Bab 1

6.6K 530 48
                                    

Anna berjalan dengan lunglai, seperti separuh hidupnya sudah tiada, rasa kantuk yang mematikan tengah menyerang dirinya saat ini, beruntung ada seseorang yang setia berjalan disamping nya, sesekali menyadarkan dirinya agar tetap terjaga.

"Sepertinya kau sudah sangat mengantuk," ujar Alaric sambil mengusap dahi gadis-nya.

Anna menyandarkan tubuh nya ke samping Alaric, "Dan aku ingin segera tidur."

Bukannya menjawab, Alaric justru kembali menyeret Anna dengan menarik ujung gaun gadis itu, terlihat banyaknya para pelayan yang tengah membereskan aula sembari membawa hiasan.

Karena acara pernikahan Lord-nya telah usai.

Para pelayan yang berpas-pasan dengan Alaric dan Anna segera menundukkan kepala nya, tanda hormat, "Salam yang mulia Lord serta yang mulia Ratu."

Alaric hanya mengacuhkan mereka, dirinya terus berjalan, sedangkan Anna terus melambaikan tangan seraya mengukir senyum ketika para pelayan memberikan salam.

"Apa kau selalu mengabaikan mereka?" Tanya Anna dengan ke-dua alis saling menyatu tidak suka.

"Lagipula itu tidak penting."

"Itu menurutmu!"

Alaric menghela nafas, dirinya kembali merapatkan bibir, sedangkan Anna bersedekap dada, menarik bibir bawah nya. Namun itu tidak berlangsung lama, seketika ujung bibir Anna terangkat membentuk senyuman manis, mengingat bila dirinya sudah menikah dengan orang yang sangat dicintai nya.

Meskipun pernikahan nya tidak sesuai dengan ekspetasi, tetap saja Anna merasa sangat senang, dan hal yang membuat nya terpekik adalah pernikahan nya dilakukan bukan dibumi, bukan ditempat tinggal asalnya, melainkan ditempat makhluk yang hanya hidup didalam sebuah dongeng.

"Ada apa dengan senyuman-mu itu?" Tanya Alaric saat melihat wajah Anna yang prangas-pringis sendiri.

"Tidak ada." Balas Anna seraya melepaskan tarikan pria itu dari gaun nya, rasanya sedikit sakit karena tarikan Alaric tidak pernah lembut.

"Aku masih belum percaya jika kita sudah menikah." Ujar Anna kemudian.

Seperkian detik Alaric langsung tersenyum miring, "Jika kau masih belum percaya, mari kita buktikan dengan membuat Slime."

Mata Anna membola, dirinya langsung memukul lengan kekar Alaric dengan kencang, "Yang kau pikirkan hanya itu dan itu!"

"Lalu apa yang harus aku pikirkan?" Alaric menarik tangan Anna untuk dirinya genggam, "Memikirkan cara untuk menyiksa para tahanan itu sudah membosankan Nana."

Anna hanya melirik sekilas ke arah Alaric, ntah mengapa dirinya sekarang mulai takut.

"Ba-bagaimana jika kau sekarang pikirkan cara untuk melatih sihir-ku." Ujar Anna berniat mengalihkan topik.

"Melatih-mu?" Alaric menggeleng, "Itu tidak perlu, kau sudah memiliki diriku, aku akan terus melindungi dirimu Nana, dan membakar siapa saja yang berani berdekatan dengan-mu!"

Mulut Anna terbuka dengan sempurna, bukan itu maksud dari perkataan nya.

"Aku tahu, tapi aku ingin menggunakan sihir, melihat kau bisa melakukan apa saja itu membuat diriku sangat tertarik." Ujar Anna terdengar semangat, meskipun begitu rasa kantuk nya belum menghilang.

"Aku ingin seperti dirimu Willi, memiliki sihir yang luar biasa." Sambung Anna antusias.

Alaric menatap Anna dengan lekat, padahal dirinya berniat untuk menolak namun saat melihat Anna begitu semangat pikiran nya langsung berubah.

DESTINY WITH THE DEVIL IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang