Seluruh mayat Elf telah tersusun rapi, benteng setinggi dua puluh meter yang tadinya runtuh dua meter telah bertambah enam meter akibat pertarungan Ethan dan Evan, Alaric merentangkan ke-dua tangan nya ke arah benteng yang runtuh, tanpa merapalkan mantra reruntuhan dari benteng mulai menyusun dengan sendiri nya, terus membentuk seperti semula hingga menjadi benteng yang kokoh, Alaric mengepalkan salah satu tangan, membuat benteng perbatasan Veronica sepanjang sembilan puluh meter langsung mengeras, perlahan berubah menjadi baja setebal satu meter, kini musuh dari luar takkan bisa membobol benteng lagi.
Ethan yang duduk di atas tanah tak jauh dari tempat Alaric berdiri bertepuk tangan pelan. "Hebat William, dengan begini para Dark Elves tak bisa masuk lagi."
Evan yang berada di samping Ethan memijat pangkal hidung nya. "Bisakah kau jangan menyebut nama yang mulia Lord? Itu sangat terdengar kurang sopan di telinga-ku."
"Memang nya salah aku menyebutkan namanya?"
"Hanya kau satu-satu nya makhluk selain yang mulia Ratu yang berani menyebutkan nama yang mulia Lord."
Ethan tampak berpikir. "Tapi aku menginginkan sesuatu darinya jika aku harus menyebutnya dengan nama yang selalu kalian panggil."
Evan menaikkan sebelah alis. "Apa yang kau inginkan dari yang mulia Lord?"
Ethan nyengir lebar. "Menjadi bawahan nya seperti dirimu."
Evan tentu terkejut. "Ini tidak lucu, apapun yang kau rencanakan, aku tidak akan setuju kalau kau menjadi bawahan yang mulia Lord, simpan rencana busuk-mu itu sampai kau tiba di neraka."
Ethan mengerucutkan bibir nya. "Jahat sekali, padahal niat-ku baik, aku hanya ingin menjadi teman kalian saja dan menikmati kehidupan immortal tanpa ada yang mengendalikan diriku lagi."
Evan menghela nafas panjang. "Menjadi bawahan itu tidak mudah, kau harus siap mengorbankan nyawamu sendiri dalam misi yang di beri."
"Aku tahu, lagipula satu-satu nya orang yang dapat menutup tanda-ku hanya William seorang, dia adalah iblis, kekuatan nya menyamai dengan para Dewa, namun ada kelebihan yang dia miliki, yang sangat istimewa."
"Aku tidak tahu apa keistimewaan yang dimiliki yang mulia."
"Heh?" Wajah Ethan terlihat menyebalkan. "Padahal kau bawahan setia nya, kau tidak tahu?"
Evan mengalah, dirinya memang tidak tahu apa keistimewaan yang Alaric punya, menurutnya semua yang Alaric lakukan itu sudah terlihat istimewa di matanya.
"Aku tidak tahu, memang nya apa?"
"Sederhana, namun tak semua iblis dapat melakukan nya." Ujar Ethan. "Dia bisa menghidupkan orang mati Evanndèr, itu keistimewaan nya."
"Bayangkan saja jika William tidak memiliki kekuatan itu, tidak ada yang bisa membayangkan jika wilayah Veronica kehabisan rakyat nya karena peperangan brutal empat hari lalu, kaum Elf pasti di ambang kepunahan seperti kaum Dwarves yang telah binasa oleh salah satu iblis."
Evan tahu siapa iblis yang Ethan maksud, dia adalah Lionel, yang enam ribu tahun lalu di panggil ke dunia immortal hanya untuk membinasakan kaum kurcaci dan para Elf oleh bangsa penyihir.
"Ternyata kau tahu banyak tentang dunia ini."
Ethan tertawa bangga. "Tentu saja, karena aku telah hidup lebih dari tujuh ribu tahun, bahkan umurku lebih tua di banding William."
"Aku tidak bisa membayangkan wajah-mu yang asli seperti apa, seperti kakek-kakek?"
Ethan melotot tak terima. "Tidak seperti itu juga konsep nya bodoh!"
"Dengar, aku sudah bilang kalau aku di kendalikan oleh banyak penyihir bukan? Kau tidak pernah merasakan bagaimana rasanya menaruh dendam pada diri sendiri, meskipun sudah ribuan tahun hidup, ini tahun pertamanya aku merasakan fisik seperti dirimu setelah sekian lama menjadi Naga, bahkan aku nyaris lupa dengan namaku sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY WITH THE DEVIL II
Fantasy[Utamakan follow sebelum membaca.] Please, don't copy my story. ──────────── "Angin berbisik diantara daun-daun gugur, membawa cerita-cerita lama yang terluka. Meskipun waktu telah berlalu, luka di hati masih membekas, trauma itu seperti senja yang...