Tiga anak panah melesat secara bersamaan setelah salah satu prajurit Elf melepaskan tarikan, anak panah tersebut mengarah kepada ke-tiga Dark Elves yang berdiri tegap di atas tumpukan mayat para prajurit Elf, ke-tiga anak panah tersebut semuanya melenceng, tak ada yang berhasil mengenai musuh, prajurit yang berdiri di atas menara tertegun melihat puluhan Dark Elves keluar dari balik pepohonan tanpa daun, setiap detik berlalu, jumlah Dark Elves semakin membanyak, prajurit yang barusan melesatkan anak panah segera bergegas lari ke arah lonceng besar di tengah-tengah atap menara, lalu menarik nya hingga menimbulkan suara menggema.
TING!
"Musuh telah keluar! Musuh telah keluar! Siapkan senjata kalian!"
Kala awan di atas langit telah memisahkan diri hingga bulan sempurna terlihat bersama sinar nya yang jatuh ke permukaan dunia immortal, di bawah benteng setinggi dua puluh meter bersama barisan menara di setiap jarak sepuluh meter, di sana Dark Elves sangat kentara terlihat, wajah mereka penuh dengan bekas luka cakaran seolah telah di terkam binatang buas, mereka membawa senjata panah dengan pedang, ke-dua Elf yang berbeda ragam itu siap berperang lagi untuk ke empat kalinya.
Sang pemimpin perang dari kaum Elf telah mengangkat sebelah tangan nya. "SIAPKAN ANAK PANAH KALIAN," Serunya kepada para bawahan nya, para prajurit segera menyiapkan anak panah mereka.
"TARIK!"
Sesuai perintah, para prajurit menarik anak panah mereka sekuat tenaga.
Lengan sang pemimpin langsung turun ke bawah. "LEPAS!"
Detik itu ribuan anak panah langsung melesat ke bawah benteng, mengarah kepada ratusan Dark Elves yang mulai mengeluarkan teriakan, terdengar seperti ancaman.
Separuh dari barisan Dark Elves tumbang ketika anak panah menusuk permukaan kulit gelap mereka, anak panah tersebut bukan sembarang anak panah, di dalam nya mengandung racun mematikan yang mana saat telah menusuk kulit akan membuat nyawa melayang dalam tiga detik.
Di bawah benteng teriakan semakin menggelegar, Dark Elves lain cepat bermunculan dari balik pohon ketika teriakan dari teman nya mengudara, kini senjata pedang dan anak panah tak lagi berguna untuk para Dark Elves, anak panah dari bawah tak sampai mengenai para prajurit Elf di atas benteng, jaraknya terlalu jauh, maka Dark Elves yang baru muncul membawa senjata lain, terlihat seperti rantai yang panjang nya tiga puluhan meter, mereka membawa satu rantai oleh lima orang, dua di antara mereka yang membawa rantai mulai memutar-mutar rantai tersebut ke udara, prajurit Elf yang menangkap rantai itu melalui teropong kayu segera berteriak.
"Mereka membawa senjata pamungkas! Siap-siap para petarung pedang!" Suara itu amat keras, membuat para prajurit yang berada di dalam benteng segera bersiap-siap.
Selang dua detik, salah satu rantai Dark Elves berhasil menancap di atas permukaan benteng, ketika rantai itu melekat pada benteng, suara ledakan langsung menggelegar, beberapa prajurit yang berdiri di atas titik ledakan itu tidak sempat menghindar, mereka berjatuhan ke bawah dari atas benteng setinggi dua puluh meter.
Benteng selebar dua meter berhasil berguguran akibat ledakan yang di hasilkan senjata para Dark Elves, tanpa menunggu lama para Dark Elves segera menyerbu ke dalam benteng, mereka mengeluarkan pedang, pertarungan terjadi, baru beberapa detik berlalu darah telah berjatuhan ke atas tanah, prajurit Elf yang tersisa di atas benteng segera melesatkan anak panah mereka kepada para Dark Elves yang membantai pasukan Elf dengan brutal.
Di perbatasan Veronica —Wilayah kaum Elf, tengah terjadi peperangan sengit antara Dark Elves dan para Elf yang ingin memperebutkan tanah, Dark Elves bermunculan empat hari lalu dengan mendadak, mereka tanpa berucap apapun langsung membunuh belasan prajurit yang berjaga di perbatasan, setelah itu tanpa menunggu perintah sang Raja peperangan langsung meledak.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY WITH THE DEVIL II
Fantasía[Utamakan follow sebelum membaca.] Please, don't copy my story. ──────────── "Angin berbisik diantara daun-daun gugur, membawa cerita-cerita lama yang terluka. Meskipun waktu telah berlalu, luka di hati masih membekas, trauma itu seperti senja yang...