6. Aura Berubah

4.1K 154 0
                                    

"Ayo masukin kopernya!"

"Hati-hati itu!"

"Itu di dalem mobil masih ada satu koper lagi!"

Sean berjalan ke depan karena mendengar suara ribut-ribut.

"Mami?"

Sean menatap maminya dan beberapa koper yang tergeletak dengan raut kebingungan.

"Mami mau nginep di sini beberapa hari," ujar Linda mengambil keputusan sepihak. Wanita itu tengah sibuk menghitung mainan yang baru dibelinya.

"Terus papi gimana?"

"Kebetulan papi lagi keluar negeri," sahut Linda acuh tak acuh.

Kerutan di dahi Sean semakin dalam. "Tumben mami nggak ikut papi?"

"Kali ini mami absen dulu ngintilin papi kamu, mami mau bantu ngurus rumah kamu selama Aura sakit," ujar Linda.

"Ngomong-ngomong Kevin mana?" Linda celingukan.

"Di dalem mi, lagi main kayaknya," sahut Sean.

"Kevin! Oma dateng sayang!" Linda melewati Sean begitu saja mencari cucu kesayangannya sambil membawa mainan yang baru saja ia beli di mall saat menuju ke rumah ini.

Sean berharap maminya dan Aura tidak bertengkar.

***
Sementara Beby sedang mengagumi setiap sudut rumah barunya. Begitu besar dan mewah seperti rumah impian Beby selama ini.

Beby pikir butuh waktu puluhan tahun untuk bisa mewujudkannya, namun takdir yang tak disangka-sangka justru mengabulkan rumah impiannya begitu cepat.

Langkahnya melambat saat melihat Kevin, bocah itu sedang asik memainkan mainan yang dibawakan Linda barusan seorang diri. Sementara Linda sedang sibuk di dapur menyuruh asisten rumah tangga memasak makan siang.

Beby begitu mengagumi paras Kevin yang tampan, alis dan matanya mirip sekali dengan Sean sedangkan bibir dan warna rambutnya mirip sekali dengan Aura. Kevin terlahir dari bibit yang sangat unggul. Beby yakin saat besar nanti Kevin akan tumbuh menjadi anak yang sangat tampan.

Kevin yang asik bermain pesawat terbang jatuh tertelungkup di lantai. Beby yang melihatnya akhirnya berlari mendekat. Ia membantu Kevin berdiri dan meniup lutut bocah itu yang sedikit lecet.

"Kevin nggak pa-pa?" tanya Beby dengan nada syarat akan kekhawatiran.

"Kevin nggak pa-pa ma, kan Kevin hebat," sahut bocah itu dengan semangat.

Beby bersenyum lega. "Lain kali mainnya hati-hati ya?"

Kevin mengangguk dengan semangat. Baru kali ini mamanya perhatian padanya. Tentu saja bocah lima tahun itu sangat senang.

"Beby sitternya kemana sih? Ceroboh banget ninggalin Kevin sendirian," batin Beby sambil celingukan.

"Mama temenin main ya?"

Kevin terkejut mendengar perkataan Beby barusan. "Beneran ma?" tanyanya antusias.

Beby menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

"Yeay!" Bocah itu melompat-lompat saking senangnya. Lalu mengaduh kemudian karena luka di lututnya baru terasa sakit.

"Mama ambil obat dulu ya, kamu tunggu di sini," ujar Beby sedikit kagok menyebut dirinya sendiri mama di depan bocah itu.

Beby berdiri lalu berjalan, setelah cukup jauh meninggalkan Kevin, ia kebingungan sendiri menentukan arah ke kanan atau ke kiri untuk mencari dimana tempat kotak obat berada. Repot juga kalau punya rumah terlalu besar seperti ini. Jadi pusing sendiri.

Aku Bukan IstrimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang