KALAU BACA CERITA INI, BERARTI WAJIB FOLLOW!
Sudah cukup lama Jeano menjomblo. Hingga akhirnya dia bertemu Karina lagi. Dia kembali merasakan buncahan cinta lagi setelah bertemu Karina. Jeano bertekad ingin bersama Karina lagi. Sayangnya, langkah J...
Wahai para silent readers, jangan pelit-pelit ngasih vote dan komen, dong!
Happy reading...
☘️☘️☘️
Jujur saja Karina menahan sesak akibat gaun pengantin yang kekecilan di tubuhnya itu. Kancing gaun itu dipaksanya naik ke atas. Menekan bagian perutnya yang sepertinya berubah ukuran. Namun, Karina masih mencoba menyingkirkan pikiran-pikiran aneh yang bersarang di kepalanya. Kalau ditanya nyaman atau tidak, Karina akan menjawab gaun yang dipakainya tidak nyaman sama sekali.
"Kamu cantik banget, Karina," puji Tante Rani setelah Karina keluar dari kamar ganti. Di sampingnya, Raka sampai melongo melihat penampilan Karina dengan gaun putih itu. Terlihat semakin anggun. Matanya sampai tidak berkedip sedikit pun. "Ka, cantik banget ya calon istri kamu?"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Raka melangkahkan kakinya lebih dekat ke arah Karina. Satu tangannya menyentuh sebelah pipi Karina. Raka semakin terpana melihat jernihnya manik mata Karina di wajah cantik itu.
"Aku yakin kamu pasti lebih cantik di hari H nanti," ucap Raka disertai senyuman tulusnya. Pria mapan itu tidak ada bosannya mengamati Karina dari ujung kepala sampai ujung kaki. Calon pengantinnya memang sangat cantik.
"Makasih, Mas. Kamu juga cocok banget pakai tuxedo itu. Auranya kelihatan lebih memancar," puji Karina agar Raka senang.
Karina membalas senyuman itu. Meski terpaksa, tapi dia tetap bisa ber-acting denga baik. Kebohongan Karina tentang perasaannya ke Raka sudah sebesar ledakan Gunung Krakatau. Sangat besar dan tidak bisa dihitung lagi ini kebohongan yang ke berapa. Beginilah kalau seseorang terpaksa berubah menjadi tokoh antagonis karena keadaan. Karina merasa dirinya begitu hina dan jahat di hadapan Raka.
"By the way, kamu kelihatannya tambah pucet. Masih nggak enak badan?" tanya Raka mulai khawatir lagi.
Karina menggeleng cepat. "Nggak kok, Mas. Perasaan kamu aja kali, Mas. Aku udah mendingan, kok."
"Tapi... aku nggak yakin."
Tante Rani berdehem pelan sebelum berkata-kata. "Gimana kalau kita segera pulang aja. Biar Karina bisa segera istirahat," usul Tante Rani. "Udah selesai kan nyoba bajunya?"
"Iya, Ma." Raka mengelus pelan kedua pundak Karina. "Ya udah abis ini aku anterin kamu pulang, ya."
"Iya, Mas."
"Oh iya, kamu beneran nggak mau aku anterin ke dokter?" tawar Raka.