Langit-langit putih menyambut penglihatanku, ketika siuman setelah pingsan kurang lebih 15 menit menurut perkiraan Margareth. Aku mengerjapkan mata, menelusuri permukaan kain kasa yang melilit kepala. Ah, aku baru ingat kalau kepalaku ditimpuk seseorang dengan batu.Tindakan pengecut yang dilakukan oleh gerombolan anak-anak tukang buli-yang aku harap terpleset ke dalam saluran pembuangan kotoran, atau mendapat hukuman membersihkan toilet setiap rumah penduduk di Baterville.Mereka benar-benar keterlaluan karena sudah main fisik.
Lain kali jika mereka membuli Margareth Blouis lagi, aku pastikan masing-masing dari mereka itu mendapat ganjaran pas-cukup untuk menumbuhkan keinginan bertobat."Bagaimana kepalamu?," tanya Margerth si bayi rusa totol-julukan baru yang aku kembangkan karena tubuhnya suka gemetar seperti bayi rusa yang baru lahir.
Aku meraba kepalaku yang berdenyut, "Seperti yang kau lihat, aku sudah baik-baik saja."
"Maaf" ujar Margareth menunduk-memilin jari-jari tangan dengan panik." Karena aku, Sofia harus terluka"
'Oh jangan menangis lagi' komentar pikiranku malas.
"Itu bukan salahmu!" ujarku setenang mungkin. Aku tidak mau bayi rusa totol ini menangis lagi. Dan tangisannya cukup mengganggu pendengaranku. Aku benci anak-anak cengeng.
"Lain kali lawanlah mereka," saranku sambil menggenggam tangan Margareth."Kalau kau terus mengalah, tiga tahun di Akademi ini benar-benar akan menjadi neraka untukmu Margareth."
Margareth tidak menjawab.Tampaknya sulit bagi anak perempuan itu untuk menuruti saranku. Ini agak menyebalkan tapi apa boleh buat. Kau tahu, beberapa orang yang terlahir dengan mental selembek tahu.
"Omong-omong, siapa yang membawaku ke ruang perawatan ini?" tanyaku-mengalihkan pembicaraan.
"Lord Wilden." jawab Margareth pelan-mendongak sedikit.
"Eh, yang benar?" tanyaku tidak percaya. Maksudnya benar-benar 'Wilden' yang itu bukan?. Bayi kelinci yang menggemaskan dan pemarah.
"Iya" jawab Margareth."Dia membopongmu ke tempat ini, Sofia."
Aku menutup wajahku malu. Sialan. Sekarang dia tahu seberapa beratnya aku. Aku yakin Wilden mengalami sakit bahu karena habis memanggul sekarung beras. Duh, kapan sih aku bisa kurus.?
Tirai pembatas digeser dari luar. Wanita muda yang memiliki aroma kayu manis mencuat-dengan alat yang aku yakin stetoskop, melingkar di atas lehernya. "Oh kamu sudah sadar," komentarnya riang."Bagaimana perasaanmu?." Ia berdiri di sebelah Margareth.
"Sudah enakan" jawabku jujur."Jadi, apa aku sudah boleh kembali ke asramaku.?"
"Harusnya" jawabnya sambil tersenyum. "Tapi kalau besok kepalamu tetap sakit. Kamu harus kembali lagi ke sini."
Aku mengangguk mengerti. Kemudian turun dari tempat tidur dibantu Margareth."Terimakasih kakak perawat.
Kami berdua keluar dari ruang perawatan itu. Margareth menyampirkan tanganku ke bahunya, membantuku berjalan. Saat kami melangkah, tiba-tiba muncul seorang anak laki-laki berambut keriting. Aku tidak percaya bahwa aku menemukan tetangga tersayang di sini. Apa dia bersekolah di akademi ini.?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Extra Seduce The Young Lord [ON GOING]
RomanceSEQUEL THE VILLAINESS SEDUCE THE WIDOWER DUKE Leonor Amercia [27] adalah seorang pembaca setia dari serial web novel The Villainess Seduce The Widower Duke. Di antara banyaknya tokoh yang ada dalam serial tersebut, Leonor malah terobsesi denga...