Pagi yang mendung untuk mengawali babak baru.Aku menguap lebar-melangkahkan kaki menuju ruang kelas di lantai satu, bangunan akademi.Entah bagaimana ceritanya, aku kehilangan kertas berisi jadwal pelajaran dan terpaksa menemui bagian administrasi untuk meminta kertas baru karena masing-masing anak memiliki jadwal yang berbeda.
Perasaanku muram dengan sepercik rindu akan sentuhan dingin tangan Charla di pagi hari, ketika ia membangunkanku dengan kalimat klise andalannya, "Anak perempuan harus bangun pagi-pagi." Lalu pemandangan dimana Tony menggigit ujung roti di meja makan-melambaikan tangan lalu bertanya apakah aku bermimpi indah? atau bermimpi konyol seperti mengendarai seekor gajah membelah langit. Sven si bola bulu menyalak nyaring-berusaha mencuri roti Tony. Aku yakin inilah yang disebut 'Homesick'.
Puas dengan lamunan yang tidak jelas itu, aku mendorong pintu kayu itu segenap tenaga. Menyapa wajah-wajah baru yang memandangku bingung.Aku akan duduk di bangku paling belakang.Tidak di dekat anak perempuan centil yang memainkan rambut dengan jari telunjuk, tidak di dekat anak laki-laki berandalan yang suka menindas.Tujuanku adalah kehidupan sekolah yang jauh dari gangguan, meskipun itu mustahil karena tukang buli selalu ada di setiap cerita romansa. Kau tahu,semacam bumbu-bumbu yang diperlukan untuk menguras emosi pembaca, mengingat aku hidup di dunia sebuah buku sekarang.
"Menyebalkan bukan, hari pertama sekolah harus bertemu dengan sejarah minor kerajaan" komentar anak perempuan berkacamata yang duduk di bangku sebelah.
Aku menunjuk diriku sendiri-bingung."Kau berbicara denganku.?"
"Memangnya dengan siapa lagi?" ujarnya gusar kemudian menguap."Aku Theresa, siapa namamu?"
"Sofia" jawabku ramah.Anak perempuan ini memiliki aura kedewasaan yang membuatku nyaman. Barangkali kami dapat dapat berteman baik, pikirku optimis.
Seseorang yang bisa kuajak untuk bertukar opini dan sudut pandang.
Berteman dengan anak-anak sebaya yang cengeng kadang membuatku lupa dengan umurku yang sebenarnya."Oke Sofia, sebuah pertanyaan. Apa kau seorang bangsawan?." tanya anak bernama Theresa ini tiba-tiba.
"Aku bukan bangsawan." jawabku bingung. Rasanya ada lebih banyak hal yang bisa ditanyakan selain kau bangsawan atau bukan.
"Syukurlah" komentarnya dengan nada datar kemudian memalingkan wajah ke depan-ke sekumpulan anak perempuan centil yang memainkan rambut mereka sambil tertawa-tawa. "Soalnya aku tidak suka bangsawan" tambahnya lugas.
'Tidak ada yang menanyakan kau suka bangsawan atau tidak' sahut pikiranku.
"Kau pasti punya alasan khusus mengapa tidak menyukai bangsawan" tukasku acuh. "Aku tidak akan bertanya alasannya, tenang saja"
'Dan tidak akan peduli' tambah pikiranku.
Wajahnya yang bulat menampilkan ekspresi lega kentara. Dia tersenyum tipis-membenarkan letak kacamatanya. "Aku menyukai pola pikirmu Sofia."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Extra Seduce The Young Lord [ON GOING]
RomanceSEQUEL THE VILLAINESS SEDUCE THE WIDOWER DUKE Leonor Amercia [27] adalah seorang pembaca setia dari serial web novel The Villainess Seduce The Widower Duke. Di antara banyaknya tokoh yang ada dalam serial tersebut, Leonor malah terobsesi denga...