Anna memandang Alaric tanpa berkedip, pria itu terus tersenyum, namun senyuman nya tidak bertahan lama, matanya berlabuh kearah Lucy yang sedang menunduk sambil memeluk buku.
"Keluar!" Perintah Alaric dengan suara dingin nya yang khas.
Lucy langsung membungkuk, setelahnya ia langsung berjalan pergi, meninggalkan kedua pasangan itu yang masih didalam, dibawah keheningan.
Alaric menatap Anna dengan alis terangkat, "Apa kau baik-baik saja?"
"Tentu." Balas Anna dengan senyuman cerah dipagi harinya.
Tangan kekar Alaric bergerak membenarkan letak Mahkota Anna yang sedikit bergeser, gadis itu sedikit tersentak ketika Alaric menyampingkan anak rambutnya, jari kokoh milik pria itu terasa sangat dingin menyentuh permukaan pipinya.
Alaric menatap Anna dengan intens, hingga tatapannya berhenti kearah syal yang menutupi leher gadis itu.
Baru akan menariknya, Anna sudah lebih dulu menahan nya.
"A-apa yang akan kau lakukan?!" Tanya Anna tergagap.
"Tidak, hanya memeriksa." Balas Alaric sambil berjalan memutari Anna, membuat gadis itu langsung dilanda kegugupan.
"Aku hanya kedinginan... " Cicit Anna sambil meremas syal lembutnya.
"Aku tahu." Alaric menarik pergelangan tangan Anna dengan tiba-tiba dari arah belakang.
Anna yang tidak siap langsung tersenandung namun bukan nya mendarat diatas lantai, Anna malah mendarat diatas dekapan Alaric.
"Apa pelayan itu mengajarimu dengan keras?" Tanya Alaric sambil mengusap surai Anna, melilitkan nya dengan jari-jemari nya.
"Tidak."
"Baguslah kalau begitu."
"Emm... Willi." Panggil Anna ragu-ragu.
Sebelah alis Alaric terangkat, "Kenapa? Kau ingin membahas yang semalam?"
"Eh?" Anna merasa terkejut saat mendengar perkataan Alaric yang tepat sasaran.
"Aku hanya menuruti keinginan-mu Nana." Balas Alaric tenang, "Aku tidak membuat dirimu kesakitan-kan?"
Tangan Alaric kembali melilit ke samping pinggang ramping milik gadis nya, Anna diam dengan seribu pertanyaan bersemayam didalam benak.
Tidak lama Anna langsung menghembuskan nafasnya pelan, "Ya kau tidak membuat-ku kesakitan, tapi kau membuat kamar kita hancur Willi."
"Para pelayan akan segera membereskan nya." Balas Alaric santai.
Anna balas dengan anggukan kecil, dirinya langsung melepaskan pelukan Alaric, berniat untuk mengitari ruangan yang tengah ditempati nya.
Matanya menatap seisi aula yang sangat megah, banyak benda-benda berkilau yang menghiasi aula tersebut, dimulai dari berlian tentunya, hingga hiasan yang tidak diketahui nya, karena pertama kalinya Anna melihat benda yang seperti retakan gelas melayang sambil mengeluarkan cahaya.
"Amethyst." Ujar Alaric yang sudah berdiri dibelakang Anna.
"Amety— Apa?" Tanya Anna sambil menautkan alis bingung.
"Itu adalah sebuah hiasan yang berada di wilayah Diamond, jika dijual bisa mencapai ratusan koin emas, bahkan ribuan." Papar Alaric memperjelas seraya terus menatap Anna dengan lekat.
"Pasti benda ini sangat berharga." Anna yang akan menyentuh batu Amethyst langsung ditarik oleh Alaric.
Dirinya kembali berhadapan dengan pria itu dengan jarak yang sangat tipis, Alaric menarik tangan Anna untuk diletakkan diatas pundak nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY WITH THE DEVIL II
Fantasy[Utamakan follow sebelum membaca.] Please, don't copy my story. ──────────── "Angin berbisik diantara daun-daun gugur, membawa cerita-cerita lama yang terluka. Meskipun waktu telah berlalu, luka di hati masih membekas, trauma itu seperti senja yang...