Haloo!!!
Ada yang nungguin aku up cerita ini nggak?
Kalau ada ya Alhamdulillah.
Jangan lupa vote dan komen. Tolong jangan pelit kasih vote dan komen. Biar aku semangat nulisnya. Apalagi klik vote itu gampang banget. Jangan terlalu lama jadi silent reader ya. Tolong banget. Hehe
Yang baca cerita ini wajib follow akun wattpadku. AYO BURUAN FOLLOW!
Aku mau ngasih info siapkan saldo e-money karena akan ada sesuatu di Karyakarsa.
Happy reading...
***
Ide gila untuk menikah siri keluar begitu saja dari mulut Jeano. Pria itu tahu Karina sulit memutus hubungannya dengan Raka. Melihat sebegitu tergantungnya hidup Karina pada Raka setelah ayahnya meninggal, tentu bukan hal yang mudah untuk keluar dari lingkaran yang perempuan itu masuki. Lingkaran itu dikelilingi oleh dinding yang kokoh hingga Karina sulit untuk membobolnya. Mungkin sekokoh dinding Maria di anime Attack on Titan yang sering ditonton Jeano di zaman kuliah dulu.
Terkadang Jeano berpikir keras. Mengapa takdir mempermainkannya di masa lalu. Kalau boleh meminta, Jeano ingin bertukar posisi dengan Raka. Jeano ingin menjadi orang yang Karina butuhkan di saat perempuan itu terjatuh hingga ke titik terendahnya. Namun, takdir di masa lalu tak akan pernah bisa diubah. Jeano yang dulu hanyalah mahasiswa semester akhir yang molor lulus kuliah. Boro-boro membantu Karina melunasi hutang ayahnya dan membiayai sekolah adik-adiknya, untuk menghidupi dirinya saja Jeano belum mampu saat itu. Jeano yang dulu hanyalah seonggok daging bernyawa yang hidup menumpang di rumah Pak Damar. Dia tak lebih dari seorang dedengkot Fakultas Teknik yang turut berpartisipasi menurunkan akreditasi jurusan karena lulus molor.
Iya, Jeano yang dulu sangat payah. Jeano menyesali kenapa dulu dia tidak bisa menjadi manusia yang berguna. Satu hal yang Jeano sadari. Sebesar apa pun mencintai seseorang, pasti suatu saat cinta itu akan diuji. Seberapa kuat kita menahan diri untuk tetap setia, tapi ada kalanya kita akan merasa dikhianati. Entah dikhianati oleh seseorang, atau pun dikhianati takdir. Namun, sekarang Jeano sudah mampu menempatkan pikirannya lebih dewasa. Sehingga dia mau tidak mau harus menerima apa pun yang sudah digariskan untuknya.
"Makasih ya udah nganterin aku," kata Karina begitu mobil SUV milik Jeano tiba di depan rumahnya.
"Sama-sama. Besok aku anter-jemput lagi aja."
"Ya nggak masalah sih selama Mas Raka di luar kota. Mau mampir dulu?" tawar Karina.
"Boleh, deh. Aku masih pengen berlama-lama sama kamu."
Jeano akhirnya keluar dari mobil. Langkahnya mengikuti Karina masuk ke dalam rumah. Lampu rumah ternyata hanya menyala di bagian teras saja, sedangkan bagian dalam redup. Karina buru-buru menyalakan lampu rumah itu. Karina tidak menyuruh Jeano duduk di ruang tamu seperti biasanya. Dia mengajak Jeano duduk di sofa ruang tengah.
"Mau teh anget?"
Jeano menggeleng. "Tadi abis minum es jeruk, masa sekarang minum teh anget."
"Terus? Mau minum air putih aja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
What Can I Do?
RomansKALAU BACA CERITA INI, BERARTI WAJIB FOLLOW! Sudah cukup lama Jeano menjomblo. Hingga akhirnya dia bertemu Karina lagi. Dia kembali merasakan buncahan cinta lagi setelah bertemu Karina. Jeano bertekad ingin bersama Karina lagi. Sayangnya, langkah J...