Halooo!!!
Aku up lagi ya. Jangan lupa vote dan komen!
Follow juga akun wattpadku.
Happy reading!!!
Karina diusir dari kantor ini. Itulah harga yang harus dibayar mahal dari perbuatannya menduakan Raka. Kaki jenjang itu pun melangkah gontai menuju kubikelnya. Amukan Tante Rani kemarin menjadi pertanda bahwa dia bukanlah siapa-siapa lagi di kantor ini. Bahkan dia bukan siapa-siapa lagi bagi keluarga Raka. Karina memang sedih, tapi dia tahu diri untuk tidak mengeluh atau menyesali semua yang telah terjadi. Karina sadar bahwa apa yang menimpanya adalah buah dari dosa-dosanya pada Raka. Sekarang yang ada di pikiran Karina, bagaimana dia dan adik-adiknya bertahan hidup. Jangan lupakan janin yang juga harus Karina pertahankan hidupnya.
Karina tidak tahu sejak kapan barang-barang di kubikelnya sudah dirapikan dan siapa yang merapikan. Barang-barang itu sudah dibungkus rapi di dalam kardus-kardus. Hanya tersisa komputer milik kantor di atas mejanya. Sejanak dadanya terasa nyeri. Namun, bukan karena barang-barangnya yang sudah dikemasi. Melainkan karena tatapan-tatapan aneh dan mengintimidasi dari orang-orang kantor. Mereka sepertinya sudah tahu tentang Tante Rani yang tiba-tiba memecatnya kemarin. Saat akan mengangkat satu kardus, Karina mendengar suara-suara tidak enak dari orang-orang di ruangan itu. Mereka sepertinya sengaja menyindir Karina.
"Jabatan udah lumayan tinggi. Dulu kesayangannya Bu Rani, tapi sekarang malah dipecat. Duh, kasihan banget, ya," kata seorang wanita berambut pendek di duduk di kubikel dekat pintu masuk.
"Iya. Ya kayak gitu kalau jadi tukang selingkuh. Untung Pak Raka nggak jadi nikah sama wanita ular itu," sahut wanita lain.
"Waktu dia pendarahan, gue sempat berpikir itu anaknya Pak Raka. Eh, ternyata anak dari selingkuhannya. Gue merasa berdosa sama Pak Raka udah berpikiran macem-macem ke beliau. Emang wanita murahan ya dia." Wanita berambut pendek itu semakin kompor.
"Dia secara nggak langsung bikin jelek nama Pak Raka pas nyaris keguguran itu. Gila banget kan seluruh kantor ngiranya Pak Raka menghamili dia. Saking aja kita diem karena nggak mungkin ngegosipin bos yang udah ngasih kita gaji." wanita lainnya tak mau kalah menyudutkan Karina. Dan masih banyak suara-suara yang membuat telinga Karina jadi panas.
Karina menghela napas pelan. Pasti orang-orang ini sudah mengetahui kabar tentang dirinya yang mengkhianati Raka. Karina paham betul yang namanya gosip sampai kapan pun akan cepat menyebar. Jadi, Karina mencoba menguatkan dirinya sendiri meski rasanya sudah sangat rapuh. Karina seperti pohon yang kelihatan kuat dari luar, tapi dari dalam pohon itu telah lapuk dan siap tumbang kapan pun. Orang-orang bilang setegar apa pun manusia menghadapi masalah, pasti ada sisi di mana dia ingin mengeluhkan keadaan. Ada sisi di mana dia ingin berbagi keluh kesahnya dengan orang terdekat. Namun, semua itu tidak akan pernah terjadi karena Karina tidak ingin membuat adik-adiknya semakin sulit. Karina memaksa dirinya sendiri untuk kuat mengangkat semua bebannya sendirian. Karina tetap menjunjung sebuah filosofi memuakkan bahwa anak pertama harus menjadi kuat sampai kapan pun di hadapan adik-adiknya. Karina harus berdiri tegak dengan kakinya sendiri agar bisa menopang kehidupan adik-adiknya dan bayinya. Berat memang. Tapi itu adalah pilihannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Can I Do?
عاطفيةKALAU BACA CERITA INI, BERARTI WAJIB FOLLOW! Sudah cukup lama Jeano menjomblo. Hingga akhirnya dia bertemu Karina lagi. Dia kembali merasakan buncahan cinta lagi setelah bertemu Karina. Jeano bertekad ingin bersama Karina lagi. Sayangnya, langkah J...