Holaaa!!!
Aku balik nih. Siapa yang nungguin aku update?
Jangan lupa vote dan komen!
Follow wattpadku juga ya!
Siapa yang pengen mereka balikan lagi?
"Lo mau nyoba gendong Avi?" tawar Nana pada Karina.
"Emang boleh?" tanya Karina.
"Boleh lah. Sini gue ajarin. Bantar lagi lo juga bakal gendong bayi lo sendiri, kan?"
Entahlah ini sindiran atau apa. Tapi, mendadak hati Karina semakin terketuk.
Dengan telaten Nana mengajari Karina menggendong bayi. Setelah mendapatkan posisi yang nyaman, bayi mungil bernama Avi itu menguap. Karina semakin gemas melihatnya. Bayi itu berhasil membuat atensi Karina tertarik sepenuhnya. Benar-benar membuat Karina merasa seperti menjadi ibu sesungguhnya. Bayi ini sungguh menakjubkan. Karina seperti terhipnotis oleh pesona bayi ini. Bagaimana kalau dia menggendong bayinya sendiri kelak?
"Makasih, ya, Rin. Katanya Renza tiga hari yang lalu, lo yang nolongin Winta," ujar Nana.
"Renza yang banyak bantu. Gue cuman ngikutin instruksi Renza aja buat nemenin Winta ke sini. Selebihnya yang ngurusin administrasinya Winta sampai masuk ruang operasi ya si Renza. Bisa dibilang Renza yang paling banyak nolongin."
Nana terkekeh. "Renza udah gue traktir makan enak kok sebagai rasa terima kasih udah nolongin Winta." Nana menatap Karina lebih intens. "Tapi kalau nggak ada lo, pasti istri dan anak gue dalam bahaya. Gue jadi merasa bersalah karena nggak bisa jagain Winta waktu itu."
"Gue kebetulan aja lagi diajak Winta ke apartemen lo. Eh, ternyata malah Winta kontraksi. Udah gitu ketubannya pecah."
"Ya pokoknya makasih, deh. Hmm... si Avi udah tidur. Kayaknya dia nyaman banget lo gendong."
Karina tampak terkejut. Benar kata Nana, bayi mungil ini sudah tertidur pulas. Bagaimana mungkin dia bisa membuat seorang bayi tenang di pengalaman pertamanya menggendong bayi? Bahkan Avi tidak menangis sedikiti pun saat digendong Karina. Ini menakjubkan bukan.
"Imut kan anak gue, Mbak. Buruan bikin sama Bang Jeano sana, Mbak! Biar punya anak yang lucu kayak gini," seru Winta sambil rebahan. Karina hanya tersenyum tipis menganggapinya.
"Semoga lo berubah pikiran, ya, Rin. Anak itu anugerah Tuhan yang luar biasa, Rin," lirih Nana sembari mengelus pelan kening bayinya. Kata-kata Nana entah mengapa bisa mengetuk pintu hati Karina. Jauh di dalam hatinya, dia menginginkan janinnya terus hidup. Karina menemukan naluri keibuan melalui drama melahirkannya Winta. Sekarang Karina tahu bahwa janinnya adalah separuh hidupnya. Janin itu berhak bahagia. Janin itu tidak bersalah. Jadi, Karina berubah pikiran. Dia mengurungkan niatnya untuk pergi ke tempat aborsi ilegal. Janinnya berhak bahagia di dunia ini. Meski Karina sendiri harus menelan pil pahit kehidupan yang selalu tidak berpihak padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
What Can I Do?
RomansKALAU BACA CERITA INI, BERARTI WAJIB FOLLOW! Sudah cukup lama Jeano menjomblo. Hingga akhirnya dia bertemu Karina lagi. Dia kembali merasakan buncahan cinta lagi setelah bertemu Karina. Jeano bertekad ingin bersama Karina lagi. Sayangnya, langkah J...