54. Shit!

2.1K 99 2
                                    

***
Sean memasukan mainan Kevin yang berserakan di meja dengan tergesa-gesa.

"Pa, Kevin belum selesai mainnya," ujar bocah itu kebingungan melihat mainan yang ia keluarkan dimasukan kembali ke dalam tas.

"Kita pulang sekarang," sahut Sean masih sibuk memasukkan mainan.

"Kevin kan belom main sama mama," protes Kevin cepat. Sean menatap Aura sesaat dengan rahang mengeras.

"Ma, Kevin mau main sama mama." Tangan Kevin langsung digenggam erat oleh Sean. Mencegah anaknya menghampiri wanita itu.

"Mama lagi sibuk, lebih baik kita pulang aja," sahut Sean dengan nada datar.

"Tapi pa...." Kevin menatap bingung karena perubahan sikap papanya, tak selembut tadi.

"Kapan-kapan aja ya Kevin, mama masih pengen MAIN sama temennya." Kata yang keluar dari mulut Sean begitu kental dengan sindiran. Aura tampak acuh, tak peduli sindiran yang terucap dari mulut mantan suaminya.

"Giliran main sama Kevin kapan?" tanya bocah itu polos.

"Ayo!"

Sean menarik tangan mungil Kevin, sedikit memaksa lantaran kaki Kevin terasa berat untuk melangkah meninggalkan rumah baru mamanya.

Kevin menatap mamanya dengan mata berkaca-kaca. "Ma," panggilnya lirih. Berharap mamanya menahan kepergiannya.

Tapi sayangnya tidak demikian.

Aura justru berbalik dengan acuh menuju ke kamarnya. Ia masih sangat mengantuk lantaran tadi malam ia habis berpesta bersama teman-teman dan pacarnya untuk merayakan kebebasannya dari jerat yang bernama rumah tangga.

Setelah ini banyak hal yang akan Aura lakukan. Dan tidak ada satupun orang yang bisa melarangnya. Termasuk kekasihnya.

Saat ini Aura benar-benar sangat bahagia.

***
Selama di dalam mobil menuju ke rumah, Kevin tampak menangis sesenggukan, ia masih belum menyalurkan kerinduannya kepada mama. Tapi kenapa papa langsung membawanya pulang. Ini tidak adil.

Kenapa mama tidak tinggal di rumah sama-sama lagi seperti dulu?

Kenapa rumah mama sangat jauh?

Kevin masih rindu.

Mobil Sean berhenti di halaman rumah. Beby yang sedang menyiram tanaman mengeryit bingung, kenapa cepat sekali pikirnya.

Beby berjalan mendekat ke arah mobil. Dan saat Kevin keluar mobil, bocah itu langsung berlari menuju Beby dengan berlinang air mata.

Kevin merentangkan kedua tangannya lalu seperti mengerti maksud bocah itu, akhirnya Beby berlutut dan ikut merentangkan kedua tangannya. Menyambut pelukan bocah yang tampak rapuh itu.

Grep!

Hangat.

"Kevin kenapa?" tanya Beby dengan nada syarat akan kekhawatiran.

"Salah ya? kalo Kevin mau main sama mama. Kevin kan kangen sama mama, tapi papa bawa Kevin pulang lagi," ujar bocah itu sambil menghapus air matanya yang selalu keluar. Nafasnya tersengal-sengal di dalam pelukan Beby.

Deg.

"Kevin nggak salah apa-apa, Kevin kan anak baik, pinter dan penyayang," sahut Beby sambil mengelus lembut belakang kepala Kevin dan semua itu tak luput dari penglihatan Sean.

Kevin melepaskan pelukannya. Beby menghapus air mata yang mengalir di pipi bocah itu dengan jempolnya.

"Udahan ya, nangisnya. Sekarang mending Kevin tunggu kakak selesaiin siram tanaman. Baru setelah itu kakak temenin Kevin main sepuasnya. Kevin mau main apa? Jadi bajak laut atau petualangan ke dunia dinosaurus?" tanya Beby dengan semangat menggebu-gebu.

Aku Bukan IstrimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang