Anna menggeliat kala merasakan benda berat menimpa perutnya, matanya perlahan terbuka sedikit demi sedikit, lampu kristal yang masih menguarkan cahaya menandakan bahwa sang pemilik kamar lupa belum mematikan nya.
Bila di lihat dari cahaya dari sebuah gorden sepertinya sekarang mentari sudah mencuat keluar, Anna menolehkan kepala ke samping, seketika ke-dua bola matanya dibuat membulat saat dihidangkan sebuah wajah tampan yang terlihat damai.
"Willi?" Gumam Anna pelan, dirinya mengucek mata agar yang di lihatnya bukan halusinasi.
Dan benar, Alaric tengah tertidur disamping nya, jari lentik Anna bergerak menusuk-nusuk wajah Alaric mulai dari rahang hingga atas hidung.
Sebenarnya Anna tidak percaya bila Alaric masih tertidur, karena setiap pagi yang Anna lihat hanya kekosongan disamping tempatnya, ini pertama kalinya bagi Anna.
Merasakan jari lembut itu bermain di wajahnya, Alaric segera mencekal lengan Anna dengan mata yang masih terpejam, membuat gadis itu langsung tersentak.
"Kau senang bermain-main dengan wajahku hmm?" Setengah bola mata Alaric terbuka, tanpa menunggu Anna bersuara dirinya langsung membalikkan tubuh gadis itu hingga membelakangi nya, dipeluk nya kembali tubuh mungil itu.
Jantung Anna berdegup sangat kencang sekarang, dirinya belum memakai gaun, dan seingatnya Anna hanya memakai dalaman saja.
"Willi... "
"Hmm?"
"Bisa kau lepaskan dulu pelukan-mu? Aku harus memakai gaun sekarang."
Mendengar perkataan Anna seketika bola mata Alaric langsung terbuka dengan sempurna, bukan nya menuruti permintaan gadis nya, Alaric menggerakkan tangan nya ke atas lapisan kulit Anna yang sensitif.
"Willi hentikan!" Jerit Anna sambil menahan lengan Alaric yang semakin liar didalam sana.
"Aku tidak bisa berhenti." Balas Alaric tenang.
Anna menggembungkan pipinya kesal, bila tahu begini dirinya akan berharap Alaric selalu menghilang disetiap pagi, demi apapun Anna tidak tahan.
"Apa yang kemarin sore tidak cukup?" Tanya Anna sembari menahan lengan Alaric menggunakan ke-dua tangan nya.
"Tidak!"
Perkataan Alaric membuat Anna menghembuskan nafas berat, bisa disimpulkan sekarang Alaric adalah seseorang yang tidak pernah merasa cukup.
"Willi, aku ingin mandi." Ujar Anna.
"Nanti saja."
"Tidak, aku ingin sekarang!"
Sedetik kemudian Alaric langsung menggerakkan sebelah lengan nya yang lain, tenaga Anna yang kecil tidak bisa menahan lengan Alaric, dengan sangat terpaksa sekarang Anna hanya bisa pasrah.
"Nana." Panggil Alaric.
"Apa?"
"Aku merasakan jika kau semakin kurus sekarang."
Cubitan langsung mendarat dilengan Alaric kala pria itu melontarkan perkataan yang membuat Anna semakin kesal.
"Bagaimana aku tidak kurus? Kau selalu memakan-ku setiap hari!" Ujar Anna sambil menyingkirkan wajah Alaric yang akan mendarat diseluk leher nya.
"Tidak ada hubungan nya dengan itu!"
"Tentu ada! Sekali saja kau tidak memakan-ku dalam sehari, akan aku pastikan perutku pasti terisi."
"Tidak, tidak, tidak!" Tolak Alaric cepat, tidak melakukan kegiatan kesukaan nya dalam sehari? Itu adalah penyiksaan yang paling keji bagi Alaric.
Ke-dua sudut bibir Anna terangkat membentuk senyuman manis saat melihat wajah Alaric yang seperti anak kecil, sepasang mata yang menampilkan manik segelap malam itu tertutup, kedua alisnya mengerut marah dengan bibir mengerucut, benar-benar pemandangan yang langka.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY WITH THE DEVIL II
Fantasía[Utamakan follow sebelum membaca.] Please, don't copy my story. ──────────── "Angin berbisik diantara daun-daun gugur, membawa cerita-cerita lama yang terluka. Meskipun waktu telah berlalu, luka di hati masih membekas, trauma itu seperti senja yang...