19. Mulai Oleng

2.4K 88 1
                                    

"Mama!" Suara rengekan Kevin terdengar dari pintu masuk. Bocah itu berlari menghampiri Beby lalu memeluk perutnya sambil sesenggukan.

"Kevin kenapa?" tanya Beby panik mendapati Kevin menangis sesenggukan. Tidak biasanya bocah itu menangis sepulang sekolah.

Beby menuntun Kevin menuju ke ruang santai dan mendudukkan bocah itu dipangkuannya.

"Kevin kenapa nangis? Ada yang nakal sama Kevin?" tanya Beby dengan nada lemah lembut.

"Tadi... Di sekolah Kevin diledekin sama temen-temen," ujar bocah itu masih sesenggukan.

"Katanya Kevin nggak punya adek sendiri, Nabila punya adek, Gavin juga punya adek. Cuma Kevin yang nggak punya adek," ujar Kevin mengungkapkan kesedihannya.

Beby menggelengkan kepalanya, urusan adek saja bisa membuat anak TK galau maksimal. Belum tahu saja bocah itu, kalau urusan orang dewasa jauh lebih berat. Misalnya masalah utang, tekanan untuk cepat menikah, pekerjaan, masalah perselingkuhan, masalah gaji yang sering dibanding-bandingkan dengan sepupu dan masih banyak yang lainnya. Kalau disebutkan satu persatu pasti sudah jadi buku dengan ketebalan yang luar biasa.

"Kevin pengen banget punya adek, tapi mama pasti marah kalo Kevin bilang begitu. Sekarang mama jangan marahin Kevin ya ma," ujar Kevin yang ingat dengan tabiat Aura yang selalu marah-marah kalau Kevin mengungkapkan niatnya untuk memiliki seorang adik.

Beby tersenyum lembut lalu menggelengkan kepalanya.

"Mama nggak marah kok sama Kevin."

"Beneran mama nggak marah? Biasanya mama marah," ujar Kevin dengan suara mencicit dibagian akhir.

Mata Kevin mendadak berbinar. "Ma, beliin Kevin adek," rengeknya dengan penuh semangat.

"Beli?" Mata Beby melotot.

"Iya ma, Kevin pengen punya adek cowok, biar Kevin ada temennya."

Beby menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Adek nggak bisa dibeli."

"Terus?" tanya Kevin dengan sorot mata memelas.

"Harus dibikin," lanjut Beby.

"Yaudah, sekarang mama bikinin adek buat Kevin!" seru bocah itu semangat seraya menghapus ingusnya dengan tangan.

"Lah bocah, dia pikir bikin adek kayak bikin telor dadar, gampang banget," batin Beby tersenyum kaku.

"Ayo ma bikin sekarang!"

"Kevin udah nggak sabar punya adek cowok," lanjutnya.

"Gimana ya bilangnya," gumam Beby kebingungan sendiri.

"Emm... Kevin, mama nggak bisa bikin adek sendiri," ujar Beby ragu mengatakannya.

"Yaudah Kevin temenin," sahutnya enteng.

"Bukan begitu." Beby mulai menggaruk kepalanya semakin kencang.

"Atau minta temenin Oma sama bik Yati juga?" Kevin menatap Beby dengan tatapan polos tak berdosa.

"Sebenernya yang bisa nemenin bikin adek cuma papa, tapi..."

Kevin begitu menunggu perkataan Beby selanjutnya.

"Alamak! Gimana ini bilangnya," batin Beby mulai frustrasi.

"Tolong!" gumam Beby sambil menolehkan kepalanya meminta bantuan. Namun sayang tidak ada orang lain yang bisa membantunya disini.

"Tapi apa ma?" tanya Kevin mulai tak sabar. Kenapa mamanya begitu berat untuk mengatakannya.

"Tapi mama belum siap buat hamil," sahut Beby lirih.

Aku Bukan IstrimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang