4.[33]

1K 244 31
                                    

Perburuan di hari itu berakhir cepat. Paman Sam dan Adrien mendapatkan lima ekor rusa dan empat ayam hutan. Hasil yang tidak buruk, tapi tetap membuat keduanya mengeluh.

Hewan-hewan buruan diangkut ke istana menggunakan kereta barang. Kami berencana menagih bayarannya besok, dan membawa kembali sisa-sisa tidak terpakai seperti tanduk, tulang dan kulit. Ketiga barang sisa tersebut masih dapat dijual di toko langganan Paman Sam.

Sementara hari beranjak malam,
pikiranku disibukkan dengan kejadian tadi sore.Peri bersayap hijau itu terlalu nyata untuk disebut halusinasi. Dia berbicara kepadaku, menanyakan apakah aku keturunan Faverre. Siapa itu Faverre?. Seolah aku pernah membaca nama itu di sebuah tempat. Apa ini ada kaitan dengan ingatanku yang hilang?.

Saat aku menggeleng heran, peri itu terkesiap. Ia lagi-lagi melontarkan pertanyaan yang tidak dapat ku mengerti.

"Kalau memang bukan, bagaimana bisa kamu memiliki roh penjaga?. Ia tertidur pulas di dalam dirimu"

Aku menanggapinya dengan tampang bodoh dan mulut terbuka. Mendengar hal ini, membuatku berpikir lelucon garing Adrien jauh lebih baik. Bukan berarti aku mengatai selera humornya buruk. Hanya saja, Adrien sangat payah dalam membuat lelucon. Bahkan lelucon orang tua yang membosankan terdengar seratus kali lebih lucu.

Aku ingin menanyakan maksud perkataan peri itu lebih dalam. Tapi ia keburu menghilang ke dalam pohon saat aku berniat menyentuh sayap kecilnya. Aku menyesal tidak memanfaatkan waktu. Maksudku, kapan lagi kau bisa menjalin pertemanan dengan maklukh mitos?.

Tidak terasa haripun berganti. Paman Sam membelikanku sebuah gaun sopan untuk dipakai ke istana. Kami akan menagih bayaran hari ini. Dan mau tidak mau, kami harus berpakaian mengikut aturan istana.

"Oh, apakah kita harus berpakaian seperti bangsawan-bangsawan busuk itu?" gerutu Adrien. "Kita hanya meminta uang lalu pergi. Ini berlebihan!"

"Tidak bisakah kau berhenti mengeluh barang sehari saja, Adrien?" semprotku kesal. Aku tidak ingin ia merusak suasana hatiku hari ini.

Adrien, ia lebih cerewet dari nenek-nenek.

"Ayah tidak bisa berbuat apa-apa.Ini ketentuan yang harus kita ikuti jika ingin berkunjung ke istana"
Paman Sam menghela nafas kemudian kembali merapikan pakaiannya.

Setelah menyelesaikan segala perkara di penginapan, kami lantas berangkat menuju istana. Di sepanjang perjalanan, aku melihat lebarnya jarak jenjang sosial antara kaum borjuis dan penduduk biasa. Aku menemukan beberapa bangsawan memperlakukan manusia sebagai budak. Mereka; para budak diseret-seret seperti hewan peliharaan. Itu melukai hati nuraniku sebagai seorang manusia.

"Jangan heran dengan apa yang kau lihat. Itu sudah biasa di ibu kota" komentar Paman Sam. "Lebih tepatnya sejak raja yang sekarang berkuasa"

"Bukankah perbudakan itu dilarang?" kecamku miris. Domba-domba di Desa Kartis bahkan memiliki hidup yang lebih baik daripada para budak itu.

"Karena itulah aku benci bangsawan" timpal Adrien-menegaskan hal yang sama tanpa merasa bosan.

"Aku yakin tidak semua bangsawan seperti itu!" sergahku lantang. "Pasti ada bangsawan baik hati. Yang peduli dengan kesejahteraan penduduk"

"Sofia, pemikiranmu naif sekali!" cibir Adrien."Terimalah kenyataan yang kau lihat. Tidak usah mengharapkan moral jika pemerintahan Surran masih dipegang oleh Filippe dan keturunannya"

"Ini tidak akan terjadi kalau keturunan Shananeth dan Raja Rion masih hidup" Paman Sam bergumam sedih."Kita mungkin masih memiliki harapan"

"Paman, mengapa tahta tidak bisa diambil bangsawan lain?. Aku yakin pasti ada orang-orang yang tidak puas dengan kepemimpinan Raja Filipe. Orang-orang yang dulunya bergerak di dalam bayangan seperti Paman."

The Extra Seduce The Young Lord [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang