36. Keributan di Villa Pak Joni

308 60 0
                                    

Halooo!!!

Gimana? Masih setia nungguin cerita ini?

Btw, udah lama ya aku nggak up. Keknya 2 minggu nggak update. Makanya kalian yang baca rajin vote dan komen yang banyak biar aku semangat up.

Jangan lupa vote dan komen. Nih, aku ingatkan.

Jangan lupa follow akun wattpadku juga

Happy reading....



💖💖💖









Karina terbangun di pagi buta. Matanya mengerjap, menangkap bayangan jam dinding yang berdetak. Masih jam 04.15 dini hari saat suara adzan subuh terdengar dari luar sana. Karina mengembuskan napas panjang saat menyadari tangan kekar Jeano membelit perutnya. Semalam mereka menghabiskan waktu bersama di villanya Pak Joni, ayahnya Heksa. Kemarin saat di Baloga mereka bertemu Heksa beserta istrinya, lalu dilanjutkan acara kumpul dengan Syailendra di vilanya Pak Joni. Ternyata cecunguk itu sedang ada di Malang juga. Tentu saja Heksa yang mengajak Syailendra kumpul bareng sekadar bakar-bakar jagung dan bercerita panjang lebar mumpung masih weekend. Sampai akhirnya mereka terpaksa menginap di villa tersebut karena semalam ada hujan badai sampai merobohkan pohon di jalan utama. Pasti jalan dari Batu menuju Malang macet parah. Ditambah ada pemdaman listrik akibat pohon tumbang mengenai kabel listrik. Alhasil tidak memungkinkan mereka kembali ke Kota Malang. Biasanya kalau ada hujan badai dan pemadaman listrik, orang-orang lebih memilih mengurung diri di rumah daripada terkena macet berjam-jam. Selain macet, resiko kecelakaan lalu lintas juga rentan karena jalanan yang gelap dan licin.

"Je?" panggil Karina sembari memindah tangan kekar Jeano.

"Hmm," balas Jeano hanya dengan gumaman. Pria itu menggeliat pelan saat menyadari Karina memindah tangannya. Selimut yang membungkusnya pun tersingkap hingga memperlihatkan dadanya yang tidak dibungkus sehelai kain pun.

Karina mendengkus pelan. Suaminya itu sepertinya sangat lelah setelah semalam bercinta habis-habisan. Mereka awalnya akan tidur di kamar terpisah karena Heksa dan lainnya belum tahu tentang pernikahan mereka. Jadilah Heksa memberikan mereka kamar yang terpisah. Villa milik ayahnya ini sangat luas dan punya banyak kamar. Heksa tidak ambil pusing mau menaruh teman-temannya di mana. Jadi, sudah tahu kan kalau Heksa ini anaknya sultan meski kulitnya hitam seperti gembel dan sering di-bully.

"Jeje, bangun!" seru Karina sembari menggoyang-goyangkan tubuh kekar Jeano.

"Masih ngantuk, Sayang," sahut Jeano. Suaranya lirih dan serak khas orang baru bangun tidur.

"Ini udah jam 4 pagi. Lebih 15 menit malah. Kamu buruan bangun dan pergi ke kamar kamu. Nanti kalau yang lain mergokin gimana? Mereka kan belum tahu tentang pernikahan kita."

"Ya udah biarin aja mereka tahu sekalian. Toh, mereka teman kita sendiri. Masa kamu nggak percaya sama teman sendiri," balas Jeano santuy. Tapi, matanya masih terpejam.

Karina mendengkus kesal sebelum bersuara lagi. "Tapi Syailendra kenal Mas Raka. Perusahaan tempat dia kerja tuh lagi ada proyek gabungan sama perusahaannya Mas Raka. Aku takutnya Syailendra keceplosan ngomong kita ngelakuin kayak gini ke Mas Raka. Kamu tahu sendiri kan Syailendra tuh lambe turahnya 11 12 sama Heksa."

Bukannya menyahuti, Jeano malah membelit tubuh Karina lagi dengan tangan kekarnya. Pria itu malah menarik tubuh polos Karina hingga berhimpitan dengan tubuhnya. Jeano tidak ingin istrinya kedinginan. Dia ingin memberi kehangatan di pagi yang dingin ini untuk Karina. Maklum, Kota Batu lebih dingin daripada Kota Malang. Jeano ingin berbagi kehangatan lagi dengan Karina. Sementara Karina tidak bisa berkutik karena detak jantungnya menjadi lebih kencang saat kulitnya bersentuhan dengan kulit Jeano. Kepala Karina malah tenggelam di dada bidang Jeano yang agak lembab setelah aktivitas semalam. Namun, Karina masih senantiasa terhipnotis dengan aroma musk parfum di dada suaminya. Aroma maksulin ini sangat menenangkan. Karina menyukainya.

What Can I Do?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang