Karina menyetujuinya."

What Can I Do?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang