Dear, seluruh pembaca yang terhormat. Mohon skip bagian ini apa bila kalian masih berusia minor.
***
Sebuah undangan dari Mbak Riyana terkait acara aqiqahan putranya kudapatkan tepat H-1 acara. Benar-benar sangat mengejutkan, juga membuatku panik setengah mati karena tak punya waktu untuk setidaknya mempersiapkan baju yang akan kukenakan, serta mempersiapkan sebuah bingkisan sebagai hadiah.
Untung saja kami berdua memiliki baju couple dari seserahan waktu itu. Harusnya Mas Akbar berterima kasih padaku karena waktu itu Aku menyempatkan diri untuk membeli satu buah baju couple meski agak terpaksa dan hanya sebagai bentuk formalitas saja.
Awalnya yang akan berangkat adalah seluruh keluarga. Namun, karena satu dan lain hal hanya Aku dan Mas Akbar lah yang memenuhi undangan tersebut. Bunda sendiri sedang menjaga Abah Yaya yang kondisinya masih lemah, sedangkan Kak Husein dan keluarga kecilnya pergi ke Malang untuk perjalanan dinas.
Saat pertama kali menginjakkan kaki ke rumah Mbak Riyana, Aku cukup terpana dengan konsep acara yang diselenggarakan secara sederhana. Tamunya juga tidak terlalu banyak, sepertinya orang yang diundang hanyalah orang terdekat saja.
"Onty."
Aku praktis membentangkan tangan saat Fatih dengan langkah lincahnya berlari kepadaku dengan Mas Akbar di belakangnya yang sedang mengejar balita itu. Aku begitu senang saat Aku dan Fatih dapat dengan mudah membaur hingga bocah itu berakhir glendotan dan bermain denganku serta Mas Akbar.
"Fatih capek, haus, pengen minum. Om Akbarnya bisa disuruh jadi batu dulu, gak, Onty?"
Bukan hanya batu, kalau Aku punya kekuatan lain mungkin Aku sudah merubah Mas Akbar menjadi ikan saja. Capek banget menghadapi kelakuannya yang sangat out of the box.
"Bisa dong, sayang. Bentar, kamu lihat aja ya." Aku segera merapal mantra asal sambil mengarahkan telunjuk pada Mas Akbar lalu meminta lelaki itu untuk berpura-pura menjadi patung.
Sebuah tepukan terdengar dari Fatih, ia beberapa kali memujiku yang kusambut dengan uyelan gemas pada kedua pipinya. Wisata masa depan, gak, sih?! Mungkin nanti kalau Aku punya anak laki-laki, bentukannya juga akan mirip seperti Fatih walau jelas wajahnya pasti mirip denganku atau Mas Akbar.
Eh, Aku lagi mikirin apa? Jauh banget halunya.
"Berhubung singanya lagi jadi patung, kamu minum dulu aja." Aku menyerahkan segelas air pada Fatih yang langsung ia ambil untuk kemudian ia teguk seperempatnya.
"Singanya mau Aku tembak mati aja bisa, gak, Onty? Aku capek banget terus dikejar sama Om Akbar."
"Boleh-boleh. Coba kamu tembak aja." Andai bisa mungkin Aku juga akan menembak Mas Akbar. Tapi ... sayang, ah, nyari suami susah ternyata.
"Dor dor."
Sudut bibirku tak berhenti berkedut menyaksikan Mas Akbar yang kini jatuh terkulai ke lantai saking menjiwai perannya.
"Onty, singanya udah nggak bergerak lagi. Om Akbar nggak mati 'kan?"
Lucu banget anaknya Mbak Riyana sama Kak Zaki. Jadi pengen punya satu. Adopsi aja kali ya?
"Coba Fatih lihat. Kalau udah mati, bacain Al-fatihah aja." Segera Fatih mendekati Mas Akbar dan detik kemudian lelaki yang menjabat sebagai suamiku itu langsung menangkap Fatih hingga keduanya cekikikan.
Kok, rasanya adem banget ya liat Mas Akbar berinteraksi dengan Fatih seperti itu. Ini bahkan bukan kali pertama Aku melihat Mas Akbar akrab dengan anak kecil, karena Shafira saja nempel banget sama Mas Akbar. Mungkin Kira-kira seperti inilah gambaran keluarga kecil kami nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Wedding
Romance"Niatnya cari tunangan sewaan, eh tau-taunya malah dapet suami beneran." Kalimat itu sudah cukup mendeskripsikan kisah cinta dari Hanum Wardani. Di tengah-tengah pelariannya. Masa lalu kembali membawanya pada masalah rumit yang membuat ia dilema. Te...