Bab 35

1.2K 136 25
                                    

Alaric ikut berbaring di sebelah Anna, dirinya memandangi wajah gadis-nya lama, lantas menusuk pipi Anna menggunakan ujung kuku hitam nya, tidak terlalu kuat, Alaric menusuk nya pelan-pelan agar tidak membuat kulit Anna tergores, tetap gagal, gadis itu masih terbuai mimpi, kemudian Alaric mencubiti pipi Anna gemas, tidak mungkin dirinya berteriak bukan? Takut membuat jiwa Anna loncat dan tak kembali, cara ke-dua masih gagal, Alaric menghembuskan nafas panjang, lalu merendahkan tubuh nya hingga mengikis jarak di antara wajahnya dengan wajah Anna, Alaric segera mengecup seluruh permukaan wajah Anna, pria itu tersenyum kecil ketika melihat Anna menggeliat, apa mungkin cara ini ampuh untuk membangunkan Ratu nya? Kalau begitu Alaric semakin gencar menciumi wajah Anna hingga berhasil membuat kelopak mata gadis itu terbuka perlahan-lahan.

Anna menyipitkan mata ketika mendapati wajah Alaric ada di hadapan nya, sangat dekat.

"Willi?"

Alaric tersenyum manis, "Sampai kapan kau akan tidur hmm?"

Nyawa Anna sudah terkumpul penuh, dirinya menguap sebentar, "Aku lelah, tidur tengah malam karena ada acara kemudian pagi-pagi sekali harus sudah siap untuk pulang, akhirnya aku tertidur di dalam kereta kuda dan baru bangun sekarang."

"Aku adalah makhluk lemah," Anna mencoba bergurau, "Fisik-ku tidak sekuat dirimu hingga bisa tidak tidur selama berhari-hari."

"Aku bisa membuat dirimu seperti-ku hingga mempunyai fisik yang level nya paling atas dibanding makhluk lain."

Anna mengerjap kala menangkap netra Alaric yang sekilas menguarkan cahaya ungu terang, "Kau tidak akan mengubah diriku menjadi iblis bukan?"

Alaric menggeleng pelan, "Sebelumnya aku pernah mengatakan bila kau tidak akan menjadi iblis seperti-ku Nana walau aku memberikan sesuatu yang istimewa kepadamu." Alaric menarik salah satu lengan Anna kemudian mengapit jari telunjuk nya menggunakan lengan besar nya.

"Kau hanya perlu memberikan darahmu kepadaku, maka aku akan memberikan apapun yang kau mau, sekalipun itu hal mustahil yang kau terima." Alaric mengigit pelan ujung jari telunjuk Anna membuat gadis itu langsung bergidik.

Anna menarik lengan nya dengan cepat, "A-aku juga pernah bilang jika aku akan memberikan nya ketika aku sudah siap... "

Anna bangkit duduk, berusaha menjaga jarak dari Alaric, takut pria itu tiba-tiba menerkam nya, "Da-dan aku tidak tertarik memiliki fisik kuat seperti-mu, rasanya itu seperti tidak hidup... Tidak pernah merasa lelah ataupun terkena flu, itu sungguh tidak membuat-ku merasa hidup."

Alaric menumpu kepala nya menggunakan sebelah tangan, memandang Anna lamat-lamat, "Tidak Nana, tidak seperti yang kau pikirkan, aku juga pernah merasakan rasa sakit hingga membuat-ku mati rasa, sampai aku tidak bisa mengenali apa itu kesedihan dan kebahagiaan, semuanya terasa kosong."

"Willi... "

Alaric melambaikan tangan, "Lupakan saja, lebih baik kau mandi sekarang, ada sesuatu yang harus kau kerjakan nanti."

Anna membatu beberapa detik, merasa tidak enak dengan obrolan barusan, "Ma-maafkan aku... "

Seketika lengang membungkus suasana, tak berselang lama Alaric langsung tertawa, suaranya mengisi setiap sudut kamar, Anna yang melihat garis wajah pria itu merasa tak percaya, "A-apa yang lucu?"

"Tidak ada hal yang harus di tertawakan!"

Alaric beranjak duduk, menyandarkan tubuh nya pada punggung ranjang, lalu mengelus pipi Anna yang memerah selintas, "Kau! Kau lucu Nana, tiba-tiba meminta maaf padahal tidak melakukan kesalahan, bukankah itu sangat aneh?"

"Bukan aneh." Anna menghela nafas pelan, "Tapi itu hal biasa, bukankah jika kita menolak sesuatu dari seseorang harus meminta maaf? Itu sudah menjadi kebiasaan-ku."

"Dan aku merasa tidak enak kepadamu karena telah menolak permintaan-mu Willi."

Alaric memerhatikan wajah Anna lama, "Kau juga harus mengingat bila aku akan terus menunggu-mu, tanpa mengenal waktu dan akhir."

Anna membalas tatapan Alaric, kemudian tersenyum lebar, "Baik!"

"Kalau begitu cepat mandi sana!"

"Baiklah!" Anna segera beranjak pergi, melemparkan selimut nya ke atas wajah Alaric, lalu berjalan masuk ke dalam penyiraman.

Di balik wajahnya yang masih tertutupi selimut, Alaric tersenyum tipis, apalagi ketika mendengar tawa kecil Anna sebelum gadis itu menghilang dari hadapan nya, Alaric menarik selimut dari wajah nya, dirinya memandangi suasana luar dari kaca yang terbuka lebar, kicau burung terdengar saling sahut-menyahut, kupu-kupu bersayap warna-warni tampak terbang lepas ke sana-kemari, langit tampak terang-benderang seolah tidak akan ada cuaca buruk hari ini.

Tetapi pikiran Alaric berbeda, justru suasana yang selalu membaik tanpa ada gangguan sedikitpun sangat terasa ganjil, pria itu menarik lengan baju nya hingga sampai siku, di sana terdapat ulur-ulur berwarna hitam yang melingkari permukaan tangan, namun di atas ulur-ulur nya terdapat bintik-bintik merah yang menyala terang.

Ini pertanda buruk, akan ada sesuatu gelap yang menimpa dunia immortal.

Apa ini berasal dari dunia nya? Dunia Hades? Apa kabar kematian Lionel sudah sampai ke telinga Zelig? Apa pria iblis itu akan balas dendam?

Alaric menggeram pelan, setelah bertahun-tahun kehadiran Lionel ke dunia immortal selama itu dirinya yakin, Zelig telah meningkatkan kekuatan nya untuk membuka portal dua dimensi, dan jika itu terjadi, maka akan terjadi peperangan besar antara para iblis dan makhluk immortal.

Ternyata masa lalu tidak akan pernah hilang, selama waktu masih berjalan 'masa lalu' akan terus datang.

"Sudah selesai!" Seruan dari belakang membuat Alaric langsung tersadar, pria itu cepat menutupi sebelah lengan nya ketika wujud Anna telah hadir.

Gadis itu menyengir, "Ada sesuatu yang harus-ku kerjakan Willi?"

Alaric menarik ke-dua lengan Anna untuk memeluk lehernya, gadis itu sudah di balut gaun biru muda polos, tampak pas di tubuhnya yang mungil, "Ada, kali ini bukan di dalam istana, kau akan pergi ke suatu tempat untuk menyelesaikan masalah nya."

"Kemana? Apa kau juga akan ikut bersama-ku?"

"Tidak, masalah kita berbeda, kau harus menyelesaikan nya sendirian Nana, tanpa diriku."

"Apa aku bisa?" Anna malah bergumam pelan, merasa ragu karena ini misi pertamanya keluar dari istana untuk menyelesaikan masalah secara langsung.

"Tentu, kau adalah Ratu-ku, kau pasti bisa!"

Anna tertawa pelan, "Willi.... "

"Aku yakin jika kau bisa, itu alasannya aku mempercayakan masalah ini padamu."

"Baik... Aku akan berusaha."

Alaric bangkit berdiri, membuat tubuh Anna yang tadi bersandar pada punggung nya jatuh tetapi Alaric lebih dulu menangkap nya, mengangkat tubuh gadis itu agar ikut berdiri.

"Biasakan jangan lengah, kau harus siap dengan apapun yang akan datang kepadamu."

Anna mengangguk cepat, "Baik!"

Alaric mengusap lembut surai gelap Anna yang masih basah, lalu menyisir nya menggunakan kuku-kuku panjang nya, pria itu mengepang surai Anna dari depan, Anna hanya mengerjap berulang kali.

"Sempurna." Alaric tersenyum kala menangkap penampilan rambut Anna, hasil karya nya, gadis itu terlihat seperti anak kecil.

"Kita harus pergi ke ruangan kerja-ku dulu, ada sesuatu yang harus kau baca dan pahami." Alaric segera menarik lengan Anna, membawa nya keluar kamar.

•••

Buat yang selalu nanyain akun IG-ku, aku kemarin siang baru buat akun nya ; Lia.chn16. Atau bisa lihat di profil-ku dan pencet tautan di sana.

Kalau sekarang up-nya agak lama, percayalah, aku lagi berusaha keras buat namatin DWTD S2 mumpung libur sekolah 🗿

Terakhir, Lopyuuu buat kalian yang selalu nungguin cerita aku dan nge-vote chapter cerita-ku, lopyuuu pokoknya ❣❣❣ Zero juga ikut seneng :D

Papayyyy~

DESTINY WITH THE DEVIL IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang