33. Hormon Sialan!

2.1K 73 1
                                    


"Diminum susunya."

Beby menunjukkan raut enek, melihat segelas susu yang sengaja dibuat oleh Sean. Tiba-tiba saja ada gejolak dari dalam perutnya yang memaksa keluar.

Hoek!

Hoek!

Wajah pucat Beby terlihat begitu kentara. Wanita itu menutup mulutnya. Menolak meminum segelas susu yang baik untuk kesehatan si jabang bayi yang sekarang sedang berkembang pesat di dalam perutnya.

"Ayo diminum," pinta Sean menyodorkan gelas tersebut ke depan bibir Beby.

Sambil menutup mulutnya Beby menggelengkan kepalanya dengan kencang. "Boleh nggak sih, nggak minum susu itu, perut aku enek banget," ujar Beby.

Sean tersenyum tipis. "Kalo bisa aku gantiin, pasti udah aku minum susunya dari kemaren-kemaren buat gantiin kamu."

"Ayo dong sayang, demi dedek bayi yang ada di perut kamu," bujuk Sean sambil mengelus perut istrinya dengan lembut.

"Kamu nggak mau kan dedek bayi jadi kurang gizi?"

"Jangan ngomong gitu ih," ujar Beby dengan nada merajuk sambil memukul dada Sean kencang.

"Makanya diminum." Sean kembali menyodorkan gelas susu ke bibir Beby. Wanita itu mau tidak mau membuka mulutnya sambil menutup hidungnya dan memejamkan matanya.

Baru juga seteguk Beby langsung merasa mual-mual hebat.

"Telen sayang. Jangan dirasa."

Beby mengangguk lalu cepat-cepat menelan susu yang ada di mulutnya dengan susah payah.

"Hah!"

Hela napas lega Beby setelah berhasil menelan.

"Masih ada banyak," ujar Sean hingga membuat Beby mendesah kesal.

Sean terkekeh sambil mengelus-elus pipi Beby yang tambah chubby semenjak hamil.

"Cantik, ayo minum lagi. Kamu pasti bisa," ujar Sean menyemangati sang istri.

Beby merebut susu di tangan Sean, lalu meneguknya dengan cepat hingga tandas. Walaupun setelahnya ia menahan mual yang begitu hebat.

"Pinternya istriku," puji Sean seraya mengelus lembut kepala Beby lalu memberikan kecupan singkat di bibir.

Ajaibnya rasa enek yang sedang dirasakan Beby hilang seketika. Dan digantikan dengan debaran jantung yang menggila.

"Istirahat ya, jangan capek-capek, aku mau berangkat ke kantor dulu," ujar Sean mengecup puncak kepala Beby sebelum keluar.

Wajah Beby merah padam. Rasanya ia benar-benar beruntung memiliki suami yang manis dan perhatian padanya. Lantas ia mengelus perutnya yang sudah mulai menonjol sedikit.

"Sampe detik ini mama masih nggak nyangka kamu ada di dalem perut mama. Sehat-sehat ya anak mama," ujar Beby mengajak mengobrol janin yang ada di perutnya.

"Kata dokter kamu masih sebesar kacang merah. Kecil dan imut, tapi mama tau kamu bakal jadi anak yang pinter dan baik."

"Mama nggak sabar pengen cepet-cepet gendong kamu. Kira-kira kamu cewek atau cowok ya?"

"Kalo cewek mirip mama nggak ya?"

Namun sedetik kemudian air muka Beby berubah seketika. Lalu ia tertawa sumbang. Tentu saja mirip Aura. Apa yang bisa diharapkan? Walaupun jiwa di dalam tubuh Aura adalah jiwanya. Tapi sudah jelas, kalau masalah fisik pasti lebih mirip Aura. Karena pada dasarnya anak ini adalah anak biologis Aura dan Sean. Bagaimana mungkin tiba-tiba anak ini memiliki wajah seperti Beby. Yang benar saja.

Aku Bukan IstrimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang