Halooo!
Selamat bermalam minggu. Bagi yang gabut langsung baca ini aja.
Jangan lupa vote dan komen!
FOLLOW AKUN WATTPADKU JUGA WAHAI PARA PEMBACA. BIAR AKU MAKIN CINTA KE KALIAN.
Selamat membaca...
🌺🌺🌺
Seharian ini Jeano hanya mager di sofa ruang tengah. Padahal harusnya dia pulang ke Malang sesuai titah Bu Julia. Ngapain disuruh pulang ke Malang? Ya, jelas untuk ritual kencan buta yang sudah diatur oleh Bu Julia. Bukannya Jeano durhaka pada ibunya, tapi dia malas saja pulang ke Malang. Apalagi pulang kampungnya dalam rangka disuruh kencan sama wanita yang baru ditemuinya sekali saja saat mengantar Bu Julia arisan.
Jeano melirik malas ponselnya yang bergetar di karpet berbulu. Dari layar yang menyala tertera jelas ID caller 'Ibunda Ratu' alias Bu Julia. Namun, Jeano hanya membiarkan ponsel itu bergetar dan menyala berkali-kali tanpa ada niatan untuk mengangkat telepon. Kalau diangkat pasti dia akan menerima semburan lumpur lapindo dari sang ibu.
"Maaf, ya, Ma. Jeje lagi nggak pengen diganggu," gumamnya. Lantas memejamkan mata berharap bisa tidur lagi.
Belum sampai lima menit memejamkan mata, tiba-tiba bel apartemennya berbunyi secara brutal. Jeano yang merasa terganggu akhirnya bergerak juga menuju intercom. Terlihat wajah Winta yang super serius. Pasti adiknya itu mendapat mandat dari Bu Julia untuk menyuruhnya pulang ke Malang.
"Bang, bukain pintunya!" seru Winta dari intercom.
"Ada apa, Win?"
"Gue ngidam, Bang."
"Apa urusannya sama gue? Kan ada Nana. Lo jangan nyuruh gue beliin roti bakar pinggir jalan di siang bolong kayak gini!" sahut Jeano yang juga melihat keberadaan Nana di sebelah Winta.
"Enggak. Bukan itu kok ngidamnya. Udah lah bukain aja pintunya!" desak Winta. Dan akhirnya Jeano menurut.
Dengan gerakan malas Jeano membukakan pintu untuk Winta dan Nana. Adik kandung dan adik tirinya itu muncul dengan wajah tanpa senyuman. Satu tangan Winta mengelus-ngelus perut buncitnya. Sementara Nana mengawal di belakang mirip body guard.
"Abang gimana, sih? Kan hari ini mau pulkam? Kok nggak jadi? Padahal udah gue pesenin tiket keretanya gara-gara Abang bilang males nyetir sendiri ke Malang."
"Win, abang kan nggak nyuruh kamu beli tiket kereta."
"Aku udah bantuin Abang biar nggak capek-capek ke Malang, tapi Abang malah seenak jidatnya sendiri. Capek tahu mesenin tiket kereta!" keluh Winta. Padahal dia pesan tiketnya lewat aplikasi KAI access yang bisa disambi rebahan.
"Ya kan abang emang nggak pengen pulkam, Win. Kan ada acara anniversary-nya Pak Brata dan istrinya. Masa gue nggak dateng ke acara temen bisnis."
"Oh, jadi Abang lebih mentingin temen bismis daripada ibu kandung sendiri?"
"Bukannya gitu, Win."
"Abang tuh ngeles mulu kalau disuruh buka hati ke perempuan lain. Bikin satu keluarga kepikiran semua, tahu nggak?"
"Lo sih pake bilang ke Mama kalau gue putus sama Karina."
"Jadi abang nyalahin gue?" Winta semakin ngegas. Nana di sebelahnya mengelus-ngelus sebelah pundak Winta agar ibu hamil itu bisa sedikit tenang.
"Udah lah, Win. Nggak usah bahas itu lagi. Lo katanya ngidam? Mau gue beliin apa?" tanya Jeano tidak mau ambil pusing lagi.
Winta menggeleng. "Nggak pengen makan apa-apa. Cuman pengen ngomelin Abang."
KAMU SEDANG MEMBACA
What Can I Do?
RomantizmKALAU BACA CERITA INI, BERARTI WAJIB FOLLOW! Sudah cukup lama Jeano menjomblo. Hingga akhirnya dia bertemu Karina lagi. Dia kembali merasakan buncahan cinta lagi setelah bertemu Karina. Jeano bertekad ingin bersama Karina lagi. Sayangnya, langkah J...