Mas Akbar bilang, cinta adalah perihal memberi bukan menerima, apa lagi menuntut. Aku cukup kesal karena selama nyaris tiga bulan menikah ia menyembunyikan perasaannya, sedangkan aku selalu gundah dan hanya bisa menebak-nebak apa rasa itu juga tumbuh di hati suamiku atau tidak.
Dalam kasus pernikahanku, cinta bukan bagian utama karena hubungan kami berdasarkan pada komitmen serta ibadah. Meski begitu cinta berperan penting dalam keharmonisan sebuah hubungan. Segala hal apapun yang dilakukan dengan cinta, meski hal sederhana akan terasa istimewa.
Awal menikah, Aku hanya menjalani pernikahan untuk menunaikan kewajiban belaka sebagai seorang istri pada suaminya. Jujur, rasanya agak sulit untuk mengabdikan diri pada orang yang sama sekali tidak Aku cintai. Kendati demikian Aku tetap menikmatinya karena ada sensasi lain yang lebih menggairahkan daripada rasa cinta itu sendiri.
Lengkap, kata itu cukup mewakili perasaanku setelah hidup seatap dengannya. Aku merasa punya teman, sekaligus musuh karena kami sering menjahili satu sama lain. Kadang ia juga dapat menjadi mentor bagiku saat Aku kesusahan mendapatkan ide untuk artikelku. Sebagai suami, ia berhasil menjadi suami yang baik karena selalu mengayomiku dan menegurku dengan halus apa bila aku melakukan hal keliru.
Tanpa sadar perannya menjadi penting dalam hidupku, dan secara tidak langsung Aku bergantung padanya. Aku mulai goyah entah sejak kapan. Mungkin sejak dia membersihkan jariku yang terluka oleh pisau cutter, atau bisa jadi Aku sudah goyah pada hari-hari sebelumnya.
Puncaknya saat Aku sudah mulai menyadari perasaanku dan dibuat overthinking tentang perasaannya. Nyatanya segala prasangka burukku tidaklah terjadi dan hanya menambah deretan dosaku saja. Dia ternyata juga mencintaiku. Aku senang bukan kepalang.
Bayangkan saja selama dua puluh tiga tahun hidup di bumi, Aku baru pertama kali mendengar seseorang mengakui perasaannya padaku setelah sebelumnya Aku dikecewakan oleh harapanku karena menaruh rasa pada orang yang salah.
Kalau bisa nih ya, Aku pengen ngadain syukuran karena Mas Akbar membalas perasaanku. Ah, lupakan saja ide anehku itu. Yang jelas Aku sangat bahagia.
Ini sudah hari kelima sejak kami berdua saling mengungkapkan rasa. Jujur saja Aku jadi lebih semangat dan bahagia saat menikmati peranku sebagai seorang istri. Meski demikian sikap jahil kami tidak hilang begitu saja. Kami tetap saja sering meributkan hal-hal kecil atau saling mengusili satu sama lain. Lagi pula Mas Akbar sendiri yang sudah bilang kalau dia bersedia untuk Aku usili.
"Num, saya mau berangkat jumatan, nih. Jahilnya di cancel aja." Seperti saat ini, Aku berusaha menyentuh Mas Akbar agar wudhunya batal. Aku bahkan sengaja menunggu Mas Akbar tepat di depan pintu kamar mandi hanya untuk melancarkan aksi tak beradabku.
"Mas juga nggak biarin Aku salat isya dengan tenang kemaren malam. Aku sampe batal salat beberapa kali dan wudhu nyaris tiga kali." Aku menyilangkan tangan di depan dada. Saat ia berusaha melangkah untuk melintasiku, segera Aku menyentuh lengannya yang masih basah bekas air wudhu.
"Sayang," katanya lembut, padahal raut mukanya sudah terlihat sangat kesal.
"Iya, Mas?" tanyaku lembut sembari cengengesan. Masih ada waktu sekitar lima belas menit lagi untuk mengerjai Mas Akbar. Dan selama itu pula Aku nggak akan membiarkan Mas Akbar hidup tenang.
"Saya wudhu lagi, nih, ya. Ini yang ketiga kalinya. Kalau kamu macem-macem lagi, awas aja," tegasnya lalu kembali masuk ke dalam kamar mandi.
Aku bersorak dalam hati. Merasa bahagia karena sudah berhasil mengganggu Mas Akbar. Semoga saja ia sabar menghadapi sikapku.
"Halo, Mas," sapaku begitu Mas Akbar keluar dari kamar mandi. Posisiku tak bergeser seinci pun dari semula.
Kedua tanganku sudah mengudara dan bersiap-siap untuk menyentuh kulitnya. Mas Akbar hanya mengembuskan napas lelah, lalu kemudian tanpa diduga dia menarik pinggangku hingga tubuh kami menempel. Bukan itu saja, karena detik berikutnya dia membalikkan tubuhku hingga punggungku menyentuh dinding. Sedangkan kedua tangannya mengunciku dari kedua sisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Wedding
Romance"Niatnya cari tunangan sewaan, eh tau-taunya malah dapet suami beneran." Kalimat itu sudah cukup mendeskripsikan kisah cinta dari Hanum Wardani. Di tengah-tengah pelariannya. Masa lalu kembali membawanya pada masalah rumit yang membuat ia dilema. Te...