"Kau akan pulang secepat ini?" Tanya Evan seraya memandang Zero yang tengah mendorong Mimosa agar masuk ke dalam kereta kuda.
"Hmm, karena berlama-lama disini akan membuat-ku gila, apalagi saat melihat sikap yang mulia Lord, akal sehatnya sudah ditenggelamkan oleh cinta." Balas Zero panjang lebar, sedangkan Mimosa yang berada didalam kereta kuda langsung melebarkan ke-dua bola mata kala mendengar perkataan pria biru itu.
Perkataan Zero sedari dulu tidak pernah disaring.
Evan menggeleng sambil menunduk, terlihat ke-dua pundak lebar miliknya langsung bergetar, menahan tawa agar tidak meluncur dari bibirnya, beralih kearah Veniana yang berada disamping nya, gadis Vampire itu langsung memukul sebelah lengan Evan dengan kencang.
"Nyali Zero bisa ditimbang, ku rasa beratnya akan menyamai dengan batu besar di sana." Tunjuk jari lentik Veniana ke arah sebuah batu yang terdampar didekat gerbang kerajaan Diamond, setelah berbincang cukup lama, Veniana langsung akrab dengan pria biru itu, tidak lupa dengan kekasih nya yang tak lain Mimosa.
"Mungkin lebih." Balas Evan mengukir senyum kecil.
"Kurasa benar, aku juga baru pertama kalinya bertemu dengan makhluk seperti dia."
"Bisakah kalian berhenti membicarakan-ku?" Zero mendengus menatap Evan dan Veniana, dengan tatapan sinisnya dia segera masuk ke dalam kereta kuda setelah beberapa detik memakan waktu hanya untuk berdiam diri.
Veniana mengangguk sambil membungkukkan badannya sekilas, Evan yang melihatnya hanya menggeleng.
"Oh iya El." Panggil Evan membuat Zero langsung menoleh kepada-nya.
"Apa?"
"Soal undangan yang kau kirimkan saat aku berada dikerajaan Envetiala apa itu benar?" Tanya Evan memastikan, "Kau akan menikah dimusim salju?"
Zero hanya terkekeh pelan, "Tidak, aku tidak akan menikah di musim Es begini." Balasnya membuat dahi Evan mengerut tidak mengerti.
"Lalu? Apa maksud dari kau mengirimkan undangan kepadaku?" Ujar Evan menghembuskan nafasnya secara perlahan, "Jangan bilang jika kau hanya ingin mengerjai-ku El, sungguh ini tidak lucu!"
"Aku tidak berniat untuk melakukan hal itu," balas Zero tersenyum manis yang membuat Evan saat melihatnya merasa jengkel, "Aku hanya ingin mendengar jika motif dari undangan itu bagus atau tidak, aku hanya ingin mendengar penilaian darimu dari undangan yang kami buat."
"Apa?!" Dengan segera Evan langsung mengusap wajahnya secara kasar, "Sepertinya aku sudah ditakdirkan untuk menjadi orang sabar." Gumamnya pelan.
Padahal Evan sudah bahagia saat mendengar jika Zero akan segera menikah, namun kebahagiaan nya yang sudah terbangun utuh langsung dirobohkan oleh Zero, pria biru itu mengatakan kebenaran yang membuat Evan ingin menggulingkan istana Diamond.
"Baiklah." Ujar Evan kemudian, "Motif dari undangan-mu cukup bagus, lebih baik jika kau akan menikah menggunakan undangan itu saja."
Zero mengangguk seraya menatap Mimosa sekilas, "Kalau begitu Terima kasih Evan."
"Lagi pula kenapa kau harus pulang ke kerajaan Neverley? Aku mengatakan yang serius El!" Ujar Evan seraya menghangatkan ke-dua tangan nya ke dalam saku celana.
"Karena aku lebih nyaman saat berada di sana."Sahut Zero membuat Mimosa langsung menatapnya.
"Tempat pertemuan pertama-ku dengan Mate-ku." Sambung Zero sambil mendaratkan kecupan diatas pipi Mimosa.
Gadis Fairy itu langsung terbelalak, seketika rona merah bermunculan dipermukaan pipi Mimosa, Veniana yang melihat itu langsung mengerjapkan mata, lantas dia langsung menatap Evan yang hanya menaikkan sebelah alis.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY WITH THE DEVIL II
Fantasy[Utamakan follow sebelum membaca.] Please, don't copy my story. ──────────── "Angin berbisik diantara daun-daun gugur, membawa cerita-cerita lama yang terluka. Meskipun waktu telah berlalu, luka di hati masih membekas, trauma itu seperti senja yang...