20. Aksi Buaya

572 81 13
                                    

Halooo!!!

Janjinya update sore ini atau sore besok, tapi maaf bisanya update malam ini. Hehe

Kaget nggak aku update lebih cepet dari biasanya?

Aku cepet update karena buat ngilangin stress dari aktivitas di dunia nyata. Akhir-akhir ini aku overworking. Aku ngurusin banyak olimpiade sains, olimpiade berbau kedokteran, essay dan karya tulis ilmiah. Aku bukan peserta lombanya, tapi tentornya. Hahaha... ya tanpa sadar aku ikutan stress meski bukan aku yang ikutan lomba. Otak aku rasanya ngebul buat mikir hal-hal berbau akademik terus-terusan. Pengen refresh bentar dengan tulisan fiksi. Wkwkwkwk

Jadi, tolong apresiasi karyaku dengan vote dan komen. Follow juga akun wattpad aku.

Happy reading...

Jadi, aku mau spoiler dikit yang ada di Karyakarsa.

Jadi, aku mau spoiler dikit yang ada di Karyakarsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.











Siang ini Karina pergi diam-diam saat jam istirahat makan siang. Dia tidak pamit dengan siapa pun di kantor. Jangankan Raka, anak magang pun tidak dia pamiti. Perempuan itu berjalan tergesa-gesa menuju jalanan di depan kantor. Ternyata mobil Jeano sudah datang. Karina langsung masuk ke dalam setelah mengetuk kaca jendela Jeano.

"Cepetan aja jalannya, Je!"

"Kamu takut kepergok Raka mau jalan sama aku?" tanya Jeano sembari melajukan mobilnya menjauh dari area kantornya Karina.

"Iya lah. Mas Raka udah pulang dari luar kota. Bisa gawat kalau dia tahu."

Jeano menghela napas pelan. Merasa kasihan juga melihat Karina yang bingung karena jalan dengannya. Di sisi lain Jeano juga ingin menertawakan dirinya sendiri yang sekarang sudah sangat mirip dengan pebinor. Acara pacarannya dengan Karina benar-benar tidak sebebas sekarang. Mereka mirip anak ABG yang sedang backstreet.

"Jeje?" Panggil Karina. Perempuan itu sudah mulai membiasakan diri memanggil Jeano dengan 'Jeje' lagi sebagai panggilan kesayangan seperti dulu.

"Iya, Rin. Kenapa?"

"Kita makannya di apartemen kamu aja gimana?"

"Lho, nggak jadi makan nasi padang?"

"Ya, jadi. Tapi kita order Gofood aja. Terus makannya di apartemen kamu. Kalau makan di luar, aku takutnya keciduk Mas Raka atau anak-anak buah kepercayaannya."

Jeano menghentikan laju mobilnya saat lampu merah menyala. "Ya ampun. Takut banget, sih. Kita nggak akan ketemu mereka. Percaya deh sama aku."

"Aku tetep aja nggak bisa tenang, Je." Karina masih tetap menunjukkan ekspresi tidak tenang. Bukan hanya eskpresi wajahnya, tangannya yang gemetar juga menandakan bahwa dia sedang merasa dalam bahaya.

What Can I Do?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang