52. Ditegur Art

1.7K 93 1
                                    


Weekend pagi Beby sedang sibuk membantu bik Yati memasak nasi goreng. Bik Yati amati gaya masak Beby sangat mirip dengan seseorang. Tapi ia lupa mirip dengan siapa. Rasanya sangat familiar.

Harusnya Sean dan Kevin duduk bersama di meja makan. Tapi ternyata tidak. Hanya ada Kevin, sementara Sean belum turun sedari tadi. Bahkan sepertinya pria itu masih asik mendekam di dalam kamar hingga membuat Beby geram.

Ada apa sih dengan Sean?

"Kevin jangan makan dulu, kakak mau panggil papa Sean biar makan sama-sama," ujar Beby dengan semangat.

Kevin yang hendak memasukan sesendok nasi goreng urung melakukannya. Ia menurut dengan permintaan Beby. Ia meletakkan kembali sendoknya.

"Kevin tunggu bentar ya." Beby segera menaiki anak tangga menuju ke kamar Sean. Sepertinya Beby harus memaksa pria itu untuk keluar dari tempat bertapanya dan memperbaiki hubungan keluarga ini.

Dengan sedikit emosi di dada, Beby mengetuk pintu kamar Sean beberapa kali. Hingga sang empunya kamar kesal lalu membuka pintu dengan gerakan cepat. Sean memasang wajah sedingin mungkin untuk menakuti gadis kurang ajar itu.

"Ada apa?"

"Kevin belum sarapan karena nunggu tuan," ujar Beby tak gentar meskipun tatapan mata tajam dan dingin dari Sean menjadi pemandangannya.

"Bukannya mami udah jadiin kamu pengasuh gantiin wanita itu. Kenapa hal sepele seperti ini harus saya yang nanganin?" Sean terdengar sinis.

"Saya sibuk, kamu urus Kevin supaya sarapan. Saya tidak mau tahu." Lagi-lagi Sean cuek.

Beby menahan emosi dengan mengepalkan kedua tangannya. Kenapa sekarang Sean menjadi seperti ini? Kemana Sean yang dulu? Sean yang perhatian, Sean yang baik dan Sean yang penyayang. Kenapa sekarang menjadi Sean yang dingin dan acuh. Bahkan ke anak semata wayangnya sendiri.

"Bapak papanya Kevin kan?" tanya Beby setelah menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya dengan perlahan untuk mengatur emosinya.

Sean yang hendak menutup pintu mengurungkan niatnya dengan menatap Beby dengan sebelah alis terangkat.

"Apa maumu sebenarnya?" tanya Sean dengan dingin. Pria itu melipat kedua tangannya di depan dada sambil memperhatikan Beby dari atas sampai bawah. "Kamu mau merayu saya?" Ada nada mengejek di sana.

"Oh... Kamu pasti belum tahu alasan kenapa saya memecat Henny." Sean membungkukkan badannya lebih dalam agar bisa menatap mata Beby. Tak lupa Sean menyeringai memberi kesan kejam dan jahat.

"Karena wanita itu dengan terang-terangan menggoda saya. Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali. Dan puncaknya seminggu yang lalu, dia mengetuk pintu kamar saya. Persis seperti yang kamu lakukan barusan. Tapi bedanya dia berkata bersedia melayani saya. Kamu pasti tahu kan maksud 'melayani' yang saya maksud."

Beby mengangguk.

"Dia begitu berani merendahkan harga dirinya dihadapan saya. Dan saya tau kalo kamu dan dia sama-sama sedang mencari perhatian saya," desisnya dengan tatapan merendahkan ke arah Beby.

Beby mengerutkan keningnya. Saat Beby hendak membuka mulutnya., tiba-tiba Sean meletakkan jari telunjuknya di depan bibir gadis itu. Memberi kode untuk diam.

"Sssttt... Biar saya selesaikan dulu." Akhirnya Beby menurut saja. Dia diam mendengarkan perkataan Sean.

"Hanya karena saya duda, bukan berarti bisa kalian goda. Henny sudah saya pecat. Dan kalo kamu berani mencari perhatian saya. Saya pastikan kamu juga angkat kaki dari rumah saya," ujar Sean penuh peringatan.

"Sudah?" tanya Beby dengan berani. "Boleh saya bicara sekarang?"

"Hmm," sahut Sean menegakkan badannya kembali.

Aku Bukan IstrimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang