Sepertinya para burung tidak berniat untuk memberitahu dimana keberadaan gadis vampire yang tengah menyembunyikan diri diatas dahan pohon, menghindari pria merah yang terus mencarinya tanpa merasakan lelah.
Veniana membekap mulut sendiri saat Evan melewati nya begitu saja, dirinya takut bila tidak dengan sengaja bibirnya mengeluarkan cicitan yang tidak jelas, pohon yang dahan nya tengah Veniana duduki bisa dibilang cukup tinggi, tidak heran bila Evan melenggang pergi begitu saja.
Namun saat sehelai daun jatuh dari tangkai nya, bersamaan dengan itu langkah Evan berhenti, badan nya berbalik dengan kepala mendongak, menatap Veniana yang menutup seluruh wajahnya menggunakan ke-dua tangan.
"Aku sudah menemukan-mu Niana. Turunlah." Ujar Evan yang membuat Veniana langsung membuka ke-dua lengan nya, memperlihatkan wajah nya yang tampak pasrah.
Tidak mau membuat Evan menunggu, Veniana langsung beringsut untuk berdiri, saat kakinya mulai melangkah, dahan yang baru dipijak nya mengeluarkan suara patahan, selang beberapa detik dahan itu benar-benar patah.
Veniana yang belum siap dengan keadaan nya langsung menjerit, tubuhnya ikut jatuh bersama dahan pohon tersebut.
Tanpa disuruh Evan langsung menangkap tubuh Veniana sebelum menyentuh permukaan tanah, mata gadis itu terpejam dengan begitu erat.
"Buka matamu Niana, sudah tidak apa-apa."
Veniana membuka matanya secara perlahan, hingga terbuka dengan sempurna, dirinya bisa melihat senyuman yang terasa hangat terukir diwajah Evan yang semakin tampan.
"Kau kalah," ujar Evan yang langsung menarik Veniana ke alam sadarnya, "Sesuai perjanjian, kau harus menuruti permintaan-ku Niana."
"Seharian ini!"
"Sehari penuh?" Tanya Veniana dengan ke-dua bola mata melotot lebar.
Evan balas dengan menganggukkan kepala, karena Evan sudah menentukan apa yang dirinya inginkan maka dia akan melakukan nya sekarang.
Dari matahari baru memulai peran nya, sampai siang sekarang, mereka baru menyelesaikan permainan nya, yang sangat jelas dimenangkan oleh Evan.
Veniana kalah telak, dirinya hanya bisa menemukan Evan sebanyak tiga kali, sedangkan pria itu sudah menemukan nya lebih dari sembilan kali.
Akan menjadi kenangan terindah bagi ke-dua nya, umur mereka sudah melebihi sembilan ratus tahun, dan kini mereka baru melakukan permainan petak umpet.
Beruntung nya mereka saat melakukan permainan itu seolah-olah melupakan umur.
Veniana turun dari gendongan Evan setelah beberapa menit berlalu, dirinya mengusap gaun nya sebentar.
"Emm, katakan sekarang Theo, apa mau mu... ?" Tanya Veniana kemudian, dirinya takut Evan meminta hal-hal yang sangat mustahil untuk dirinya kabulkan.
Bukannya segera menjawab, Evan lebih mendekatkan diri dengan gadis nya, namun kaki Veniana dengan sendirinya berjalan mundur, hingga terus berlanjut sampai punggung kecil Veniana menghantuk pohon.
"Theo!"
Evan terkekeh sesaat sebelum dirinya benar-benar mendekatkan wajah dengan Veniana, membuat gadis itu langsung dihujani rasa gugup. Dedaunan dengan tenang nya turun hingga melewati ke-dua pasangan yang tengah mendengarkan degup jantung mereka seirama angin membelai permukaan kulit.
Saat satu daun mendaratkan diri diatas tanah, Evan mengusap pipi Veniana dengan lembut, dirinya memejamkan mata disusul oleh Veniana yang mengikuti.
"Ekhem!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY WITH THE DEVIL II
Fantasy[Utamakan follow sebelum membaca.] Please, don't copy my story. ──────────── "Angin berbisik diantara daun-daun gugur, membawa cerita-cerita lama yang terluka. Meskipun waktu telah berlalu, luka di hati masih membekas, trauma itu seperti senja yang...