Bab 51

435 41 11
                                    

Lov u pollll buat udah yang nungguin lama (づ ̄ ³ ̄)づ
Maafkeun kalau bab nya bakal lebih dari 60 chapter, happy reading~

Seusai perkataan Anna beberapa jam lalu, gadis itu meminum secangkir obat yang telah di racik oleh salah satu tabib istana, rasanya begitu pahit, Anna nyaris memuntahkan nya kembali, tapi se-berusaha mungkin Anna paksakan untuk menelan nya, sekarang rasa sakit di kepala telah memudar, hanya menyisakan rasa sakit di tubuh akibat permainan Alaric tadi, kini malam telah membungkus dunia immortal, perkataan Alaric benar, wilayah Angeous Moon Black sangat hidup serta terang di malam hari, suara-suara dari para Vampire saling sahut-menyahut, prajurit yang tengah bercengkrama lebih terdengar di halaman kerajaan, Anna berdiri di belakang jendela yang terbuka lebar, surai gelap nya telah di gelung rapih, Anna tampak lebih cantik, gaun berbalut jubah telah menempel di tubuh nya, beruntung Alaric tidak memberikan tanda kemerahan di lehernya, bisa gawat jika itu terjadi.

Anna menikmati sejuk nya angin yang menerpa wajah nya, tiba-tiba saja tubuh nya menegang ketika merasakan nafas hangat menyapu leher mulus nya, Anna sontak merentangkan jari-jari nya di depan dada padahal gaun yang dirinya kenakan sangat tertutup.

Alaric yang sudah berdiri di belakang Anna memiringkan kepala, menatap Anna bingung. "Ada apa?"

Anna mendongak. "Ti-tidak ada... "

Sebelah alis Alaric naik tinggi. "Kau sudah mengenakan gaun, untuk apa di tutupi?"

"Tidak.. Aku hanya takut kau tiba-tiba memegang nya."

Alaric tertawa, astaga apa yang Anna cicipi sebelum berganti pakaian hingga dengan mudahnya berkata seperti itu?

"Tentu saja tidak akan Nana, aku tidak selancang itu." Alaric menggeleng pelan. "Bagaimana dengan keadaan-mu sekarang hmm?"

Anna dengan wajah memerah perlahan menurunkan ke-dua tangan nya, pikiran nya tengah bermuara hingga melayang kemana-mana. "Mual-ku sudah berkurang, pusing serta sakit nya sudah hilang, hanya saja.. "

"Hanya saja?"

Anna tidak langsung menyahut, dirinya terdiam cukup lama, ingin berujar jujur, tapi Anna terlampau malu.

"Apa lagi yang sakit Nana?" Alaric memegang ke-dua bahu Anna, memiringkan kepala untuk memandang wajah gadis-nya.

"I-itu... Tadi yang aku tutupi."

Alaric memandang Anna lebih lekat, ke-dua pipi gadis itu yang di siram cahaya rembulan tampak memerah habis. "Tidak ada lagi?"

Anna menggeleng putus-putus.

Alaric menahan tawa, Anna terlihat sangat menggemaskan, apalagi dengan bibirnya yang sedikit membengkak.

"Baiklah, apa kau mau makan terlebih dahulu sebelum pergi ke acara latih-tanding?" Tawar Alaric lembut.

Anna menggeleng. "Aku tidak lapar, aku tidak mau makan."

"Langka sekali, kau belum makan sedari tadi, bahkan dari pertama kali bangun, kau serius tidak mau makan? Atau memakan cemilan ringan? Sedikit saja?"

Anna tetap menggeleng. "Tidak mau, aku tidak mau makan!"

"Aku tidak akan memaksa, kalau begitu ayo kita pergi." Alaric meraih sebelah tangan Anna, menggenggam nya kuat untuk di bawa pergi.

"Apa tempat pertandingan itu jauh?"

Alaric menarik sudut bibirnya tipis. "Terletak di belakang istana Nana, tidak jauh, tenang saja."

Anna ber-oh pelan.

Langkah mereka terus menelusuri setiap lorong istana yang begitu terang-benderang, pelayan maupun prajurit Vampire yang berpas-pasan dengan Alaric segera membungkuk di sertai salam hormat, bola mata Anna bergerak liar ke sana-kemari, memandang setiap perhiasan yang ada di kerajaan Angeous Moon Black yang lebih dominan berwarna merah pekat.

DESTINY WITH THE DEVIL IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang