21. Jadi Pelakor

4.6K 86 1
                                    


Beby membuka matanya dengan perlahan. Pagi ini tubuhnya terasa remuk redam, rasanya seperti habis maraton dari Sabang sampai Merauke. Lebay, kedengarannya memang lebay, tapi begitulah yang Beby rasakan pagi ini.

Tenaga Sean benar-benar tidak bisa dianggap remeh. Untuk mengimbangi permainan pria itu ia sampai kewalahan. Baru tadi subuh Sean benar-benar berhenti. Kini pria itu masih terlelap dan entah kenapa dipenglihatan Beby yang masih sayu, dalam keadaan tertidur Sean seperti menyunggingkan senyum. Mungkin senyum puas setelah pria itu mendapatkan pelepasan beberapa kali.

Beberapa detik kemudian mata Beby terbuka sempurna. Ia melihat tubuhnya dibalik selimut dengan raut wajah ketakutan. Mendadak gadis itu menggigil ketakutan, apalagi mengingat mimpinya subuh tadi.

Tadi setelah Sean benar-benar melepaskannya, ia langsung tertidur dan bermimpi dikejar-kejar emak-emak yang merupakan persatuan fans Aura, di sana juga ada emaknya juga. Mereka mengejarnya sambil membawa sapu dan peralatan masak. Mereka mengejarnya sambil meneriaki Beby sebagai pelakor karena berani tidur dengan suami Aura.

Dalam mimpinya Beby berusaha menjelaskan, namun tidak berhasil. Semakin ia berusaha menjelaskan, maka emak-emak yang mengejarnya akan semakin beringas. Meskipun hanya mimpi tapi badan Beby benar-benar lelah. Mungkin sebenarnya karena efek olahraga malam bersama Sean. Bukan karena lari di dalam mimpi.

Setelah sadar sepenuhnya hati Beby digerogoti rasa bersalah yang begitu besar.

"Nggak bener ini," ujar Beby lirih sambil menggigiti kukunya dengan posisi memeluk lutut dan terbungkus selimut dipojok ranjang.

"Maafin aku Mak, aku nggak niat jadi pelakor," gumam Beby penuh penyesalan.

"Bodoh," ujar Beby sambil memukul pelan kepalanya. Kenapa ia sampai terbawa perasaan lalu merealisasikan ide gilanya seperti tadi malam?

Beby lantas turun dari ranjang dengan selimut yang membelit badannya menuju ke walk in closet mencomot sembarang baju dan pakaian dalam lalu buru-buru masuk ke dalam kamar mandi.

Di dalam kamar mandi Beby masih saja merutuki kebodohannya. Sesekali juga memukul kepalanya pelan, sekedar melampiaskan kekesalannya.

Beberapa menit kemudian Beby membuka pintu sedikit lalu melongokkan kepalanya mengamati Sean yang masih tertidur pulas di atas ranjang.

Dengan langkah sepelan mungkin Beby keluar kamar. Berlari menuruni anak tangga dengan secepat kilat. Jangan sampai ia bertatap muka dengan Sean.

Kini Beby berjongkok di pojokan, lebih tepatnya berada di bagian pojok roof top rumah, tepat di samping toren air. Di sana gadis itu menangis tersedu-sedu menyesali perbuatannya.

"Sayang," panggil Sean setelah membuka matanya dan mendapati ranjang sebelahnya telah kosong.

Menggosok matanya Sean bangkit dan berjalan dengan sempoyongan ke arah kamar mandi.

"Sayang," panggilnya seraya mengedarkan pandangannya. Tak ada seorang pun di dalam sana. Lantai di kamar mandi terlihat basah, itu berarti istrinya sudah mandi terlebih dahulu.

"Mungkin dia lagi di dapur," gumam Sean yakin.

Setelah mandi Sean langsung turun menuju ke dapur dengan wajah segar. Ia yakin jika saat ini Beby sedang membuat sarapan untuk mereka berdua. Sesampainya di dapur ia mengerutkan keningnya lantaran tidak ada siapa-siapa. Bahkan tidak ada tanda-tanda seseorang yang baru saja memasak.

Sean melihat meja makan yang masih kosong.

"Sayang!" Sean mulai panik, dia berjalan menyusuri seluruh rumah sambil memanggil sang istri.

"Aura!"

"Aura!"

"Aura!"

Beby yang mendengar Sean memanggil nama Aura berkali-kali menjadi sadar kalau yang Sean cari adalah Aura bukan dirinya.

Aku Bukan IstrimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang