Kini ruang tamu istana ditempati oleh enam insan yang sibuk dengan pikiran mereka sendiri, Anna diam seraya memandangi Veniana, dirinya sudah tahu tentang Putri Mahkota Vampire itu, Evan menceritakan nya secara singkat juga jelas.
Namun Anna langsung memekik ketika Alaric mempererat pelukan nya, seakan-akan pelukan itu akan menghancurkan perut Anna diwaktu yang sama.
"Willi lepaskan!" Nafas disekitar Anna seakan kabur ketika Alaric membuka matanya setelah lama terpejam.
"Jangan tatap laki-laki lain Nana!"
"Apa maksud-mu? Aku hanya menatap Veniana bukan Evan!" Jelas Anna membuat Alaric langsung melonggarkan pelukan nya.
Evan terdiam dengan raut wajah dipertahankan sesantai mungkin, berbeda dengan Zero, pria biru itu terus memainkan helaian rambut Mimosa dan sesekali menariknya dengan kencang, amarah didalam gadis Fairy itu tengah berkobar, jika tidak ada Alaric mungkin Mimosa sudah memukul wajah Zero sedari tadi.
"Benarkah?" Alaric menumpu dagunya diatas pundak kecil milik Anna.
Anna mengangguk pelan, padahal dirinya masih kesal kepada Alaric setelah pria itu melemparkan meteor salju ke arah nya.
"Bosan sekali" Ujar Zero yang akhirnya membuka suara.
"Kau sangat pencemburu, padahal yang mulia Ratu hanya menatap dan digenggam oleh seorang gadis, tapi kau sampai marah begitu." Sambung nya sambil menatap Alaric.
Kepala Zero langsung menggeleng tidak habis pikir, "Aku yakin di dunia ini hanya kau satu-satunya orang yang seperti itu."
"Pencemburu tingkat gila."
"Berhenti berbicara atau-ku robek mulutmu!" Ujar Alaric yang siap meluncurkan sihir dari ujung kukunya, kesal rasanya jika Zero sudah mengomentari.
"Sudahlah kumohon." Anna menggenggam jemari Alaric sambil menghembuskan nafas lelah.
"Lebih baik kita makan, aku lapar setelah kita bermain salju." Lanjut Anna seraya menarik lengan Alaric setelah berdiri, "Dan ajak mereka."
"Mereka akan mengganggu kita, dan aku sangat benci!" Ujar Alaric sambil menatap tajam Mimosa dan Veniana yang tengah menunduk.
"Tidak akan, justru akan lebih seru jika mereka ikut". Anna memeluk tangan kekar Alaric dengan erat, "Aku mohon Willi."
"Aku mohon ajak mereka."
Menghembuskan nafas berat, dengan terpaksa Alaric langsung mengangguk, tentu Anna bahagia saat melihatnya, kemudian kepala Anna menoleh, menatap Mimosa juga Veniana.
"Ayo, kita makan bersama!" Serunya kepada dua gadis itu.
Kepala Veniana langsung mendongak dengan senyuman yang menghiasi wajah, begitu pun dengan Mimosa.
"Baik yang mulia."
Veniana langsung beranjak dari duduknya seraya menarik Evan yang sedari tadi mengusap punggung tangan nya menggunakan sihir, menimbulkan rasa yang semakin lama akan terasa panas.
Anna tersenyum manis lalu segera berjalan, sedangkan Alaric yang melihat Anna segera langsung menempel bersama gadis itu dengan memeluknya erat.
"Kita hanya berjalan ke arah ruang makan Willi, jangan berlebihan." Ujar Anna menghela nafas, posisinya yang tengah dipeluk membuat Anna kesulitan untuk berjalan.
Alaric tidak menjawab, bahkan tidak mempedulikan Anna yang terus minta dilepaskan.
"Yang mulia sangat romantis." Celetuk Veniana yang berada dibelakang.
Evan menatap sekilas kearah Mate nya, dirinya mempererat genggaman ditangan keduanya lalu tersenyum tipis, "Keromantisan nya sangat berbeda dengan yang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY WITH THE DEVIL II
Fantasy[Utamakan follow sebelum membaca.] Please, don't copy my story. ──────────── "Angin berbisik diantara daun-daun gugur, membawa cerita-cerita lama yang terluka. Meskipun waktu telah berlalu, luka di hati masih membekas, trauma itu seperti senja yang...