41. Tak Sengaja Bertemu

2.1K 83 1
                                    


Empat bulan bukanlah waktu yang sebentar. Selama itu pula waktu yang telah ia habiskan bersama Sean. Seluruh perhatian pria itu hanya tertuju padanya. Bukan salah Sean yang telah memikat hatinya.

Pada dasarnya Sean memberi perhatian kepada istrinya sendiri. Pria itu memberikan perhatian kepada Aura, bukan Beby.

Bahkan Sean tidak kenal sama sekali dengan gadis bernama Beby. Karena memang tidak pernah bertemu secara fisik dengan Beby, hanya jiwanya saja.

Tiba-tiba mata Beby memanas, menggenang air yang siap meluncur kapan saja.

"Ganteng banget ya suami sama anakya Aura," ujar Romlah penuh rasa kagum. Wanita paruh baya itu tak memperhatikan ekspresi Beby yang hampir menangis akibat patah hati.

"Pengen banget emak ketemu langsung sama mereka."

Tiba-tiba Beby beranjak dari sana tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Mengacuhkan panggilan berulang-ulang dari emaknya.

Beby memilih menyendiri di kamarnya. Mengingat saat ia diberi kesempatan untuk menjadi istri Sean, sosok suami idaman semua wanita. Beby mencoba menyadarkan dirinya sendiri kalau ia tidak perlu cemburu karena pada kenyataannya Sean dan Aura memang pasangan suami istri.

Beby hanyalah seorang wanita beruntung yang diberi kesempatan oleh tuhan untuk mencicipi kehidupan sempurna Aura yang cantik, pintar, mudah mendapatkan uang, memiliki anak yang tampan dan pintar.

Sungguh beruntung Aura karena terlahir sempurna. Bahkan memiliki mertua yang sayang padanya. Dipandang dari segi manapun, Aura tidak memiliki kekurangan sama sekali.

"Ya Allah, kalo aku bisa berjodoh sama Sean, tolong kasih petunjuk. Tapi kalo aku memang nggak berjodoh sama dia. Tolong hilangkan lah perasaan ini untuk selamanya. Dan datangkan lah cinta baru untukku," doa Beby sungguh-sungguh. Karena mencintai tanpa bisa memiliki sungguh sangat menyakitkan.

Dan ia tak memiliki kuasa apapun untuk mengatur perasaannya. Yang dapat mengatur hanya Tuhan, maka jalan satu-satunya yang bisa Beby lakukan saat ini hanyalah berdoa.

Gara-gara melihat acara ulang tahun Kevin di tv, akhirnya Beby memilih mengurung diri di kamar. Bahkan nafsu makannya menurun drastis. Ia belum memasukan makanan ke dalam lambungnya hingga membuat Romlah cemas.

Berkali-kali ia mengetuk pintu kamar Beby, namun tidak juga dibukakan oleh putrinya.

"Beby, bangun neng, emak udah masakin makanan kesukaan elu," ujar Romlah tak menyerah.

"Atau Beby mau makan yang lain?"

Namun tidak ada sahutan sama sekali. Saking bingungnya dengan tingkah Beby, akhirnya Romlah mencekal kerah leher bagian belakang Vicky yang sudah rapi dan wangi yang kebetulan melintas.

"Mau kemana lu?" tanya Romlah dengan tatapan memicing.

"Hehehe... Mau keluar Mak bentar doang," sahut Vicky cengengesan.

"Elu nggak boleh keluar sebelum adek lu makan," ujar Romlah kesal. Ia sedang membujuk Beby dengan susah payah, tapi Vicky malah ingin pergi.

"Biarin aja lah Mak, kalo laper juga makan sendiri," sahut Vicky enteng.

"Beb, keluar! Nih Abang lu mau ngajak lu makan seblak," ujar Romlah inisiatif sendiri tanpa minta persetujuan dari Vicky.

Terang saja Vicky melotot tak setuju.

"Mak kok bilang gitu, Vicky mau malam mingguan," protes Vicky.

Vicky hendak kabur namun ternyata Romlah memegang kerah leher Vicky kembali.

"Mak!!" rengek pria dewasa itu.

Sementara Romlah melotot penuh ancaman.

Mengembuskan napasnya dengan kasar. Vicky akhirnya diam ditempat.

Aku Bukan IstrimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang