Selepas hari itu, begitu kembali ke asrama, pikiranku tidak lagi berpijak di bumi. Padahal hari olimpiade semakin dekat. Dan namaku sudah terlanjur didaftarkan Miss Rollet sebagai peserta olimpiade bagian matematika minor. Aku tidak bisa mengundurkan diri karena berkas-berkas peserta sudah sampai ke pihak istana.
"Sofia, makanlah sedikit," bujuk Margareth menyodorkan sepiring biskuit susu."Aku tahu kamu mencemaskan ibumu. Tapi kesehatanmu juga penting."
"Ya, nanti saja," jawabku malas. Tenagaku rasanya terkuras habis. Padahal aku tidak melakukan apa-apa saat ini.
Kedua temanku-Margareth dan Theresa, mengetahui masalah yang sedang kuhadapi.Mereka bersimpati dengan cara mereka sendiri-tidak membiarkanku melamun barang semenit.Perhatian yang tulus itu membuatku tersentuh, karena saat ini keadaanku sedang kacau. Siapa yang tidak sedih ketika dilupakan ibu mereka sendiri?.Aku masih belum menemukan jawaban mengenai penyakit Charla. Dan kupikir aku akan terus mencari jawaban sampai sel kepalaku meledak.
Margareth mengambil nafas panjang-menepuk pundakku. "Theresa ingin kamu menyusulnya ke perpustakaan ketika jam istirahat kedua."
"Mengapa aku harus ke perpustakaan?," desahku malas."Aku bukan kutu buku sepertinya."
Theresa sering berada di perpustakaan saat jam istirahat. Ia lebih menyukai buku ketimbang manusia.Bersosialisasi membuat kepalanya pusing; hal-hal yang hanya bisa dipahami oleh kalangan introvert akut.
"Kalian berdua akan ikut olimpiade bukan? aku rasa Theresa ingin membantumu belajar," komentar Margareth asal.
Alisku terangkat, "Ya memang, tapi bidang kami berbeda.Theresa ikut cabang sihir dan aku pengetahuan umum."
"Pokoknya pergi saja ke perpustakaan Sofia," tegas Margareth-tidak memberiku kesempatan untuk membantah.
"Huh baiklah." Karena aku malas berdebat, aku menuruti perkataan Margareth.Apa salahnya mengunjungi perpustakaan sesekali.Setidaknya tempat itu luas dan bagus. Interiornya sangat memanjakan mata. Pasti ada satu atau dua hal menarik yang bisa ditemukan. Sesuatu yang bisa mengalihkan pikiranku dari Charla.
Begitu lonceng akademi berbunyi, aku dan Margareth melesat ke kelas masing-masing.
●○●○●○●○
Perpustakaan Akademi Fantagia, adalah yang kedua terbesar setelah perpustakaan yang ada di istana Pangeran Mahkota. Terdiri dari dua lantai dengan pembagian; lantai satu khusus buku-buku pengetahuan umum, dan lantai dua buku-buku sihir.
Sore itu perpustakaan tidak terlalu ramai sehingga aku bisa menemukan Theresa dengan mudah. Ia duduk di salah satu bangku. Dan begitu mata kami bertemu, ia buru-buru menghampiriku. "Kukira kau tidak akan datang" ucapnya riang.
"Memang tidak pada awalnya" cibirku. "Ini karena Margareth tidak membiarkanku lepas."
Theresa tertawa riang. "Aku berjanji akan mengajarinya membuat percikan mana, kalau dia berhasil membuatmu datang ke tempat ini."
"Percikan mana? mana itu berhubungan dengan sihir bukan?. Aku pikir sihir hanya bisa dipelajari oleh mereka yang mempunyai bakat."
"Iya,tapi itu sihir sempurna," jawab Theresa pendek. Jawaban gadis itu membuatku bingung. "Kalau sekedar percikan mana, setiap orang bisa melakukannya."
"Percikan mana?, apa itu?"
"Sebelum itu," Theresa mendehem."Bukankah lebih baik kita pergi ke lantai dua lebih dahulu?"
" Jadi kau memintaku ke sini bukan untuk membantu belajar?"
" Bidang kita berbeda. Apa kau lupa?"
" Lalu apa tujuanmu mengajakku ke perpustakaan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Extra Seduce The Young Lord [ON GOING]
RomanceSEQUEL THE VILLAINESS SEDUCE THE WIDOWER DUKE Leonor Amercia [27] adalah seorang pembaca setia dari serial web novel The Villainess Seduce The Widower Duke. Di antara banyaknya tokoh yang ada dalam serial tersebut, Leonor malah terobsesi denga...