"Cobalah ini." Ujar Mimosa menyodorkan makanan kearah Zero.
"Tidak, makan saja sendiri."
"Padahal ini sangat enak." Mimosa meniup makanan yang masih mengeluarkan kepulan asap karena makanan itu baru matang.
Zero menyampingkan anak rambut Mimosa yang menghalangi gadis itu untuk meniup makanan nya, namun tidak lama rambutnya jatuh kembali.
Kesal saat melihat nya, Zero langsung mengambil sesuatu dibalik sakunya, mengikat surai Mimosa menggunakan pitak yang diambil nya.
"Astaga, padahal tidak apa-apa." Mimosa langsung membenarkan surainya.
"Kurasa sangat merepotkan memiliki rambut yang panjang." Balas Zero seraya menyandarkan tubuhnya kembali dibahu kursi, "Bagaimana jika kau potong saja?"
"Potong? Maksud-mu memotong rambut-ku?" Mimosa langsung melotot, dirinya tidak akan rela jika surai berkilau nya dipotong.
Butuh ratusan tahun untuk memanjangkan nya, dan dengan mudahnya pria biru itu menyuruh Mimosa untuk memotong nya? Tentu saja Mimosa tidak akan menuruti permintaan nya.
"Aku tidak akan memotong nya." Sambung Mimosa sambil mengibaskan rambutnya yang sudah di ikat.
"Terserah kau saja."
Mereka berdua tengah berada disebuah kedai, yang terletak diwilayah Diamond, setelah sampai didepan perbatasan Mimosa langsung mengajak Zero untuk mengisi perutnya sebentar, meskipun yang diajak tidak memesan apapun.
Zero hanya memerhatikan Mimosa yang tampak serius memakan makanan nya, matanya beralih menatap ke beberapa pembeli yang bisa dibilang cukup banyak, mengantri untuk memesan, namun seiring waktu berjalan kerumunan itu semakin padat.
"Aku pesan lagi." Seru Mimosa dengan semangat, jarinya mengusap sudut bibir yang tersisa makanan.
"Masih banyak orang, kau harus mengantri," balas Zero sambil menghembuskan nafas berat, "Lebih baik kita pergi saja."
"Tapi disini makanan nya sangat enak, aku ingin tambah lagi."
Tanpa persetujuan Zero segera menarik tangan Mimosa untuk segera pergi, tidak lupa dirinya melemparkan kepingan emas kearah kepala kedai yang tengah melayani, wanita tua itu hanya balas dengan senyuman dan lambaian tangan.
Setelah diluar Mimosa langsung menepis kasar tangan Zero, terlihat ada percikan marah didalam bola mata gadis itu.
"Aku belum kenyang! Ayo kita masuk lagi." Ketika kakinya hendak melangkah, Mimosa langsung terseret ketika Zero menarik kupluk mantelnya dengan kuat, membawa paksa gadis itu.
"Di Kerajaan Diamond banyak hidangan yang bisa membuat perutmu kenyang!"
"Bahkan sampai meledak." Sambung Zero yang terus menyeret Mimosa.
"Tapi aku ingin itu.. " Mimosa mengerucutkan bibirnya kesal, "Kencan macam apa ini? Apa yang aku inginkan tidak kau kabulkan, lihatlah pasangan lain, seperti pria itu.. " Tunjuk Mimosa kearah sepasang kekasih yang tengah bermesraan dibawah pohon yang tertimbun salju.
"Pria itu mengabulkan semua permintaan wanitanya meski dirinya kedinginan." Sambung Mimosa seraya menyilangkan kedua tangan nya didepan dada.
"Kalau begitu kau berkencan saja dengan pria asing itu!" Ketus Zero sambil melepaskan cekalan nya, "Lagi pula kenapa aku harus ditakdirkan dengan Gorgon yang banyak maunya seperti-mu!"
Mata Mimosa langsung membola dengan sempurna, seketika api amarah langsung menyala didalam hatinya, merambat hingga ke akar kepala, tangannya langsung terkepal dengan kuat, badan nya berbalik, menatap Zero dengan nyalang.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY WITH THE DEVIL II
Fantasy[Utamakan follow sebelum membaca.] Please, don't copy my story. ──────────── "Angin berbisik diantara daun-daun gugur, membawa cerita-cerita lama yang terluka. Meskipun waktu telah berlalu, luka di hati masih membekas, trauma itu seperti senja yang...