36. Abang Adek

2K 62 1
                                    

***
Akhirnya Beby pulang juga. Ia tak sabar ingin tidur di kamarnya yang nyaman. Namun ia lupa kalau rumahnya yang lama sudah dijual. Dan kini Beby berada di rumah kontrakan yang kecil. Tidak sebesar rumahnya yang dulu. Tapi bukan berarti Beby ini dari keluarga mampu ya. Bisa dibilang menengah. Tidak kaya, tidak juga miskin.

Namun semenjak Beby koma dan rumah sekaligus tempat berjualan bunga dijual, akhirnya status ekonomi keluarga mereka merosot tajam. Apalagi ditambah Edi dipecat dari pabrik tempat ia bekerja.

Kening Beby berkerut setelah masuk ke rumah kontrakan lantaran melihat gerobak yang terisi penuh perabotan rumah tangga.

"Ini dagangan siapa Mak?" Beby pikir itu dagangan milik orang lain. Ia tidak tahu kalau bapaknya sudah dipecat dan beralih profesi menjadi penjual perabotan rumah tangga.

"Itu dagangan bapak," sahut Romlah yang tengah menggandeng Beby memasuki rumah. Kata dokter Beby masih harus belajar berjalan lagi saat di rumah.

Dengan wajah kagetnya Beby menoleh ke samping. "Bapak sekarang dagang?!"

"Iya, bapak udah dipecat dari pabrik," sahut pria paruh baya itu dengan santainya. Ia duduk di bawah beralaskan tikar plastik.

Saat ini ruang tamu terlihat sempit karena menjadi tempat menyimpan gerobak dagangan bapak. Apalagi kalau malam, motor juga masuk. Sudah Beby bayangkan betapa sempitnya ruang tamu ini.

Beby ikut duduk disebelah bapaknya dibantu Romlah dan disusul Vicky. "Bang, nggak kerja?"

Vicky melirik Beby malas. "Nggak."

"Lo yang bikin gue nggak punya kerjaan," lanjutnya dengan nada sinis.

Beby menundukkan kepalanya merasa menyesal karena dirinya koma sehingga Vicky kehilangan pekerjaannya. Termasuk pekerjaannya juga sebagai penjual bunga.

"Udah, nggak usah dipikirin omongan Abang Lo, nih makan, emak udah bikinin nasi goreng." Romlah meletakkan nasi goreng untuk Beby dan Edi.

"Mak, kok cuma dua, buat aku mana?" tanya Vicky manja.

"Ambil sendiri sono."

Vicky dengan sengaja merebut nasi goreng punya Beby. Namun hanya bertahan sebentar, lantaran piring nasi goreng itu dengan cepat pindah ke tangan Romlah. Dan menyerahkan nasi goreng itu kepada Beby.

"Punya Lo masih di dapur, ambil sendiri sono," ujar Romlah geram seraya menepuk paha Vicky supaya bangun.

"Mak, kok gitu sih?" rengek Vicky manja, biasanya Romlah selalu memanjakan Vicky. Dan menyuruh Beby mengambil apa-apa sendiri. Tapi sejak Beby koma, sikap Romlah berubah. Ia lebih memanjakan Beby sampai membuat Vicky kesal.

"Wlek... Sukurin," ledek Beby kepada abangnya.

"Awas aja Lo!" ancam Vicky dengan tatapan setajam silet. Ia dengan terpaksa, bangun dan pergi ke dapur untuk mengambil nasi goreng miliknya.

"Bapak berangkat jualan dulu, doain supaya banyak yang beli."

"Iya pak," sahut Romlah dan Beby kompak.

Romlah membereskan piring kotor bekas suaminya ke dapur.

Vicky datang sambil membawa piring dan mengambil duduk di sebelah Beby yang sedang makan dengan lahap.

"Ambil nasi goreng aja lama," celetuk Beby.

"Setoran wajib dulu," ujar Vicky sambil menoyor kepala Beby.

"Bi, babi. Geseran dikit, sempit nih."

Mata Beby melotot lebar. Namun tetap saja bergeser.

"Ambilin remote tv dong," ujar pria itu lagi dengan nada perintah.

"Ambil sendiri Pig, tangan aku nggak nyampe," sahut Beby kesal lantaran dipanggil babi oleh abangnya. Namanya kan Beby, bukan Babi. Catat itu baik-baik. Dan memangnya ia tidak bisa membalas.

"Nama gue Vicky, jangan panggil gue Pig lagi!" Vicky mulai kesal. Bisa-bisanya adiknya itu membalasnya. Tidak bisa dibiarkan.

"Nama aku Beby, bukan Babi, kenapa Abang manggil aku babi?!" tanya Beby nyolot sambil berkacak pinggang.

"Karena cara makan Lo mirip babi," sahut Vicky semakin memancing amarah Beby.

"Oik... Oik... Oik..." Vicky menirukan suara babi untuk meledek adiknya.

"Wah... Pig sangat menjiwai," ledek Beby tergelak ditempatnya.

Vicky mengetuk kepala Beby dengan kencang.

"Hahahaha..." Vicky tertawa yang dibuat-buat untuk meledek adiknya.

Beby hendak membalas tapi tangannya tidak sampai.

"Perutku rata, mana bayiku! Nggak mungkin!" Tiba-tiba Vicky menirukan kelakuan Beby setelah bangun dari koma. Tentu saja Vicky menirukannya dengan gaya lebay.

"Aku nggak keguguran kan dok?!" Vicky terus saja meledek kelakuan aneh Beby dengan begitu mendramatisir. Pria itu berguling di lantai sambil memegangi perutnya.

"Bayiku, nggak mungkin! Aw bayiku keguguran," ledek Vicky alay.

Beby memutar bola matanya dengan malas melihat kelakuan abangnya yang sangat membuatnya jengkel. Kalau saja tubuhnya sudah normal kembali, tentu saja ia tidak akan melewatkan waktu untuk menjambak rambut dan mulut abangnya.

"Eh babi, gue kasih tau ya... Perut Lo buncit bukan karena mengandung bayi, tapi mengandung lemak babi," ujar Vicky setelah berhenti berguling tidak jelas.

"Nama aku Beby, bukan Babi," geram Beby kesal. Gadis itu akhirnya melemparkan sendok ke arah abangnya yang kini sedang menjulurkan lidah.

"Aargh!" teriak Beby sambil meninju udara lantaran abangnya tidak bisa dijangkau.

"Vicky! Jangan gangguin adek Lo!" teriak Romlah dari arah dapur.

"Diem Lo," bisik Vicky sambil membekap mulut Beby.

Gadis itu memberontak dan mencubit tangan abangnya dengan kekuatan penuh hingga Vicky melepaskan bekapannya. Pria itu mengaduh kencang.

"Jangan ribut bisa nggak sih!" teriak Romlah lagi. Anak-anaknya sudah dewasa, bukannya bertingkah selayaknya orang dewasa, ini malah seperti anak SD.

"Babi nih mak, yang cubit tanganku sampe memar," ujar Vicky mengadu berharap emaknya membela dirinya dan memarahi Beby seperti biasanya.

Romlah muncul sambil membawa wajan dengan wajah seram.

"Abang nih mak, yang mulai duluan," ujar Beby mengadu sambil menunjuk abangnya.

"Kalo Lo masih gangguin Beby, emak usir Lo dari rumah," ancam Romlah tak main-main.

Wajah Vicky seketika cemberut. Emaknya tidak lagi menyayangi dirinya seperti dulu. Sementara Beby menampilkan wajah penuh kemenangan. Sekarang anak kesayangan emak adalah dirinya. Bukan Vicky lagi. Merdeka!

Setelah Romlah kembali ke dapur. Vicky langsung melayangkan tatapan tajam penuh permusuhan ke arah Beby.

"Awas Lo," desis Vicky.

Beby tidak peduli dengan semua ancaman abangnya, pasalnya ras terkuat di bumi berbalik membela dirinya. Siapa lagi kalau bukan emaknya.

"Kasihan deh Lo, sekarang emak lebih sayang aku bukan Abang lagi," ujar Beby pongah.

Vicky menggeram tertahan.

Tok!

Tok!

Tok!

Disaat sedang bersitegang tiba-tiba terdengar ketukan pintu. Dan membuat Vicky berlari terbirit-birit menuju ke arah kamar meninggalkan Beby di ruang tamu sendirian.

"Bang! Kok ninggalin aku sendiri," ujar Beby kesal kepada abangnya yang kabur ketika pintu diketuk yang menandakan ada tamu yang berkunjung.

"Assalamualaikum!"

Wajah Beby langsung pucat pasi mendengar suara orang yang ada di depan pintu.

"Bude," ujar Beby lirih dengan tatapan horor.

"Waalaikumsalam!" sahut Romlah berjalan dari arah dapur.

"Pantes Abang ngumpet, ternyata bude yang dateng, mati aku," batin Beby kesal lantaran ia belum bisa berjalan normal.








Aku Bukan IstrimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang