Dua purnama sudah terlewati dengan begitu cepat, dimana musim salju sudah berlalu hingga digantikan dengan musim semi, udara disekitar mulai menghangat kala sinar mentari sudah menyelimuti seluruh dunia immortal.
Serpihan salju mulai mencair seiring butiran pasir jatuh didalam kaca, bunga mulai memekar seperti mendapat kehidupan kembali setelah lamanya membeku tanpa merasakan kehangatan.
Perlahan senyuman manis terukir disetiap wajah yang berbeda-beda kaum, kini mereka memulai kehidupan dengan ketiadaan gumpalan putih yang sudah dua purnama lamanya menghantarkan udara dingin diseluruh penjuru dunia.
Sedangkan disebuah kamar, tepatnya dibawah selimut tebal, terlihat Veniana yang tengah berusaha menggerakkan seluruh tubuhnya agar tangan kekar yang masih melingkar diperut nya terlepas.
"Theo.. banguuun! Ini sudah siang." Seru Veniana sambil menepuk-nepuk pipi Evan.
Pria merah itu tidak menggubris, dirinya masih nyaman memeluk Mate nya dengan mata terpejam.
"Theo!"
"Hmm."
"Ayo cepat bangun!"
"Sebentar lagi."
"Sedari tadi kau hanya bicara seperti itu, ayo cepat buka matamu dan bangunlah!" Ujar Veniana seraya terus menggerakkan badan ke segala arah, namun Evan masih teguh memeluk nya.
"Ayolah Theo! Apa kau tidak ingin melihat pemandangan luar?" Ujar Veniana dengan mendekatkan wajah nya tepat disamping telinga Evan, "Cuaca diluar sudah berubah, sudah tidak ada salju lagi hari ini."
"Hmm."
Mulai merasa kesal saat mendengar jawaban Evan, Veniana mulai menusuk telinga pria merah itu menggunakan kuku panjang nya.
"Akh Niana!" Lantas ke-dua bola mata Evan langsung terbuka kala kuku panjang itu melesak masuk ke dalam lubang telinga nya, Evan segera mencekal lengan kecil Veniana yang akan melancarkan aksinya lagi.
"Kalau begitu bangunlah!" Ujar Veniana sambil terkekeh.
"Aku sudah bangun." Balas Evan sambil mengusap pelipis juga kupingnya.
Hingga pelukan terlepas, dengan semangat Veniana berjalan ke arah sebuah jendela, membuka nya di iringi dengan senyuman lebar yang merekah diwajah cantiknya.
"Akhirnya aku bisa bermain tanpa merasa kedinginan lagi." Seru Veniana sambil merentangkan kedua tangan nya ke udara.
Para burung yang bertengger diatas dahan pohon seolah menggelengkan kepala saat melihat gadis Vampire tengah berteriak diambang jendela.
Evan menghela nafas pelan tanpa beranjak dari tidurnya, kepalanya menoleh, menatap Veniana yang masih dibaluti gaun tidur tengah berkicau.
"Theo, ayo kita keluar!" Ujar Veniana sambil membalikkan badan nya setelah membelakangi Evan cukup lama, dirinya melesat hingga duduk tepat dihadapan Evan.
Evan tidak terkejut, karena bergerak secepat kilat sudah menjadi hal yang umum bagi kaum Vampire.
"Theo!"
"Bisakah sebentar lagi kita keluar?"
Veniana lantas menggeleng cepat, "Aku ingin sekarang!"
"Tapi Niana... "
"Aku akan segera membersihkan diri." Ujar Veniana yang langsung beringsut pergi, namun Evan segera menghentikan nya dengan menarik tali gaun miliknya.
"Apa Theo?"
Dengan senyuman tipis namun terkesan jahil, Evan langsung berujar, "Mau membersihkan diri bersama?"
Bugh!
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY WITH THE DEVIL II
Fantasy[Utamakan follow sebelum membaca.] Please, don't copy my story. ──────────── "Angin berbisik diantara daun-daun gugur, membawa cerita-cerita lama yang terluka. Meskipun waktu telah berlalu, luka di hati masih membekas, trauma itu seperti senja yang...