4. [34]

1.2K 267 46
                                    


Perjalanan menuju Desa Kartis sayangnya harus ditunda karena hari ini bertepatan dengan hari bulan perak. Alhasil kami kembali ke penginapan, alih-alih melanjutkan perjalanan.

Hari bulan perak adalah budaya turun temurun Kerajaan Surran.
Katanya hari itu merupakan hari dimana Faverre D' Carbelux bertemu dengan peri yang menjadi belahan jiwanya. Dinamai bulan perak karena saat itu bulan purnama bersinar penuh membelah sela-sela hutan rimbun.

Orang-orang di Kerajaan Suraan percaya jika mereka berdansa dengan lawan jenis di malam bulan perak, maka lawan jenis itu akan menjadi jodoh mereka.

Masalahnya, kau tidak bisa menentukan pasangan dansamu. Ada semacam undian yang mengharuskan kita untuk memilih angka. Jika dua orang mendapatkan angka yang sama, maka mereka akan menjadi pasangan dansa. Itulah aturannya. Aturan yang konyol, tapi sanggup membuat Adrien yang pemalas itu bergairah menghadiri acara dansa di alun-alun White Wall.

Mengandalkanku, ia berhasil memperoleh izin dari Paman Sam untuk meninggalkan penginapan.
Adrien tampaknya ingin segera memiliki pasangan. Gadis-gadis di Kota White Wall pasti sudah menyihir matanya.

Memang sih, jika dibandingkan dengan gadis-gadis Desa Kartis yang beraroma hewan ternak-karena kebanyakan mereka bekerja di peternakan-gadis di Kota White Wall jauh lebih menarik.Mereka pandai bersolek dan modis. Ditambah lagi harum seperti bunga-bunga.

"Apakah ini alasanmu menolak cinta para gadis di Desa Kartis?" ketusku, saat kami mengantri untuk mendapatkan angka.
"Tidak ada jaminan kita menemukan seseorang dengan angka sama. Apalagi dengan peserta seramai ini" tambahku sambil menghitung jumlah orang-orang.

"Daripada memikirkanku, lebih baik kau mengasihani calon pasangan dansamu.Aku berdoa untuk kesembuhan kakinya"

Aku menggembungkan pipi, kemudian memukul punggung Adrien, "Ayolah, kemampuan menariku tidak seburuk itu!" rutukku.

"Faktanya, memang seburuk itu" cibir Adrien."Aku ingat kau membuat kaki saudaraku membiru"

"Bisakah kita melupakan insiden yang satu itu?" pintaku memelas.

Waktu itu, Kepala Desa Kartis mengadakan pesta syukuran karena putra tertuanya berhasil diterima di akademi militer. Dan orang-orang Desa Kartis memiliki kebiasan menari bersama sebagai bentuk rasa syukur kepada Dewi.

Giliran kami tiba. Aku dan Adrien serempak menjulurkan tangan ke dalam kotak kayu yang berisi kertas undian. Aku mendapatkan nomor 37, dan Adrien 26.Kedua angka yang tidak memiliki aroma keberuntungan.

Adrien mengacungkan-acungkan kertas undiannya ke udara, "Adakah seseorang yang juga mendapatkan angka 26?" teriaknya ke arah kerumunan.

Para gadis mengecek nomor undian dan menggeleng.

"Sudah kubilang, tidak ada jaminan kau mendapatkan pasangan dansa" aku berusaha menghiburnya. "Gadis-gadis di Desa Kartis tidak terlalu buruk"

"Hey , apa kau barusan bilang 26?"

Tau-tau seorang gadis kucir kuda mendekat ke arah Adrien. Ia menyodorkan kertas undiannya yang juga bernomor 26. "Kita sama!" cengirnya.

Mata Adrien berbinar. Ia dengan sigap mengulurkan tangannya ke arah gadis itu, "kalau begitu, ayo mencari tempat untuk berdansa!" tawarnya tanpa basa basi. Gadis itu tersenyum lalu menggapai tangan Adrien.

"Sofia, jika kau tidak menemukan pasangan dansamu, tunggulah di sini sampai acaranya selesai. Aku akan kembali untuk menjemputmu"

"Tidak usah memikirkanku, selamat bersenang-senang" aku mendorong tubuh Adrien kemudian mengedipkan sebelah mata kepada gadis yang menjadi pasangan dansanya. "Titip adik laki-lakiku."

The Extra Seduce The Young Lord [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang