Mentari telah tumbang di ujung kaki langit, malam telah menelan seluruh kota di wilayah Neverley, seusai saling rebahan di atas air seraya menikmati pemandangan langit sampai pakaian ke-dua nya sama-sama basah, kini Anna telah berganti pakaian dengan gaun polos berwarna hijau muda, tidak begitu mencolok, sedangkan Alaric, pria itu setia memakai jubah legam nya bersama pakaian seperti biasa, baginya perayaan seperti ini hal biasa yang sering di lakukan bagi wanita bangsawan yang menikahi pria sederhana.
"Willi lihatlah!" Anna berseru dari hadapan jendela terbuka kala sepasang matanya menangkap ribuan cahaya ungu terang yang berterbangan ke sana-kemari.
Alaric yang tengah duduk seraya membaca buku segera bangkit, berjalan menghampiri Anna, "Apa?"
"Cahaya cantik itu terus berkeliaran tanpa henti, sebenarnya makhluk apa mereka itu?" Yang Anna dapat lihat hanya segerombolan titik cahaya ungu, tentang wujud asli dari makhluk itu dirinya tidak tahu, tawa-tawa kecil terdengar mengudara bersama seruan riang yang terdengar samar, jarak nya cukup jauh dengan kamar yang kini Anna tempati.
"Itu Peri Bulan Nana, bukankah kau sudah melihat mereka?"
"Tapi waktu itu cahaya mereka tidak seterang sekarang."
"Karena sekarang adalah hari bahagia untuk seluruh Peri, itu alasannya mereka lebih kentara memperlihatkan cahaya terang mereka untuk malam ini."
Anna mengangguk paham, "Apa perayaan nya akan digelar di istana?"
"Tidak, kali ini berbeda, para bangsawan akan pergi ke lapangan rumput yang sudah di sediakan, disana perayaan nya akan di mulai."
"Kalau begitu kapan kita pergi Willi?" Anna mendongak, menatap Alaric dari bawah dagu pria itu.
"Tentu sekarang, kau susah selesai?"
Anna mengangguk, lantas Alaric menaruh bukunya di atas meja, lalu menarik tangan Anna untuk di bawa keluar kamar, Anna mengikuti langkah besar Alaric, sesekali berlari kecil untuk menyamai langkah nya, sepanjang lorong pelayan serta prajurit tampak membungkuk hormat, namun suasana istana terasa lebih sunyi, mungkin jawaban nya ada di luar, Anna menganga ketika menangkap puluhan kereta kuda di halaman kerajaan saat dirinya tiba di luar pintu utama, satu-dua telah pergi ke tempat acara di mulai, puluhan yang lain masih berdiam di halaman, Anna menoleh, memandang Alaric yang belum beranjak.
"Kita naik kuda kan Willi?"
Alaric mengerutkan dahi tipis, "Maksudmu naik kereta kuda?"
"Tidak," Anna tersenyum lebar, "Kita naik kuda nya saja, tanpa kereta."
"Aku ingin menikmati malam ini hanya berdua bersamamu, menaiki kuda ke sepenjuru perkotaan Neverley, tidak ada prajurit yang mengikuti, cukup berdua, maksudku bertiga bersama kuda yang kita tunggangi."
Alaric menarik sudut bibirnya, "Mana mungkin aku bisa menolak ide-mu Nana."
Senyuman Anna semakin merekah, "Kalau begitu ayo kita cari kudanya!"
Anna hendak berjalan pergi namun tangan nya sudah lebih dulu di tarik oleh Alaric, Anna menoleh, menatap Alaric bersama ke-dua alis naik tinggi.
"Kita tunggu disini," Alaric berujar, "Prajurit akan membawakan kuda nya."
Belum sempat Anna membalas, sosok kuda yang dirinya inginkan hadir bersama dua prajurit di sisi kanan-kiri nya, tentu tidak sesuai bayangan, kuda itu memiliki sepasang sayap di samping badannya, bulu-bulu nya terasa halus ketika Anna mengusap nya pelan, warna bulu nya begitu gelap seperti pekat nya malam, ke-dua prajurit yang mengantarkan kuda tersebut membungkuk hormat sekilas, "Selamat malam yang mulia, sesuai perintah anda, kami membawakan kuda yang anda inginkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY WITH THE DEVIL II
Fantasy[Utamakan follow sebelum membaca.] Please, don't copy my story. ──────────── "Angin berbisik diantara daun-daun gugur, membawa cerita-cerita lama yang terluka. Meskipun waktu telah berlalu, luka di hati masih membekas, trauma itu seperti senja yang...