Bab 20

2.2K 236 15
                                    

Masih dimalam yang sama tetapi berbeda tempat, terlihat gulungan menumpuk hampir menyamai setinggi bukit, sudah ditandai dengan cap lambang kerajaan Diamond.

Dengkuran makhluk kecil yang berada diatas gulungan tersebut berpadu dengan hembusan angin dari arah luar jendela yang masih terbuka.

Punggung kecil milik Anna tidak merasakan dingin sekalipun, karena gadis itu sudah lama terlelap dengan kepala tertanam diatas meja, sedangkan ke-dua lengan nya menyilang menjelma menjadi sebuah bantal.

Tidak lama pintu ruangan itu perlahan bergerak hingga terbuka, menampilkan Alaric dengan surainya yang tidak beraturan, pria itu berjalan ke arah Anna yang masih dibuai oleh mimpi.

Jubahnya yang dilumuri oleh darah yang masih terlihat baru segera Alaric lepaskan, melemparkan jubah tersebut ke sembarang tempat, jemari berbalut kuku panjang nan hitam milik Alaric mengusap bibir Anna yang terlihat bengkak.

Seketika Alaric langsung terkekeh pelan kala mengingat kejadian tadi pagi, dimana dirinya melahap Anna habis-habisan hingga gadis itu kewalahan.

Merasakan udara dingin dari arah jendela, Alaric segera menjentikkan jari sehingga ke-dua jendela itu tertutup dengan sendirinya, masih diposisi yang sama, Alaric dengan hati-hati mengangkat tubuh Anna untuk dirinya gendong.

Tanpa memperdulikan Fay yang masih nyaman didalam tidurnya, Alaric mulai berjalan untuk membawa Anna ke atas ranjang, karena berlama-lama tidur dengan posisi duduk akan membuat gadis itu pegal.

"Willi... ?"

Suara Anna yang menyapa kedua telinga nya membuat Alaric berhenti, kepalanya menunduk untuk melihat Anna yang sudah membuka sepasang mata dengan sempurna.

"Aku membangunkan-mu? Tidurlah kembali Nana."

Anna mengucek matanya pelan, seketika garis bibirnya langsung melengkung tipis, "Mungkin sebentar lagi, aku belum selesai mengerjakan tugasku."

Alis Alaric terangkat sebelah, "Tugas apa maksudmu?"

Alaric merasa tidak menyuruh apapun kepada Anna, dirinya hanya memberi perintah untuk gadis itu segera beristirahat, tapi yang tadi Alaric lihat tidak sesuai dengan apa yang dirinya ucapkan, Anna malah tertidur diatas meja dengan sebuah pena tinta ditangan nya.

"Tentu saja tugas menjadi seorang Ratu, Fay memberi tahu-ku tentang apa yang harus-ku lakukan." Ujar Anna tersenyum lebar, memperlihatkan gigi putihnya yang tersusun rapi.

Namun Alaric tidak ikut menyunggingkan senyuman, dirinya hanya menghela nafas pelan, "Seharusnya kau beristirahat Nana, soal itu jangan terlalu dipikirkan."

"Tap—"

"Turuti setiap perintah-ku!" Sela Alaric cepat.

Setelah itu Alaric menidurkan Anna dengan perlahan hingga tubuh kecil itu mendarat diatas ranjang dengan hati-hati, Anna tampak terdiam seraya menatap atap langit yang berkelap-kelip atas tumpahan cahaya kristal.

Sedangkan Alaric sudah menidurkan dirinya disamping Anna, memeluk tubuh gadis itu seperti biasa, dengan erat dan juga posesif.

"Kenapa ini terasa mimpi?" Gumam Anna yang masih dapat didengar oleh Alaric.

"Apa yang terasa mimpi?" Ujar Alaric bertanya balik sambil menindih tubuh Anna dengan sebelah kakinya.

"Hidup bersamamu." Balas Anna dengan seulas senyum kecil, "Awalnya aku tidak percaya jika kejadian ini akan terjadi kepadaku."

"Bayangkan saja, dulunya aku hanya seorang pelajar yang selalu menuruti permintaan keluarga-ku, karena semenjak ibu pergi, aku hanya bisa mengikuti ayah tanpa pernah menolak." Sambung Anna yang belum mengalihkan tatapan nya sedikitpun.

DESTINY WITH THE DEVIL IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang