1.[7]

2.8K 461 17
                                    

        Aku merasa darah akan menyembur dari lubang hidungku sebentar lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku merasa darah akan menyembur dari lubang hidungku sebentar lagi. Bagaimana tidak?, pemandangan yang ada di depan mataku saat ini memiliki tingkat keimutan seratus persen!.

Wilden Winchester menatapku dengan mata menyala-nyala.Dia berlagak seperti pahlawan di depan ketiga adiknya yang masih balita.Persis seperti kelinci kecil yang berusaha melindungi anak marmut.Aku menahan hasrat untuk tidak mencubit pipinya yang putih dan bulat.

"Aku hanya menjaga adik-adikmu", ujarku membela diri."Tidak satupun dari pelayan yang menjaga mereka. Bukankah itu berbahaya untuk membiarkan balita seperti mereka tanpa pengawasan?".

"Aku yang menyuruh pelayan keluar" Tukas Wilden.Wajahnya menunjukkan sedikit ekspresi panik. "Aku hanya ingin bermain dengan mereka dan pergi keluar untuk mengambil barang".

'Oh bayi gulaku yang manis, kau pasti tidak ingin diganggu saat bermain dengan ketiga adik-adikmu, makanya kau usir para pelayan', batinku berseloroh.

" Aku paham, tapi itu tindakan ceroboh, tuan muda", tegurku lembut lalu perlahan mendekat."Apa yang terjadi jika adik-adikmu yang manis ini keluar dari pintu dan tersasar di kandang para jaguar?".

Bola mata Wilden melebar.Aku bisa melihat betapa paniknya dia karena sadar pada kecerobohan meninggalkan ketiga adik-adiknya yang masih balita tanpa pengawasan.

"Aku tidak tahu kalau itu sangat berbahaya".Suara Wilden yang kecil dan lembut itu terdengar bergetar. Hatiku trenyuh karena tidak bermaksud untuk membuatnya nyaris menangis seperti itu.

Andai aku tidak terjebak di tubuh anak perempuan gemuk tapi tubuh wanita dewasa, dengan senang hati aku akan menggendongnya dan menepuk bokongnya lembut agar dia tidak jadi menangis. Oh Tuhan bisakah kau menyihirku menjadi orang dewasa sekarang?.Cukup beberapa menit saja.

"Bersyukurlah karena Sofia ini datang menyelamatkan adik-adikmu".Aku menepuk-nepuk dadaku dan menaikkan dagu-memasang akting seperti anak sombong kebanyakan.Ini agak memalukan sebenarnya, jujur saja.Tapi untuk membuat kesan seorang kakak pelindung, aku harus menebalkan muka.

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?".Wilden mendapatkan ketenangannya kembali-sembari menuntun ketiga balita untuk kembali fokus pada mainan.

Benar. Tidak mungkin dia bisa lupa pada bocah perempuan gemuk yang terjungkal ke belakang di hari pertama mereka bertemu.Aku mengumpat sejuta kali dalam hati-setiap mengingat peristiwa yang memalukan itu.

" Kita pernah bertemu di rumah bibi Martinez".

Wajah Wilden berubah kelabu.Ingatannya mungkin ditarik kembali ke beberapa waktu yang sudah berlalu. Die mendengus dan memasang ekspresi yang sangat jengkel."Kau anak perempuan yang memanggilku imut".

"Ya itu aku.Tuan muda benar-benar imut".

" Berhenti memanggilku imut!".Wilden menegang.Dia memiliki kebanggaan sebagai lelaki sejati di usia yang masih sangat muda-khas Jayden.

"Tapi kau memang imut".Aku tertarik untuk memancing Wilden meledak.Ya Tuhan ini sangat menyenangkan.

" AKU TIDAK IMUT!".Wilden menggertakkan gigi.Ketiga adiknya terkejut bukan main karena suara sang kakak yang mengeras.Aku tersenyum jahil seperti orang sinting yang berhasil mencuri permen dari balita yang ada di dalam gerobak bayi.Jadi, sejauh mana si manis ini akan meledak?.

"Kau imut dan akui saja itu!".

" TIDAKKK!!!!". Suara Wilden melengking dan ketiga adik-adiknya mulai menangis karena takut.

" Ya ampun jangan mengeraskan suara, kau membuat mereka takut!".Aku menghambur memeluk ketiga balita dengan badanku yang empuk.

" Huaaaaa... Huaaa". Ketiga balita menangis keras dan Wilden mulai memasang wajah panik."Aku tidak bermaksud untuk membuat mereka takut", ujarnya membela diri sambil menekuk kedua tangannya.

"Ya ampun, apa yang terjadi?".Seorang wanita bergaun semi modern ala Kate Middleton diikuti beberapa pelayan menghambur ke arah kami.

" Apa yang sedang terjadi?", tanya perempuan itu bingung lalu menjulurkan tangan ke arah ketiga balita."Kemari anak-anak, apa yang membuat kalian menangis? ".

Ketiga balita berpindah kepada wanita itu.Wilden meletakkan tangannya ke belakang, persis seperti orang yang menerima dakwaan sepenuh hati."Aku tidak sengaja berteriak dan membuat Zack, Selene dan Lars menangis, maaf mama".

Mama?..
Sebentar, Kau bilang MAMA!!!.

Aku mengarahkan pandanganku secepat kilat pada wanita yang sedang menenangkan ketiga balita. Ya ampun apakah dia Yelena Darconer?.Mulutku menganga seperti monyet rabies.Damn dia sangat cantik!.Lihatlah rambut cokelat gelap panjang yang terlihat tebal dan sangat sehat itu!. Dan bola mata biru terang yang terlihat sangat jernih itu.Andai aku seorang pria, mungkin aku sudah mengeluarkan liur karena terpesona.

" Oh itu tidak apa-apa Wilden, kemarilah".

Wilden mengusap matanya yang berair dan melangkah ragu pada Yelena.Aku menonton adegan itu dengan luapan perasaan menggunung.'Sayangku Yelena, kau tumbuh menjadi ibu yang baik'. Aku mengusap ujung mataku dan berlagak seperti ibu yang bahagia melihat anak perempuannya tumbuh dewasa.

"Apa kamu anak dari Tony dan Charla?", tanya Yelena begitu dia berhasil menenangkan Wilden dan ketiga balita.

" Ah iya. Maafkan ketidaksopanan saya". Aku menunduk penuh penghormatan.Bagaimanapun wanita yang ada di hadapanku adalah seorang duchess."Perkenalkan nama saya Sofia,duchess".

" Aduh, jangan bersikap kaku seperti itu",ujar Yelena gemas. "Aku sangat menghormati bibimu Martinez, jadi kamu bisa bersikap santai denganku nona muda".

'Aku lebih tua darimu sebenarnya, Yelena tersayang'.

" Dia perempuan aneh".Celetuk Wilden yang langsung dihadiahi tatapan menegur dari Yelena.

"Tidak baik menyebut seorang Lady aneh, Wil".Yelena menepuk punggung Wilden lembut." Mama tidak pernah mengajarkanmu untuk tidak menghormati perempuan".

"Tapi dia menyebutku imut!", Wilden menegang.Dia kembali menatapku dengan berapi-api.

" Kamu kan memang imut".Yelena mengelus pipi Wilden lembut.

Wajah Wilden memerah.Dia menunduk malu-malu seperti seorang gadis yang baru saja dipuji cantik oleh pemuda yang dia suka. Kenapa dia memberikan reaksi berbeda padaku?.

" Maaf ya nona muda, Wilden biasanya baik dan sopan.Tapi dia tidak memiliki teman perempuan".

Aku memaklumi alasan Wilden memasang sikap siaga saat berada di sekitarku."Itu tidak apa-apa.Sofia paham".

" Bagaimana kalau kamu menjadi teman bermain Wilden?".Yelena menggaruk dagu."Kamu bisa berkunjung kesini bersama Martinez".

Wilden terlihat shock dengan tawaran Yelena. Aku bersorak penuh kemenangan dalam hati.

"Saya akan menjadi teman tuan muda dengan senang hati".Aku menunduk dan menyilangkan kaki seperti bangsawan.

" Ya ampun kamu lucu sekali".Yelena memandangku dengan binar takjub.Di matanya mungkin aku terlihat seperti anak beruang. Dan hewan favoritnya adalah beruang madu.

"Mari kita berteman dekat ke depannya, tuan muda".Aku menyerigai lalu menyambar tangan Wilden.

"Aku akan menjadi kakak yang baik untukmu".























The Extra Seduce The Young Lord [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang