Bukan keinginan Anna sendiri untuk menuruti kemauan Alaric, dirinya hanya terpaksa karena tidak ada pilihan lain, amarah pria itu tidak bisa dibiarkan bila se-isi dunia immortal masih ingin utuh, kaki Alaric membawa mereka ke suatu tempat, Anna menangkap untaian bunga yang saling bertautan dari dahan pohon ke pohon yang lainnya, terlihat indah, apalagi ada se-sosok makhluk yang hidup di dalam bunga tersebut, awalnya Anna terkejut, namun kala melihat makhluk itu tersenyum ke arahnya, rasa takut yang Anna rasakan perlahan memudar.
"Aneh, tapi sangat lucu." Ujar Anna, tangan nya melambai untuk menyapa makhluk kecil didalam bunga.
"Apa kita bisa membawanya ke kerajaan Diamond Willi?" Sambung Anna bertanya seraya menatap Alaric.
"Membawa apa?"
"Makhluk lucu itu." Tunjuk Anna ke arah para bunga yang memiliki penghuni.
Alaric menatap ke arah tunjuk Anna sekilas, "Tentu tidak boleh Nana."
"Kenapa?" Air muka Anna berubah kecewa.
"Karena para makhluk itu hanya bisa hidup di wilayah Neverley, energi mereka berasal dari Ratu Carlisle."
"Tapi kekuatan-mu sangat besar di bandingkan dengan Ratu Fairy itu, kau pasti bisa melakukan nya juga Willi."
Alaric tersenyum tipis, "Kau benar Nana."
"Tapi jika aku menciptakan nya bukan para makhluk lucu itu yang muncul tapi sekumpulan para monster!"
"Kenapa bisa begitu?" Anna kembali berujar karena terlampau penasaran.
"Karena aku tidak handal melakukan nya!"
Pepohonan seakan mengintip ke-dua pasangan yang berjalan dengan bahu tidak sejajar, langkah Alaric membawa Anna ke sebuah sungai yang tampak luas, deretan pohon raksasa memenuhi jalan dekil yang mereka injak, kiri-kanan makhluk yang kerap di sebut Mouri sang penghuni bunga terus melambaikan lengan mereka yang tercipta dari dahan mungil kepada Anna, gadis itu tersenyum ramah untuk membalas lambaian para Mouri.
Seusai tiba di sisi sungai Anna menghembuskan nafas panjang, "Kita kesini lagi?" Suaranya terdengar malas.
"Memangnya kapan kau datang kemari?"
"Belum pernah, hanya saja tempat yang sering kita kunjungi adalah hutan atau sungai."
"Kapan kau akan membawaku keluar Willi? Seperti jalan-jalan menikmati perkotaan Diamond, atau yang paling sederhana seperti membeli makanan bersama." Sambung Anna dengan seulas senyuman diwajah cantik nya.
"Nanti malam."
"Eh, serius?!"
Anna memekik senang namun tertahan, gadis itu memejamkan mata seraya mengepalkan lengan, menahan gejolak bahagia di dalam hati, tetapi kala sepasang mata nya terbuka sempurna Anna membulat kala kaki nya tengah menapak di permukaan air.
"A-apa?"
"Seharusnya kau tidak terkejut saat melihat dirimu menginjak air."
Anna menelan ludah susah payah, "Ini rasanya lebih fantastis, kau tahu? Aku tidak pernah berpikir sekalipun tentang sihir yang dapat membuat-ku mengambang diatas air, pada kenyataan nya aku akan tenggelamkan?"
Anna melepaskan tautan lengan nya bersama Alaric, lalu berjongkok, memainkan air yang dapat dirinya injak, Alaric turut berjongkok seraya merengkuh Anna dari belakang, kemudian berbisik, "Kau tidak akan tenggelam karena aku akan selalu ada disamping-mu."
"Suatu saat nanti, saat sihirmu semakin berkembang, kau juga dapat melakukan nya Nana, bahkan ada kemungkinan besar saat kau telah bisa mengendalikan sihir andalan-mu yaitu air, seluruh laut yang ada di dunia immortal akan tunduk kepada-mu."
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY WITH THE DEVIL II
Fantasia[Utamakan follow sebelum membaca.] Please, don't copy my story. ──────────── "Angin berbisik diantara daun-daun gugur, membawa cerita-cerita lama yang terluka. Meskipun waktu telah berlalu, luka di hati masih membekas, trauma itu seperti senja yang...