46. Kejujuran Karina

358 55 10
                                    

Holaaa!!!

Aku balik nih. Siapa yang nungguin aku update?

Jangan lupa vote dan komen!

Follow wattpadku juga ya!

Siapa yang pengen mereka balikan lagi?

Happy reading!!


Happy reading!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Karina? Kamu kenapa, Rin!" teriakan Raka semakin kencang saking paniknya. Orang-orang di kantor semakin banyak yang berkerumun membentuk lingkaran mengitari Karina yang tergeletak kesakitan di lantai dingin. Mereka memasang tampang bingung dan kepo dengan apa yang terjadi pada Karina.

"Pak, itu darahnya semakin banyak. Kita harus segera bawa Mbak Karina ke rumah sakit," ujar Wira yang berdiri tak jauh dari tempat Karina tumbang.

"Iya, Pak. Itu kayaknya Mbak Karina pendarahan, Pak. Kalau tidak segera ditangani dokter, bisa-bisa keguguran, Pak," timpal Mbak Merry, salah satu senior Karina di kantor.

"Hah? Keguguran?" timpal Raka kaget bukan main mendengar kata 'keguguran'. Pikirannya langsung tercecer ke mana-mana. Kejadian seperti ini tidak pernah dia duga sebelumnya.

"Iya, Pak. Itu pendarahan, Pak. Sepertinya Mbak Karina hamil, Pak. Saya juga pernah mengalami pendarahan pas hamil anak pertama. Buruan dibawa ke IGD, Pak. Semakin cepat ditangani semakin baik, Pak. Demi keselamatan Mbak Karina dan janinnya." Mbak Merry semakin menekan Raka untuk segera membawa Karina ke rumah sakit.

Raka yang kehilangan kata-kata akhirnya mengangkat tubuh Karina yang sudah tak berdaya. Kejadian hari ini sungguh di luar nalar. Raka merasa tidak pernah menyentuh Karina selama menjalin hubungan dengan Karina. Raka beranggapan hubungannya dengan Karina selama ini baik-baik saja dan lancar-lancar saja. Raka tidak pernah menaruh pikiran buruk ke calon istrinya. Raka selalu menganggap Karina itu adalah wanita yang setia. Namun, semua anggapan baik tentang Karina tersebut sekarang luntur begitu saja. Jadi, di dalam otaknya terus berputar-putar sebuah pertanyaan. Apakah pria itu yang telah menanamkan benih di rahim Karina? Apakah Karina berselingkuh sampai sejauh ini di belakangnya? Jika iya, kenapa Karina setega itu mengkhianatinya?

"Mas Raka ... maaf," lirih Karina di sela-sela erangan kesakitannya saat digendong Raka.

Telinga Raka rasanya mendadak berdengung mendengar permintaan maaf itu. Kata-kata itu entah mengapa membuat hati Raka sangat nyeri. Raka perlahan menyadari makna dari kata 'maaf' yang dilontarkan Karina barusan. Mata Raka pun memanas. Hatinya benar-benar rapuh sebagai seorang pria yang dikhianati. Raka bingung harus berbuat apa setelah menemukan satu fakta menyakitkan ini.

Kesadaran Karina lagi-lagi dipermainkan setelah merasakan serangan nyeri di perutnya. Selama perjalanan menuju rumah sakit, Karina nyaris tak mempunyai daya sama sekali. Tubuhnya berkali-kali lipat lebih lemas dan lebih sakit daripada saat kemarin dibawa Nana ke rumah sakit yang sama. Satu hal yang Karina harapkan, semoga Tuhan masih melindungi janinnya. Karina rela menukar nyawanya jika terjadi sesuatu yang membahayakn bagi janinnya. Karina rela mengorbankan dirinya untuk kehidupan janinnya. Hati nuraninya tidak sanggup membiarkan janin itu pergi begitu saja tanpa merasakan kebahagiaan yang pantas dia dapatkan.

What Can I Do?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang