35. Telah Kembali

2.7K 82 1
                                    

Sayup-sayup Beby mendengar suara tangisan seseorang. Tangisan yang terdengar begitu pilu, tangannya pun terasa digenggam erat menghantarkan rasa hangat yang menjalar sampai ke jantungnya.

Kelompok matanya mulai berkedip. Sekarang ia tidak mendengar lagi suara tangisan, tapi digantikan dengan suara teriakan heboh, namun ia tidak mendengar dengan jelas apa yang orang itu teriakan.

Sedikit demi sedikit Beby membuka matanya, namun pandangannya masih kabur. Ia kembali berkedip beberapa kali agar lebih jelas melihat. Awalnya buram, lama-lama mulai terlihat dengan jelas.
Kini ia melihat langit-langit berwarna putih. Beby yakin kalau ia sedang berada di rumah sakit.

Hanya saja kenapa tubuhnya terasa kaku dan sulit digerakkan, termasuk lehernya. Alhasil ia melihat sekitarnya dengan cara menggerakkan bola matanya ke samping kiri dan kanan. Lalu kemana perginya orang yang berteriak-teriak heboh tadi? Dan di mana Sean? Seharusnya pria itu ada di sini untuk menemaninya.

Oh mungkin pria itu sedang keluar sebentar.

Ia mencoba mengingat-ingat lagi kejadian yang membuatnya pingsan mendadak. Tidak ada penyebab pasti, yang ia ingat dengan jelas, saat itu ia merasa sangat marah karena Sean dan orang-orang yang ada di sekitarnya menyebut nama Aura terus-menerus. Ia tidak suka mendengarnya. Dan entah kenapa amarahnya seakan meledak lalu gelap.

Teringat dengan kandungannya, Beby berusaha menggerakkan tangannya yang terasa lemah untuk mengelus perutnya. Meski secara perlahan akhirnya Beby berhasil meraba perutnya. Namun ada yang aneh.

Mata Beby melebar!

Perutnya terasa rata. Ia yakin sekali kalau perutnya sudah menonjol sebelum pingsan. Tapi kenapa sekarang menjadi rata?

Beby panik seketika.
Ia mengumpulkan seluruh tenaganya untuk menggerakkan kepalanya melihat perutnya.

"Perutku rata, kemana bayiku?" tanya Beby panik.

"Nggak mungkin!" Tangis Beby pecah dan semakin histeris mengira kalau ia telah mengalami keguguran. Ia tidak rela kehilangan bayinya secepat ini. Bayi yang sudah ia sayangi. Dan ditunggu-tunggu kelahirannya.

"Bayiku! Nggak mungkin!" teriak Beby histeris sambil memegangi perutnya yang telah rata.

Beby menggelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan dengan air mata yang mengalir deras sampai membasahi bantal.

Terdengar suara pintu dibuka dan disusul dengan langkah kaki yang begitu cepat. Seorang pria berjas putih dan beberapa perawat wanita langsung mengerubungi ranjang dan mulai memeriksa keadaan Beby.

"Aku nggak keguguran kan dok?! Bayiku masih diperutkan?! Tolong selametin bayiku!" Beby terlihat histeris.

Entah apa yang perawat itu lakukan hingga membuat mata Beby terasa berat. Lalu kembali gelap.

***
Beby melengkuh lalu matanya terbuka dengan cepat.

"Bayiku!" pekiknya kencang, lalu ia menutup wajahnya dengan kedua tangan dan kembali menangis.

"Beby! Ini emak Beb!" ujar seseorang sambil menepuk-nepuk pipi Beby supaya sadar.

"Beby, ya Allah! Sadar nak," disusul suara seorang pria yang terdengar khawatir.

Kedua suara familiar itu membuat Beby terkejut, seakan-akan tersiram air dingin. Dengan perlahan ia membuka tangan yang menangkup wajahnya.

Wajah wanita di depan mata Beby terlihat sangat layu. Kantung matanya menghitam, entah berapa lama wanita itu tidak tidur. Bibirnya pucat dan kering. Terlihat sekali bahwa wanita itu tidak pernah merawat diri lagi.

Mata Beby terasa memanas, ia memandang wanita di depannya dengan tatapan tak percaya.

"Emak," ujarnya dengan suara bergetar nyaris tak terdengar.

Aku Bukan IstrimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang